3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Mbak Ita menyambut kehadiran penisku di dalam liang kemaluannya, dengan pelukan hangat di leherku. Lalu bertubi-tubi dia menciumi pipi dan bibirku. Membuatku bergairah untuk mengentotnya.

Aku memang belum ejakulasi sampai Rima mencapai orgasmenya tadi. Bahkan persetubuhan dengan Mbak Ita ini membuatku seolah diberi tenaga baru. Karena lain Rima lain pula Mbak Ita. Masing-masing punya rasa tersendiri, yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Sementara kelebihanku sendiri tentu ada. Dan aku teringat salah satu kuliah dari dosenku. Kira-kira ucapan beliau seperti ini: Bangsa kita sering mempersoalkan kekurangannya. Padahal kita harus menilai, di mana letak kelebihan kita ini. Lalu kembangkanlah kelebihan itu menjadi suatu energi yang positif.

Ya, salah satu kelebihanku adalah, aku bisa bertahan lama pada waktu sedang menyetubuhi lawan jenisku. Dan kini aku menghadapi dua orang cewek sekaligus. Tentu aku harus mampu memuasi mereka dengan mengembangkan kelebihanku ini. Jangan sekadar mau gaya-gayaan doang.

Begitulah. Ketika aku sedang garang-garangnya mengentot memek kakak tiriku, tampak Rima sudah membuka sepasang matanya yang bundar seperti mata kucing. Sambil memperhatikanku yang sedang mengentot sahabatnya. Maka tangan kiriku bergerak sampai berhasil menggenggam payudara kirinya, sementara tangan kananku menggenggam payudara kiri Mbak Ita.

Wow… terasa benar nikmatnya bersetubuh seperti ini. Dua macam toket kunikmati sekaligus. Yang satu berwarna coklat muda dan masih terasa kencang padat, sementara yang satu lagi putih mulus dan sudah agak lembek.

Namun kedua macam toket ini sama enaknya waktu kuremas perlahan sambil mempermainkan pentil-pentilnya. Sementara penisku tetap massive mengentot liang memek Mbak Ita.

Rima tak tinggal diam seperti patung. Ia sengaja mendekatkan bibirnya ke bibirku. Tentu saja kupagut bibir sensual itu sambil meremas toketnya pula. Sementara penisku tetap bermaju-mundur di dalam liang memek Mbak Ita.

Agar tidak membosankan, pada suatu saat aku mengajak Mbak Ita mengubah posisi jadi WOT. Kebetulan Mbak Ita juga seperti yang ingin melakukannya. Tapi dengan posisi membelakangiku. Aku setuju saja. Karena yang terpenting aku bisa celentang “pasrah”, sementara Mbak Ita “bertugas” untuk “mengocok” penisku dengan liang memeknya.

Lalu kami melakukan posisi itu. Aku menelentang, sementara Mbak Ita berjongkok dengan wajah menghadap ke kakiku. Tanpa kubantu pun Mbak Ita bisa memasukkan penisku ke dalam memeknya, cukup dengan meletakkan moncong penisku di mulut memeknya, lalu ia menurunkan bokongnya dan… penisku membenam ke dalam liang memek kakak tiriku.

Lalu Mbak Ita beraksi. Menaik-turunkan pantatnya. Membuat liang memeknya membesot-besot penisku. Dan aku pun bisa meremas-remas bokongnya.

Namun sesaat kemudian Rima berdiri dengan kedua kaki berada di kanan-kiri bahuku. Lalu ia berlutut, dengan sepasang lutut berada di kanan kiri leherku. Sementara memeknya berada di atas mulutku.

Rupanya Rima ingin melakukan facesitting. Tentu saja dengan senang hati aku mau melakukannya. Untuk menjilati memek Rima yang tampak ternganga dan merah itu di atas mulutku. Lalu… ketika Rima seolah menduduki leherku, mulailah aku menjilati kemaluannya.

Jujur, menjilati memek juga termasuk aksi yang paling kusukai. Karena bibir adalah bagian yang peka, sehingga terasa nikmat pada waktu berciuman dan saling lumat dengan perempuan. Apalagi menciumi memek dan menjilatinya… lebih fantastis lagi rasanya…!

Sedangkan kontolku sedang “auto entot” pula dengan liang memek kakak tiriku…!

Sebenarnya Rima tidak menduduki leherku. Ia menahan tubuhnya agar jangan sampai membuatku “tercekik” oleh selangkangannya. Dan yang paling menyenhangkan adalah, lidahku bisa masjuk ke dalam liang memek Rima, meski tidak bisa terlalu jauh karena lidahku hanya bisa dijulurkan 1-2 ruas jari saja. Sementara Mbak Ita makin aktif mengayun pinggulnya, membuat batang kemaluanku berguncang-guncang terus di dalam cengkraman liang kemaluan kakak tiriku itu.

Sementara itu celah kemaluan Rima terasa sudah basah sekali. Sehingga cairan yang merembes keluar banyak yang tertelan olehku. Tapi aku tak peduli dengan “hal kecil” ini. Biarlah, semoga lendir memek Rima bisa menjadi vitamin atau suplemen bagiku. Hahahaaa…!

Namun semuanya ini tidak berlangsung lama. Karena Mbak Ita akhirnya ambruk di puncak orgasmenya, lalu menggulingkan badannya ke dekat kakiku.

Menyadari kenyataan itu, Rima lalu mundur ke arah kontolku yang masih ngaceng berat. Lalu ia memegang penisku dan mengarahkan moncongnya ke mulut kemaluannya. Dan bokongnya menurun, sehingga penisku mulai memasuki liang memek Rima yang sudah basah itu.

Meski dalam posisi WOT, Rima tidak berlutut seperti Mbak Ita tadi. Rima menjatuhkan dadanya ke atas dadaku. Lalu kubiarkan dia beraksi, membuat penisku dibesot-besot oleh liang memeknya yang legit itu. Sementara sepasang toketnya mengganjal dadaku. Membuatku penasaran, karena aku senang meremas sepasang toket Rima yang masih sangat kencang dan padat itu.

Aku jadi merasa dimanjakan oleh birahi. Karena aku bisa meremas sepasang toket berwarna kecoklatan itu, sementara kontolku dikocok terus oleh liang memek legitnya Rima.

Belasan menit kemudian, Rima menyeringai dengan badan mengejut-ngejut. Lalu ia menjatuhkan diri ke atas dadaku kembali, sambil merintih, “Saaaam… aaaaaaaa… aaaaah… “

Kebetulan pada saat itu pula aku sedang dalam suasana krusial. Maka kudekap pinggang Rima sekuatnya, sementara moncong penisku menyemprot-nyemprotkan air mani di dalam memek Rima yang sedang orgasme…!

Ooo… betapa nikmatnya semua yang tengah kurasakan ini.

Sesaat kemudian Rima mengangkat bokongnya, sehingga penisku terlepas dari vaginanya. Dan kulihat… memek Rima mengalirkan air maniku yang mungkin sudah bercampur dengan lendir libidonya.

“Banyak juga ya spermamu Sam,” ucapnya sambil melirik ke arah Mbak Ita yang tampak sedang tertidur.

“Hehe… sudah beli pil kontrasepsi kan?”

“Udah dong,” kata Rima sambil turun dari bed dan melangkah ke arah kamar mandi.

Aku pun turun dari bed dan mengikuti langkah Rima menuju kamar mandi.

Rima tersenyum melihatku menghampirinya di dalam kamar mandi. Dan memelukku sambil berbisik, “Kalau gak inget kuliah, hamil olehmu sih aku mau. “

“Kenapa begitu?” tanyaku heran.

Rima memijit hidungku sambil berdesis, “Kamu ganteng sih. “

“Kamu juga manis sekali,” sahutku, “Tapi kita harus selesaikan kuliah dulu. Baru kemudian mikirin hal; seperti itu. “

“Tapi kamu sangat berarti bagiku Sam. Karena kamu cowok pertama yang telah ML denganku. Nanti kalau aku kangen, bisa kan kita ketemuan lagi?”

“Kalau aku gak sibuk sih bisa aja. Soalnya aku kuliah sambil kerja juga. “

Lalu Rima berbisik lagi, “Kamu bisa datang ke rumahku kapan saja. Soalnya aku sendirian di rumah, sama pembokat seorang. “

“Emangnya orang tuamu ke mana?”

“Di Belgia. Sedangkan aku ini anak tunggal. Jadi kalau kamu mau, gak usah pake hotel segala. Di rumahku juga bebas kok. Mau ngapain juga bisa. Takkan ada yang mengganggu. “

Aku tertarik juga mendengar bisikan Rima itu. Maka lalu kataku, “Nanti kita tukaran nomor hape ya. “

“Oke,” sahut Rima sambil mengecup pipiku yang masih keringatan.

Lalu kami mandi bareng. Saling menyabuni sampai benar-benar bersih. Sehingga badan terasa segar kembali…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu