3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

**Bagian 11

Setelah mandi, Tante Kinanti mengambil salah satu kimono yang kubelikan dari FO tadi, lalu mengenakannya sambil berkaca di depan cermin. Kimono sutera berwarna kuning muda polos itu membuatnya tampak lebih cemerlang.

“Pantes tante pakai kimono ini?” tanyanya sambil menghampiriku di sofa bedroom.

“Sangat pantas. Sepertinya mengenakan apa pun Tante tetap cantik di mataku,” sahutku sambil meraih pergelangan tangannya lalu mendudukkannya di atas sepasang pahaku. Saat itu aku hanya mengenakan celana pendek dan baju kaus serba putih.

“”Udah ngantuk belum Sayang?” tanyanya sambil merebahkan kepalanya di atas pahaku.

“Belum. Baru jam sepuluh,” sahutku sambil memperhatikan wajah cantiknya yang sudah tampak sangat pasrah.

Tante Kinanti tersenyum sambil menyelinapkan tangannya ke balik celana pendekku yang bagian perutnya elastis. Lalu digenggamnya penisku yang masih lemas ini.

“Mau ML lagi?” tanyaku sambil menyelinapkan tanganku juga ke balik kimononya. langsung menyentuh kemaluannya yang terasa dingin karena baru habis dicuci. Kami memang sama - sama tak mengenakan celana dalam, sehingga mudah saja untuk mencapai tujuan “utama” kami. “Emang masih bisa?” tanteku balik bertanya.

“Bisa,” sahutku sambil mengelus - elus memek di balik kimono kuning muda itu. Membuat penisku mulai membesar sedikit demi sedikit.

Tante Kinanti bergerak. Menurunkan celana pendekku sampai ke lutut. Lalu mengulum penisku yang sudah agak tegang ini dengan lahapnya.

Permainan oralnya trampil sekali. Sehingga dalam tempo singkat batang kemlauanku sudah ngaceng berat. Lalu ia naik ke atas sofa. Berlutut dengan kedua lutut berada di kanan kiri pahaku. Dan meletakkan moncong penisku di mulut memeknya. Kemudian ia menurunkan bokongnya, sehingga penis ngacengku membenam ke dalam liang memeknya yang mulai membasah lagi.

“Cowok semuda Sam sih gampang sekalki dibangunin kontolnya,” ucap tanteku sambil memeluk leherku. Aku pun mendekap pinggangnya di balik kimono yang masih dikenakannya.

Permainan surgawi itu terjadi lagi. Mungkin kali ini aku akan berusaha untruk bertahan selama mungkin.

Sambil mencium bibirku, memek Tante Kinanti turun naik, membesot - besot penisku dengan mantapnya. Membuatku makin erat mendekap pinggangnya.

Ketika ikatan tali kimono kuning muda itu dilepaskan, kimono itu pun terbuka lebar. Sehingga aku bisa mencelucupi pentil toketnya dengan gairah yang sudah bergolak lagi.

Namun tidak lama kami bersetubuh dalam posisi duduk berhadapan begini. Karena akju lebih suka menyetubuhinya di atas bed, supaya lebih leluasa menikmatinya secara lengkap. Maka sambil mendekap pinggangnya erat - erat, aku berdiri. Tante Kinanti pun semakin erat memelukku, mungkin karena tahu apa yang akan kulakukan selanjutnya.

Berhasil. Aku bisa meletakkan Tante Kinanti di atas bed, dengan penis masih tetap bverada di dalam liang memeknya. Lalu kami bergerak sedikit demi sedikit ke tengah bed.

Kutanggalkan baju kausku, sementara Tante Kinanti pun merentangkan kimononya. Kakiku bergerak - gerak untuk melepaskan celana pendekku. Berhasil juga.

Permainan surgawi ini kulanjutkan. Mengentot tanteku dengan gairah yang sudah berkobar kembali.

Tante Kinanti pun leluasa untuk merengek dan mendesah kembali, “Saaam… oooo… ooooh… jujur… belum pernah tante merasakan disetubuhi senak yang pertama tadi dan yang kedua sekarang ini… Sam memang memiliki segalanya… membuat hati tante runtuh padamu Sayang… oooh… ooooh… kontolmu memang luar biasa Saaam…

Bahkan pada detik - detik berikutnya Tante Kinanti mengucapkan cintanya, “Sayaaang… tante bukan sekadar sayang lagi padamu… tante cinta kamu Saaaam… cintaaaa… Saaam… jangan pernah tinggalkan tante Saaam… tante benar - benar cinta kamuuu… ayo cinta… entot memekku seperkasa mungkiiin…

Lalu… sambil merengek dan mendesah begitu, Tante Kinanti masih sempat menggeolkan pantatnya. Meliuk - liuk dan menghempas - hempas, membuat batang kemaluanku dibesot - besot oleh liang legit licinnya. Membuat nafasku pun berdengus - dengus dalam nikmat tiada taranya.

Aku pun mulai melengkapi aksiku. Sambil tetap mengentotnya, aku masih bisa menjilati leher Tante Kinanti yang sudah mulai keringatan, disertai gigitan - gigitan kecil, yang membuat rintihan dan rengekan Tante Kinanti semakin riuh, “Saaam… iyaaaa… cupangin leher tante sekalian Saaam… ayo Sam…

“Nanti ada bekasnya gak apa - apa?” tanyaku sambil memperlambat entotanku.

“Nggak apa… kalau ada bekasnya kan bisa disembunyikan dengan belitan selendang… ayo Saaam cupangin tanteee…”

Mungkin dalam masalah seks, aku ini tergolong lelaki yang tidak egois. Karena selain mengejar kenikmatan buat diriku sendiri, aku pun selalu memikirkan kepuasan pasangan seksualku. Selalu ingin membuat pasangan seksualku benar - benar puas dan mengesankan.

Karena itu aku pun mulai menyedot leher Tante Kinanti sekuatnya. Kusedot terus sampai meninggalkan bekas merah kehitaman. Tak cuma lehernya yang kucupangi. Payudaranya pun kucupangi di sana sini. Sehingga payudara indah itu jadi banyak totol - totol merahnya.

Tante Kinanti pun semakin klepek - klepek, mengerang dan mendesah terus, sementara pinggulnya tetap digeol - geolkan. Meliuk - liuk dan menghempas - hempas terus. Terkadang ia mengangkat pinggulnya agak tinggi, lalu menghempaskannya, sehinggfa kelentitnya bergesekan dengan batang kemaluanku. Konon menurut cerita orang - orang, perempuan menggoyangkan pinggulnya itu bukan hanya ingin memuaskan pasangan seksualnya, tapi juga “mencari” kepuasan untuk dirinya sendiri.

Namun tak lama kemudian Tante Kinanti mulai berkelojotan. Tanda - tanda orgasme akan dicapainya sudah kelihatan. Ya… tak lama kemudian ia menggeliat, lalu mengejang dengan nafas tertahan.

Kemudian ia memekik lirih di puncak orgasmenya, “Aaaaaaa… aaaah !”

Disusul dengan geliat dan kedat - kedut liang memeknya yang erotis sekali buatku.

Tapi aku belum apa - apa. Setelah Tante Kinanti terkulai lemas, aku pun melanjutkan entotanku.

Tante Kinanti mendekapku erat - erat sambil berkata, “Tunggu sebentar Sam. Masih ngilu. Jangan dientotin dulu kontolnya. Ngilu Sam.”

Aku menurut saja. Mendiamkan penis ngacengku yang belum ngecrot ini. Sambil mengecup pipi dan bibir tanteku. Lalu :

“Sam…”

“Ya?”

“Tante serius Sam. Hati tante ini sudah berisi cinta buatmu, Sayang.”

“Sama Tante. Aku juga sudah merasakan getaran cinta ini… buat Tante. Makanya pindah aja ke kota ini. Nanti ada rumah sederhana yang bisa Tante tempati. Sekarang sedang direnovasi. Mungkin seminggu lagi juga selesai.”

“Iya Sam. Tante gak mau jauh denganmu, karena dengan cepat cinta tante jadi mendalam begini.”

“Hanya masalahnya kita gak bisa kawin. Bahkan kawin siri pun takkan bisa kalau penghulunya tau bahwa aku ini keponakan Tante.”

“Iya, gak apa - apa. Tanpa pernikahan pun Sam bisa membahagiakan hati tante kan?”

“Bisa Tante. Besok aku akan membawa Tante ke villaku. Supaya bisa memadu cinta denganku secara leluasa.”

“Tante ingin hamil Sam. Mudah - mudahan Sam bisa menghamili tante ya.”

“Kalau rahim Tante normal, pasti bisa hamil olehku.”

Tante Kinanti tampak senang mendengar ucapanku. Lalu ia mencium bibirku dengan mesranya. Dan berkata, “Ayo lanjutin lagi… sekarang ngilu - ngilunya udah hilang. Tapi ganti posisi dong. Supaya variatif.”

“Mau sambil berdiri?” tanyaku bercanda.

“Iiiih… sambil berdiri sih kebiasaan orang yang hidup di kolong jembatan. Doggy aja yok.”

“Boleh,” sahutku sambil mencabut penisku dari memek tanteku.

Lalu Tante Kinanti menelungkup sambil menunggingkan pantatnya tinggi - tinggi, sehingga memeknya tampak seluruhnya dari belakang.

Aku pun berlutut di depan bokongnya, sambil mencolek- colekkan moncong penisku ke belahan memeknya yang masih sangat basah. Lalu kudorong penisku sekuatnya. Blessss… langsung masuk semua…!

Sambil memegang kedua buah pantat Tante Kinanti, aku pun mulai mengayun penisku. Bermaju - mundur lagi di dalam liang memek Tante Kinanti.

Tante Kinanti memeluk dua bantal guling sambil mendesah - desah lagi.

“Aaaaa… aaaaaaaaahhhh… Saaaam… Saaaam… aaaa… aaaaaah…”

Mendadak aku teringat Mama Ken, yang senang kalau pantatnya ditampar - tampar pada waktu disetubuhi dalam posisi doggy begini.

Apakah Tante Kinanti senang juga kalau kuperlakukan seperti itu?

Aku ingin membuktikannya. Dengan menepuk - nepuk sepasang buah pantat tanteku. Perlahan - lahan dahulu. Makin lama makin kuperkeras tepukannya. Bahkan akhirnya aku mulai menampar - nampar pantat tanteku dengan tamparan yang lumayan keras.

Ternyata Tante Kinanti suka.

“Iya Sam… tamparin terus pantat tante… enak Sam… ooooh… kamu memang cowok yang lengkap Sam… segalanya kamu punya… bikin tante tergila - gila padamu Saaam… ayo entot terus sambil tamparin pantatku Sam …”

Sesuai dengan permintaannya, kuentot mmemek tanteku habis - habisan, sambil menampar - nampar pantatnya terus menerus.

Plaaaaak… plaaaaaaakkk… plaaak… plaaaaakkkk… plaaaaaak… plaaaaaaakkkk… plaaaak… plaaaakkkk… plaaaakkkkk… plaaaaaakkkkk…!

Pantat Tante Kinanti pun mulai merah - merah kebiru - biruan. Sementara kedua telapak tanganku agak sakit juga dibuatnya.

Karena itu kualihkan aktivitas tanganku, jadi merayap ke arah payudaranya yang bergelantungan dan “menganggur”.

Kuremas - remas sepasang toket Tante Kinanti dengan remasan yang lumayan kencang. Namun Tante Kinanti tidak mengeluh kesakitan. Ia bahkan semakin bersemangat. Rintihan - rintihan histerisnya pun berhamburan lagi dari mulutnya.

“Iya Sam… iyaaaaaa… entot terus Sam… remas tetek tante lebih keras lagi, biar terasa asam garamnya… Saaaam… kontolmu memang enak sekali Saaaam… dalam posisi apa pun kontolmu terasa enaaaaaaaaakkkk… entot teruuuuus… iyaaaa… iyaaa… entooooot… entoooooootttt …

Namun beberapa saat kemudian Tante Kinanti ambruk, sehingga penisku pun terlepas dari memek tanteku.

Ternyata Tante Kinanti sudah orgasme lagi…!

“Kenapa Tante? Udah orga lagi ya?” tanyaku.

“Iya Sayang. Kontolmu terlalu enak sih,” sahutnya lirih.

“Berarti harus istirahat lagi?” tanyaku sambil mencolek - colek mulut vaginanya yang sudah berkembang seperti bunga mekar.

“Sebentar kok istirahatnya. Semenit juga cukup.”

Aku tersenyum lalu iseng menghitung sampai enampuluh, “Satu… dua… tiga… empat… lima…”

Setelah hitungan keenampuluh, aku langsung menelentangkan tubuh Tante Kinanti. Lalu kubenamkan lagi batang kemaluanku ke dalam liang sanggama tanteku yang sudah sangat basah ini. Dengan mudahnya batang kemaluanku melesak masuk semuanya… bleeeeeeeeesssskkkkkk…!

Aku mulai mengentotnya lagi dengan ayunan berirama, sambil meremas -remas sepasang toket yang kenyal tapi padat itu.

Kini aku berani meremas toket Tante Kinanti dengan agak kuat, karena dia suka diperlakukan seperti itu.

Tante Kinanti pun mulai “mengoceh” lagi, “Sam ku… kuat sekali sih? Tante udah dua kali orgasme, tapi Sam masih tangguh gini… ooooooh… Saaam… kontolmu memang luar biasa enaknya Saaaam… ayo entot yang kenceng Sam… iyaaaaa… iyaaaa… tetekku remas lebih kuat lagi Saaam… dudududuuuuh…

Makin lama persetubuhan ini semakin nikmat saja rasanya. Padahal tubuhku sudah bermandikan keringat. Tante Kinanti pun sama, leher dan wajahnya sudah basah oleh keringatnya.

Tapi aku justru suka, menjilati ketiaknya yang sudah dibasahi keringatnya. Membuat Tante Kinanti makin klepek - klepek.

Lama… lama sekali aku menyetubuhi tanteku kali ini.

Sampai akhirnya aku berkata terengah, “Tante aku… udah mau… ngecrotttt…”

“Tahan sebentar Sam. Tante juga mau lepas lagi nih. Biar bareng lagi ngelepasinnya,” sahut Tante Kinanti sambil meremas - remas bahuku.

Aku pun berusaha menahannya dengan memperlambat entotanku. Sampai pada saat Tante Kinanti berkata terengah, “Ayo… letusin air manimu Saaaam…”

Kupercepat lagi entotanku sambil meremas sepasang toket tanteku.

Sampai pada suatu saat, kami seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Saling cengkram dan saling rfemas sekuatnya.

Pada saat itulah moncong penisku menghamburkan air mani di dalam liang memek legit tanteku.

Crrrooottttttt… croooottttttt… crotcrot… croooooooootttt… croooooooootttt…!

Lalu kami sama -sama terkapar di pantai kepuasan yang tak terhingga…

Ooo… betapa indahnya persetubuhanku dengan Tante Kinanti yang cantik jelita dan seksi habis itu.

Diam – diam aku bertekad untuk melanggengkan hubunganku dengan Tante Kinanti. Jangan cuma menjadikannya sebagai tempat pelampiasan nafsu belaka…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu