3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Manusia seperti aku ini mungkin dilarang dekat dengan yang bening - bening. Karena di belakang setir aku berpikir terus bagaimana cara “membuka jalan” pada Tante Aida yang di mataku luar biasa cantiknya itu…!

Lalu muncul begitu saja pertanyaanku dalam perjalanan menuju kolam pemancingan yang belum dibuka itu :

“Tante punya famili yang bernama Nova?”

“Nova?! “Tante Aida seperti sedang berpikir. “Wah… nggak ada tuh. Emangnya kenapa?”

“Tadi waktu awal ketemu dengan Tante, aku terkejut sekali. Karena Tante sangat mirip dia.”

“Ohya?! Memangnya Nova itu siapa?”

“Mmm… mantan pacar pertamaku Tante.”

“Ohya?! Jadi ketemu denganku seperti sedang bernostalgia dong,” ucap Tante Aida sambil menepuk bahuku, dengan senyum manis di bibirnya.

“Iiii… iiiyaaa Tante. Makanya waktu berjabatan tangan dengan Tante tadi, aku merasa seperti bermimpi, karena seolah berjumpa lagi dengan cinta pertamaku. Kok bisa ya Tante sangat mirip dia?”

“Waktu putus sama dia, Sam masih mencintai dia?”

“Sangat Tante. Masih sangat mencintainya. Tapi saat itu dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang cowok dari seberang lautan.”

“Lalu akhirnya dia menikah dengan cowok pilihan orang tuanya?”

“Iya Tante. Dia menikah dengan cowok itu lalu diboyong ke seberang lautan. Sampai sekarang gak pernah ketemu lagi.”

“Waaah… Sam pasti brokenheart dong saat itu.”

“Iya Tante. Berbulan - bulan aku dibuat murung olehnya. Untungnya aku tetap mengejar pendidikan sampai tuntas. Bahkan jauh lebih cepat dari waktunya.”

“Waktu itu Sam sudah kuliah?”

“Kenalnya sih semasa masih sama - sama di SMA. Tapi mulai pacaran sejak mulai kuliah.”

“Jadi ketemu sama aku, Sam merasa seperti sedang bernostalgia dong ya?”

“Hehehee… betul Tante. Serasa sedang bermimpi.”

“Ya udah. Nanti kalau Sam ingin bernostalgia lagi, call aja aku,” ucap tante Aida sambil memijat - mijat lutut kiriku.

“Wah… kalau ketahuan Oom Faisal, bisa ngamuk dia nanti.”

“Jangan sampai ketahuan dong. Kita harus rapi menjalaninya.”

“Ja… jadi…” ucapanku tidak diteruskan.

“Sejak berjumpa dengan Sam tadi, aku juga langsung suka sama Sam, “tukas Tante tanpa menunggu ucapanku dilanjutkan.

“Wow… jadi nyambung nih?”

Tante Aida memegang tangan kiriku yang nganggur (karena sedanku matic), sambil berkata, “Tapi apa pun yang terjadi di antara kita berdua, Sam harus bisa merahasiakannya ya.”

“Pasti soal itu sih. Jangan takut, Tante.”

“Sam…”

“Ya?”

“Sejak menikah dengan Oom Faisal, aku tak pernah tergoda oleh lelaki lain. Tapi sekarang… begini cepatnya aku terpesona oleh Sam…”

“Terima kasih Tante. Berarti di antara kita berdua, tidak ada yang bertepuk sebelah tangan.”

Benarkah cerita tentang Nova yang kututurkan kepada Tante Aida tadi? Hahahaaa… semuanya itu bohong belaka. Aku hanya mengarang, hanya untuk memancing Tante Aida. Dan tampaknya karanganku itu mendapatkan hasil yang memuaskan…!

Mobilku mulai menginjak jalan aspal yang di kanan kirinya kebun teh semua. Berarti kami sudah hampir tiba di lokasi tujuan kami.

Beberapa saat kemudian, tibalah aku di kompleks kolam pemancingan yang belum dibuka untuk umum ini.

Tante Aida, yang mengenakan gaun terusan berwarna biru keunguan, turun dari mobilku dengan pandangan seperti takjub menyaksikan kompleks pemancingan yang diselingi puluha cottage itu.

Mang Danu, orang kepercayaanku yang bertugas menjaga di kompleks kolam dan cottage itu, menghampiriku sambil berkata sopan, “Selamat siang Boss…”

“Siang, “aku mengangguk, Nggak ada masalah Mang?”

“Kebetulan ngggak ada Boss.”

“Syukurlah. Orang - orang yang mau dijadikan satpam sudah cukup jumlahnya?”

“Sudah cukup Boss. Mereka orang asli dari daerah ini semua.”

“Bagus itu. Mungkin paling lama sebulan lagi kolam pemancingan ini akan dibuka. Seminggu sebelum dibuka, kita harus menyebarkan brosur ke masyarakat yang gemar mancing.”

“Siap Boss.”

“Nanti yang akan memimpin di sini pamanku sendiri Mang.”

“Siap Boss.”

Kemudian aku memeriksa ke sekeliling kompleks pemancingan itu besama Tante Aida yang melangkah di sampingku.

“Ini sih kolam pemancingan untuk kelas menengah ke atas Sam. Karena dilihat dari depan juga bentuknya seperti resort,” kata Tante Aida yang tampak menikmati keindahan di kompleks yang luasnya tiga hektar itu.

“Memang rancangan bangunan dan penghijauannya pun dibuat oleh seorang arsitek unggulan di kota kita Tante. Targetnya, mau memancing silakan. Hanya mau istirahat bersama keluarganya juga silakan,” sahutku sambil melangkah ke salah satu cottage yang terbuat dari kayu jati sekujurnya. Memang semua cottage di sini terbuat dari kayu jati semua, dengan bentuk rumah tradisional Sunda.

Kubuka pintu cottage itu untuk memeriksa keadaan di dalamnya. Pintunya tidak terkunci. Tapi kuncinya berada di bagian dalam. Setelah grand opening nanti, tentu saja semua kunci harus dipegang oleh pengurus.

“Gimana kira - kira? Oom Faisal akan tertarik kalau kuangkat menjadi manager di sini?” tanyaku sambil duduk di atas sofa ruang tamu cottage.

“Pasti setuju Sam. Bodoh sekali kalau dia menolak sih,” sahut Tante Aida sambil duduk di samping kiriku.

“Tapi kalau Oom Faisal sudah bekerja, kita gak bisa pacaran di sini Tante,” ucapku sambil menatap wajah Tante Aida yang memang sangat cantik di mataku itu.

Tante Aida bahkan merapatkan duduknya ke sampingku. “Kalau sekarang kan bisa pacaran di sini,” ucapnya sambil memegang tangan kiriku danb meremasnya dengan lembut.

“Pacaran orang dewasa kan beda Tante,” ucapku sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggang istri pamanku itu.

“Iyaaa…” sahutnya sambil mendekatkan bibirnya ke bibirku.

Langsung saja kupagut bibir yang agak terbuka dan tampak bergetar itu. Sementara lengan kiriku makin erat mendekap pinggangnya.

Tante Aida bahkan merengkuh leherku ke dalam pelukannya, lalu melumat bibirku dengan hangatnya.

Pada saat itulah aku mulai menyelusupkan tangan kananku ke dalam gaun biru keunguan itu. Dan mulai mengusap - usap pahanya yang terasa padat hangat.

Tante Aida bahkan semakin erat memeluk leherku. Semakin asyik melumat bibirku, lalu menjulurkan lidahnya, yang kusambut dengan sedotan di dalam mulutku. Sementara tangan kananku sudah tiba di pangkal pahanya yang hangat. Dan nekad menyelusup ke balik celana dalamnya.

Tanganku menyentuh jembut di balik celana dalam Tante Aida, tapi terasa jembutnya halus dan tipis. Sehingga tanpa sulit mencarinya, jemariku menemukan celah kewanitaan istri pamanku itu.

Sebenarnya aku sendiri merasa begini cepatnya mendapatkan Tante Aida. Apakah pesonaku sedemikian tingginya atau cara berkomunikasiku yang senantiasa tepat pada saatnya?

Entahlah. Yang jelas tubuh Tante Aida semakin menghangat. Bahkan akhirnya ia berbisik, “Kalau sudah dibeginiin, aku tak kuat menahan horny Sam.”

“Sebentar… aku mau kuncikan dulu pintu depan,” sahutku sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana dalam Tante Aida. Lalu bergegas menuju pintu depan, untuk menguncinya.

Kemudian menuju pintu kamar sambil berkata, “Mendingan di kamar Tante. Biar lebih leluasa.”

Tante Aida pun bangkit dari sofa, mengikuti langkahku masuk ke dalam kamar yang bednya empat buah, semuanya terbuat dari kayu jati Sumedang yang terkenal di Jepang sebagai kayu jati paling diminati (karena garis uratnya sangat indah buat mereka).

“Itu kamar mandi kan?” tanya Tante Aida sambil menunjuk ke pintu kamar mandi.

“Iya Tante.”

“Pengen pipis dulu ah,” ucapnya sambil memburu pintu kamar mandi.

Sementara aku sengaja membuka tirai penutup jendela kaca. karena kacanya pun kaca gelap. Tak perlu takut diintip orang. Lagian kolam pemancingannya pun belum dibuka. Siapa pula yang bakal “rajin” mengintip ke dalam kamar ini?

Tak lama kemudian Tante Aida muncul dari kamar mandi. Dengan tatapan dan senyum yang meneduhkan hatiku.

Dan… tiba - tiba saja dia menarik tanganku ke atas salah satu bed di antara 4 bed yang tersedia di dalam kamar ini. Lalu dengan cekatan ia menerkamku. Menghimpitku sambil menciumi bibirku.

Lalu ia berkata, “Sam sudah membahagiakan hatiku. Dengan akan ditempatkannya Oom Faisal di sini, hatiku bahagia sekali. Sedikitnya beban hidup kami akan berkurang nanti. Lalu Sam bicara soal kehilangan cewek bernama Nova itu. Maka wajarlah kalau aku akan berusaha membahagiakan hati Sam juga.”

Lalu Tante Aida melorot turun, memegang ritsluiting celana jenasku. Dan menariknya ke bawah. Lalu menarik celana jeans berikut celana dalamku sampai terlepas dari kakiku.

“Rahasia”ku terbuka sudah. Bahwa penisku sudah ngaceng berat. Karena sejak masih di dalam perjalanan menuju lokasi ini, aku terus - terusan membayangkan… andaikan aku bisa menyetubuhi wanita yang usianya kira - kira sebaya denganku ini…!

“Wow your dick so huge Sam …(wow kontolmu gede banget Sam)!” seru Tante Aida sambil memegang penisku yang sudah ngaceng berat. Belakangan aku tahu bahwa ia pernah jadi guru bahasa Inggris di sebuah SMP.

“Maybe my cock was created to satisfy you too …_(mungkin kontolku diciptakan untuk memuasimu juga), _“sahutku dalam bahasa Inggris juga.

Tante Aida melepaskan pegangannya pada penisku, lalu menanggalkan gaun, beha dan celana dalamnya. Dan kembali memegang penisku sambil menciuminya, menjilatinya… dan… mengulumnya dengan binalnya.

Aku tetap menelentang sambil membiarkan Tante Aida menyelomoti penisku yang sudah ngaceng berat ini. Memang sangat trampil permainan oralnya. Penisku dikulum setengahnya, sementara yang tidak terkulum diurut - urut oleh tangan hangatnya, dibantu dengan air liur yang dialirkan dari mulutnya.

Terasa sekali lidah Tante Aida menggeluti leher dan moncong penisku di dalam mulutnya. Sementara tangannya makin trampil mengocok badan penisku yang sudah berlepotan air liurnya ini.

Cukup lama ia menyelomoti penisku. Sampai pada suatu saat aku bertanya iseng, “Kalau keburu ngecrot di dal, am mulut Tante gimana nih?”

Tante Aida melepaskan penisku dari kulumannya, “Ooo… jangan dulu dong…! Aku juga ingin menikmatinya… menikmati kontolmu yang panjang gede ini…”

Ucapan itu dilanjuutkan dengan mengubah posisinya jadi berlutut sedemikian rupa, sehingga penisku tepart berada di bawah memek tante Aida yang sudah kemerahan itu.

Lalu ia menurunkan bokongnya, sehingga liang memeknya “mengulum” penisku sedikit demi sedikit… sampai akhirnya penisku terbenam sepenuhnya ke dalam liang kemaluan istri oom Faisal…!

Sambil menahan tubuhnya dengan menekankan kedua telapak tangannya ke kasur, memek Tante Aida mulai naik turun secara berirama. Membesot - besot penisku dengan gerakan yang aduhai… erotis sekali…!

Ketika tubuhnya agak membungkuk, tampak sepasang toketnya bergelantgungan di atas dadaku. Maka kuremas - remas sepasang toket yang masih lumayan padat dan kenyal ini. Sementara penisku pun tidak diam pasrah begitu saja. Meski liang memek Tante Aida sedang aktif membesot - besot penisku, aku pun tidak tinggal diam.

Lebih dari seperempat jam kami melakukan semuanya ini. Sampai akhirnya Tante Aida ambruk di atas perutku. Mungkin dia sudah orgasme, tapi aku tak mau membahasnya. Akku hanya menggulingkan tubuhnya sampai celentang. Dengan sendirinya penisku tercabur dari lubang kewanitaannya.

Lalu kurenggangkan sepasang paha putih mulusnya. Kuletakkan moncong penisku di mulut memeknya yang sudah terbuka kemerahan. Dan dengan sekali dorong, penisku amblaqs sekujurnya ke dalam liang memek istri Oom Faisal.

Sambil menelungkupi tubuhnya yang sudag berkeringat, kuayun penisku perlahan - lahan. Membuat sepasang mata bening dan indah itu terbuka. Menatapku dnegan senyum dan berkata lirih, “Iya lanjutin Sam. Kontolmu luar biasa panjang gedenya, bikin aku cepat orgasme…”

“Iya Tante,” sahutku, “Santai aja. Kalau perlu, silakan orgasme tiga - empat kali lagi. Aku paling suka meresapi memek yang sedang orgasme…”

Lalu aku mulai benar - benar mengentot memek wanita yang usianya sebaya denganku ini.

Suara Tante Aida pun mulai terdengar, “Iya Saaam… entot sepuasmu Saaam… sampai tengah malam pun akan kuladeni hasrat birahimu, Saaaam… entot terus Saaam… yang kencang ngentotnya Saaam… biar terasa enaknya… entot terusss… entooooot… entoooot… entooootttt …

Rintihan - rintihan histeris Tante Aida itu membuatku semakin bergairah untuk mengentotnya habis - habisan.

Penisku menyeruduk amblas… mundur lagi… menyeruduk lagi sampai menabrak dasar liang memeknya… tarik mundur lagi… amblaskan lagi sampai dasarnya… membuat Tante Aida mulai merem melek.

Terlebih lagi setelah mulutku mulai beraksi untuk menjilati lehernya yang keringatan, disdertai dengan gigitan - gigitan kecil… semakin merem melek juga sepasang mata indah dan bening itu. Bahkan tanpa kerfaguan sedikit pun kujulai dan kuisap - isap ketiaknya yang bersih dari bulu itu. Membuatnya merintih - rintih histeris lagi, “Saaaam…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu