3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Sejenak kuperhatikan wajah Andi yang ganteng dan kearab - araban. Mungkin karena Andi menuruni genetik ibunya, karena menurut keterangan Mas Baskoro, ibu kandung Andi itu orang dari timur tengah. Tapi bukan wanita timur tengah yang gentayangan jadi pelacur dari Puncak sampai Cipanas.

Lalu kutepuk pantatnya sambil berkata, “Ayo entotin, jangan direndem terus… entar keburu jadi dodol… !”

Andi menjawabnya dengan gerakan. Ya, penis gede panjang itu mulai diayun perlahan - lahan. Aku pun menyambutnya dengan pelukan di lehernya. Dan tanpa ragu kupagut bibir tebal sensual Andi, lalu kulumat bibir sensual itu sambil mengusap - usap rambutnya.

“Ooooo… ooooh… Andiiii… gak nyangka… ternyata kontolmu ini enak banget Diii… oooo… ooooohhh… entot terus Andiiii… “rintihku dalam nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata - kata..

“Me… memek Tante juga… luar biasa enaknya… oooooghhh… seperti memek gadis…” sahut Andi sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Memekku kan belum pernah melahirkan… tentu aja gak beda dengan memek cewek yang belum kawin… oooooh… Andiii… kontolmu memang gagah sekali Andiiii… ayo entot terussssssss… iyaaaa… iyaaaa… entoooot teruuuussss… entooootttttt… entoooooootttttttt… !”

Mungkin aku terlalu menghayati semua yang tengah terjadi ini. Bahwa gesekan demi gesekan kontol Andi, membuat sekujur tubuhku serasa kena stroom, yang mengalir dari juung kaki sampai ke ubun - ubunku. Sehingga dalam tempo belasan menit aku sudah mulai merasakan indah dan nikmatnya wilayah orgasmeku.

Ya… aku mulai berkelojotan menjelang orgasmneku. Lalu sekujur tubuhku terkejang - kejang, dengan nafas tertahan pula. Dan… “Ooooohhhh… !” kuhembuskan nafasku setelah mencapai puncak orgasmeku yang luar biasa indah dan nikmatnya…!

Namun Andi masih asyik menyetubuhiku. Penis panjang gedenya bahkan semakin cepat entotannya. Kubiarkan saja dia beraksi semaunya. Sementara memekku terasa masih ngilu - ngilu sehabis orgasme barusan.

Namun kengiluanku hanya berlangsung kurang dari semenit. Lalu gairahku bangkit lagi untuk meladeni entotan keponakan suamiku itu. Bahkan aku minta agar ia menjilati leherku seperti yang biasa dilakukan oleh Sam setiap kali menyetubuhiku dahulu.

Andi seolah telah menjadi robot, apa pun yang kuminta, dilakukannya tanpa membantah.

“Iya… enak Andi. Sambil gigitin sedikit - sedikit…” ucapku sambil memejamkan mataku erat - erat. Untuk meresapi nikmatnya dientot sambil dijilati leherku seperti ini.

Memang tongkat kejantanan Andi luar biasa enaknya. Sehingga aku seolah menemukan kembali sosok yang selama ini hilang dari kehidupanku. Sosok mantan adik tiriku yang bernama Sammy itu.

Terlebih lagi setelah mulut Andi nyosor ke ketiakku yang selalu dibersihkan dan dikasih deodorant ini. Gelinya bukan main. Tapi gelinya geli enak…!

Karuan saja aku makin merengek dan melenguh dan merintih. “Andiii… oooooh… Andiiii… ini luar biasa enaknya Diii…”

Sementara itu entotan penis Andi semakin menggila, karena liang memekku sudah basah kuyupo oleh lendir libidoku waktu orgasme tadi. Maka tanpa sungkan - sungkan lagi kugeol -geolkan pantatku, sambil mendesah - desah dan merintih - rintih terus, “Aaaaa… aaaaah… aaaaa… aaaaah… Andiii…

Tiba - tiba Andi berkata terengah, “Tan.. Tante… saya mau ngecrot! Le… le… lepasin di luar?”

Spontan kujawab, “Di dalam aja. Aku ingin merasakan nikmatnya disemprot sama air manimu Andiii… ayooo… aku juga udah mau lepas lagi…!”

Lalu goyangan pinggulku sengaja kupercepat. Membesot - besot dan memilin - milin penis Andi yang mau ngecrot itu.

Dan… ooo… betapa indahnya detik - detik puncak birahiku ini. Karena ketika liang kemaluanku mengejut - ngejut sambil mengalirkan lendir libidoku, air mani Andi pun menyemprot - nyemprot liang memekku.

Cretttt… cret… crooootttt… croootttt… crooot… croooooooottttttttt…!

Baik aku mau pun Andi sama - sama mengelojot, lalu sama - sama terkulai di ujung kenikmatan pelampiasan birahi ini.

Sesaat kemudian Andi mencabut penisnyha dari liang memekku. Aku pun segera bangkit sambil berkata, “Kita mandi bareng yok… biar bisa saling menyabuni.”

“Siap Tante.”

Lalu kami turun dari bed dan melangkah ke arah kamar mandi pribadiku.

Di dalam kamar mandi Andi masih tampak polos. Ia bahkan berkata, “Aku merasa seperti bermimpi Tante.”

“Aku juga gak nyangka kalau kontolmu ini enak sekali rasanya,” sahutku sambil memegang penisnya yang sudah terkulai lemas.

“Tapi kalau ketahuan sama Om Baskoro, pasti aku diusir nanti.”

“Tenang aja,” sahutku sambil memutar kran air hangat shower, “yang penting kita harus rapi. Jangan memperlihatkan sikap yang berbeda dari biasanya kalau pamanmu sedang ada di rumah.”

“Jadi… aku boleh ngentot Tante lagi nanti?”

“Boleh… kapan pun kamu mau, kamu boleh ngentot aku. Asalkan Oom kamu sedang tidak di rumah.”

“Iya Tante.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu