3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Aku pun menelanjangi diri di dalam kamar mandi. Tampaknya Utami belum menyadari kehadiranku di belakangnya. Karena matanya terpejam di bawah pancaran air shower, sementara tangan kirinya memegang botol shampoo. Kemudian ia mundur sambil mengeramasi rambutnya dengan shampoo.

Pada saat itulah aku memeluknya dari belakang.

Utami terperanjat, “Waaaw! Abang bikin kaget aja…! Mau mandi juga Bang?”

“Iya,” sahutku sambil menggenggam sepasang toket gedenya dari belakang, “Sekalian ingin menyabuni kamu. Seperti waktu di Surabaya dan Batu tempo hari.”

Utami memutar badannya, jadi berhadapan denganku. Lalu memegang penisku yang sudah agak tegang tapi belum ngaceng benar. “Aku udah kangen sama ini Bang,” ucapnya sambil menatapku dengan senyum manis.

“Kenapa gak ngomong dari kemaren - kemaren?” tegurku.

“Malu,” sahutnya, “lagian kata Abang kan biar sembuh dulu luka di dalam memekku.”

Aku mengambil botol sabun cair dan menuangkannya ke telapak tangan kananku. Lalu menyabuni memek Utami yang sudah disemprot air hangat dari shower manual.

Utami tampak enjoy dengan “kegiatan” tanganku di memeknya yang mulai dilicinkan oleh air sabun.

“Tami… ibumu sudah berapa lama hidup menjanda?” tanyaku sambil mengelus -elus celah memek Utami.

“Sudah lebih dari limabelas tahun Bang,” sahut Utami.

“Kasihan ya. Apa dia nggak kepengen menikah lagi?”

“Yang naksir sih banyak. Tapi Mama selalu menolaknya secara halus. Karena gak mau aku punya ayah tiri, katanya sih.”

“Padahal mamamu itu cantik sekali lho.”

“Iya. Kalau dibandingkan dengan Mama, rasanya aku juga kalah cantik.”

“Kamu ini item manis. Keempat istriku putih semua, makanya aku merasa beruntung punya kamu yang berkulit agak gelap gini. Orang bule banyak lho yang ingin punya kuolit seperti kulitmu ini. Mereka sampai sengaja berjemur di daerah tropis, supaya warna kulitnya jadi gelap.”

Obrolan kami terputus, karena kami mulai mandi sebersih mungkin.

Setelah menghanduki badannya, Utami kusuruh memilih kimono baru yang tersimpan di lemari kaca kamar mandi.

Setelah Utami mengenakan kimono putih yang terbuat dari bahan handuk, yang menurutnya pas dengan ukuran tubuhnya, aku berkata sambil mengenakan kimono yang lain, “Malam ini tidur di sini aja ya. Udah lama nggak tidur telanjang berdua…”

“Iya, tapi aku mau nelepon Mama dulu ya Bang,” sahut Utami.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Setelah kami berada di bedroom, Utami mengeluarkan handphone dari tas kecilnya. Lalu :

“Mama… aku mau tidur di hotel aja ya. Soalnya sedang menyiapkan kerjaan yang harus selesai besok pagi… mmm… iya Mam. Kunci aja pintu garasinya Mam… iya… iya Mamaku Sayang… daag…!”

Utami memasukkan hape itu ke dalam tas kecilnya kembali. Lalu duduk di pinggiran bed sambil berkata, “Ini sih bedroom hotel bintang lima, ya Bang.”

Aku cuma tersenyum. Lalu naik ke atas bed dan menarik Utami ke dalam gumulanku.

“Bang… kalau aku hamil nanti gimana?”

“Kan udah dikasih pil konrtrasepsi. Jangan hamil dulu deh. Supaya kamu bisa konsen ke tugasmu untuk mengembangkan hotel ini sebisanya.”

“Ohya… Mama cantik sekali di mata Abang?”

“Iya,” sahutku sambil mempermainkan pentil toket Utami, “makanya kasihan juga wanita secantik mamamu hidup dalam kesepian dalam waktu segitu lamanya.”

“Kalau Abang mau… hangati aja Mama Bang… yang penting aku jangan dilupakan.”

“Hahahaaa… kamu ini ngomong apa, Sayang?” ucapku sambil memijit hidung Utami.

“Aku ngomong sejujurnya Bang. Apakah Abang mengagumi kecantikan Mama?”

“Kagum sih kagum. Tapi biar gimana dia kan mamamu.”

“Justru karena beliau itu mamaku, jadi kepikiran terus selama ini. Karena Mama berkorban demi aku Bang. Mama tidak mau menikah lagi, karena takut kalau aku punya ayah tiri. Padahal aku yakin Mama masih membutuhkan sentuhan lelaki.”

“Emangnya kamu gak cemburu kalau aku punya hubungan dengan mamamu?”

“Kalau Abang punya hubungan dengan cewek lain, pasti aku cemburu. Tapi kalau dengan Mama, aku takkan cemburu Bang. Malah aku akan ikut bahagia kalau Abang bisa membahagiakan hati Mama. Karena tujuan utamaku saat ini, ingin membahagiakan Mama Bang.”

“Nanti deh kita rundingkan lagi,” sahutku sambil menarik kimono Utami yang ikatan talinya sudah dilepaskan. Lalu kucampakkan kimono itu ke pinggiran bed.

Utami jadi telanjang, karena hanya kimono itu yang melekat di tubuhnya tadi. Sementara kimonoku pun sudah kutanggalkan sehingga jadi sama - sama telanjang bulat.

Tadi aku habis menyetubuhi Bu Naya untuk pertama kalinya. Tapi tadi sengaja aku tidak habis - habisan dengan wanita setengah baya itu. Karena aku memang punya rencana untuk menyetubuhi Utami di bedroom pribadiku ini.

Setelah sasma - sama telanjang bulat, aku merayap ke atas perut Utami sambil menciumi bagian mana pun yang terjangkau oleh bibir dan lidahku.

Namun setelah menciumi bibir Utami dengan sepenuh kehangatan gairahku, sesaat kemudian aku pun melorot lagi, sehingga wajahku mulai berhadapan dengan memek tembem Utami yang berwarna kecoklatan itu.

Utami dan Mamanya memang jauh berbeda. Kulit Bu Naya begitu putih dan mulusnya, sementgara Utami berkulit sawomatang. Tubuh Bu Naya tinggi langsing, sedangkan putrinya bertoket dan berbokong gede dengan pinggangnya yang ramping. Sehingga kalau aku ini pertualang dengan jam terbang masih rendah, memiliki cewek dan ibu kandungnya seperti Utami dan Bu Naya itu sudah cukup memenuhi syarat untuk menikmat keduanya, dengan bentuk dan warna yang jauh beda.

Dan kini aku mulai asyik menjilati mulut memek Utami yang masih segar sekali karena baru mandi. Terkadang kutepuk - tepuk memek tembem berwarna kecoklatan ini. Lalu menjilatinya kembali dengan gairah yang sudah bangkit lagi, seolah belum pernah menyetubuhi wanita lain tadi.

Tubuh belia Utami memang sangat kukagumi. Segalanya masih terasa padat dan kencang. Memeknya poun masih segar, baru satu kali “kupakai” waktu di Batu Malang tempo hari.

Dan kini aku berani menjilati memeknya sambil menyelusupkan jari tengahku ke dalam celah licin dan hangatnya. Terkadang jari tengahku ini kugerak - gerakkan seperti gerakan kontol mengentot memek.

Sehingga Utami mulai merintih - rintih histeris, “Baaang… ooooh Baaaang… ini geli tapi enak sekali Baaang… ooo… oooh Baaaang…”

Pada saat itu pula diam - diam kualirkan air liurku ke celah memek Utami, agar cepat basah dan siap untuk dimasuki penis ngacengku.

Cukup lama kulakukan semua ini, sehingga akhirnya kuanggap liang memek Utami sudah cukup basah. Sudah banyak pelicinnya dan sudah siap untuk dicoblos oleh batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini.

Maka segera kudorong kedua belah paha Utami agar mengangkang selebar mungkin. Lalu kuletakkan puncak peniskju yang bentuknya seperti jamur ini, tepat di ambang mulut memek Utami.

Kemudian kudorong penis ngacengku sekuat tenaga. Dan… blesssss… membenam sampai lehernya. Kudorong lagi sekuatnya… kudorong terusssss… sampai membenam separohnya.

Lalu aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toket gede Utami. Dan mulai mengayun penisku perlahan - lahan… sambil meremas toket kanannya dan mengemut pentil toiket kirinya.

“Ooo… Baaaang… inik enka sekali Baaang… dududuuuuuh… aku merasa seperti melayang - layang gini Baaaang… “rintih Utami sambil mendekjap pinggangku erat - erat.

Makin lama entotanku makin jauh jaraknya, sampai akhirnya moncong penisku terasa mentok di dasar liang memek Utami. pada waktu penisku sedang kudorong.

Lama kelamaan aku mulai mengentot Utami dengan gerakan dan jarak yang njormal. Maju mundur dan maju mundur dan maju mundur terus secara berirama…!

Rintihan dan rengekan manja Utami pun berlompatan terus dari mulutnya.

“Bang Sam Sayaaaaang… iyaaaaa Bang… ini enak sekali Baaaang… entot terus Baaaaang… enak sekali… oo… ooooohhhhhh… Baaaang… Baaaang… entot tyerus Baaang… entot teruuuussssss… entooot… entooot… entooooooootttttt… !”

Terlebih lagi ketika aku mulai menjilati leher jenjangnya yang mulai keringatan, sambil menyedotnya di sana - sini… makin menggila juga rintihan dan rengekan erotis cewek hitam manis ini.

“Entot terus Baaang… entooooot… entoooooottttt… iyaaaaaa… iyaaaa… oooh… Abaaaang… ini enak sekali Baaaang… enaaaak… entot yang kenceng Baaang… entooot… entooootttt… ooooh… kenapa kontol Abangb enak gini sih Baaang… entot yang kencang Baaang…

Dan ketika kedua tangan Utami terjulur ke atas, kujilati ketiaknya disertai gigitan - gigitan kecil. Hal ini pun membuat Utami menggeliat - geliat erotis sambil menghampurkan rintihan - rintihan histerisnya.

“Ooooh… oooo… oooooh… oooo… ooooohhhh… kontol Bang Sam membjuatku gila nih Baaang… luar biasa enaknyaaaa… ayo Bang entot sekencang mungkin Baaaang… ooooh… oooo… oooooh… Abaaaang… enak bang… entot terusssss… entooot… entooootttt…

Cukup lama semua ini terjadi. Sehingga keringatku mulai bercucuran, berbaur dengan keringat Utami.

Sampai akhirnya Utami tampak berkelojotan. Hmm… pertanda orgasmenya sudah hampir tiba. Maka kugenjot kontolku seedan mungkin. Maju mundur dan maju mundur terus dengan cepatnya.

Manakala sekujur tubuh Utamki mengejang tegang, aku pun membenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin, lalu kudiamkan… tidak kugerakkan lagi.

Pada saat itulah aku dan Utami saling cengkram dan saling remas. Sampai akhirnya terasa liang memek sempitnya berkedut - kedut kencang berbarengan dengan kejutan - kejutan batang kemaluanku yang sedang memancar - mancarkan air mani dari moncongnya… croooottttt… crot… crot… crooootttt…

Lalu kami sama - sama terkapar lunglai. Seolah tak bertenaga lagi.

Esok paginya, kupanggil Yoga ke ruang kerjaku.

Setelah Yoga muncul dan duduk di depan meja kerjaku, “Yoga… kamu sanggup kalau kuangkat jadi general manager di sebuah hotel bintang empat di Surabaya?” tanyaku.

“Hotel punya siapa Bang?” Yoga balik bertanya.

“Punyaku lah. Kalau punya orang lain, masa aku menawarkan jabatan strategis gitu.”

“Hotelnya pasti lebih gede daripada hotel ini ya Bang.”

“Iya. Lebih mewah pula kalau dibandingkan denganhotel ini. Bagaimana? Kamu sanggup kalau kuangkat jadi GM di hotel itu?”

“Wulan bagaimana nanti?”

“Ya bawalah sekalian ke Surabaya. Kan di sana ada rumah inventaris untuk general manager. Mobil juga disediakan berikut sopirnya.”

“Iya deh Bang. Sebenarnya ini surfprise besar buatku. Tapi aku siap Bang.”

“Jangan asal siap - siap. Kamu harus menyiapkan diri, minimal harus membeli buku - buku tentang perhotelan secara lebih mendetail. Mmm… mungkin dua minggu lagi aku akan mengantarkanmu ke Surabaya. “.

“Iya Bang.”

“Kalau kamu sudah jadi GM, sebaiknya Wulan jangan disuruh kerja juga di hotel itu. Nanti wibawamu malah turun di mata karyawan.”

“Iya Bang. Wulan biar jadi ibu rumah tangga aja. Mmm… kalau aku jadi GM, mungkin aku harus punya banyak stelan jas dan dasi ya Bang.”

“Gampang soal itu sih. Nanti kubelikan. Ohya… gaji GM di sana tiga kali gaji manager di sini.”

“Wow… baguslah. Bikin aku yakin kalau Wulan gak usah kerja segala di sana. Cukup - cukupkan dengan gajiku aja.”

“Bagaimana rumah tanggamu dengan Wulan, baik -baik aja kan?”

“Baik - baik aja Bang. Hanya ada sesuatu yang aneh pada diriku. Sebenarnya sudah lama aku ingin curhat tentang masalah ini kepada Bang Sam… tapi malu mengucapkannya.”

“Lho ada apa sebenarnya? Kenapa kamu pake malu - malu segala? Apakah kamu mengalami sesuatu yang serius?”

“Serius juga sih Bang. ENtah kenapa aku sering diganggu oleh pikiran yang aneh ini.”

“Pikiran apa? Ngomong dong terus terang. Masa sama abangmu sendiri masih main rahasia - rahasiaan?”

”Aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada jiwaku ini. Yang jelas aku sering membayangkan Wulan disetubuhi oleh orang lain… bahkan aku sering membayangkan seandainya Wulan disetubuhi oleh Abang… pasti gairahku akan bangkit sesudahnya. Apakah aku ini seorang lelaki cuckold Bang?”

Aku terhenyak mendengar pengakuan adikku itu. Tapi aku berusaha untuk menenangkannya. “Sebenarnya kebanyakan suami suka mengkhayalkan istrinya disetubuhi pria lain. Lalu khayalan itu dianggap mampu membangkitkan gairahnya. Jadi apa yang terjadi pada dirimu itu masih tergolong lumrah. Malahan di dunia Barat, sering terjadi wife sharing, wife swap dan sebangsanya.

“Iya Bang.”

“Yang penting, jangan sampai pikiran itu mengganggu keutuhan rumah tanggamu.”

Lalu banyak… banyak lagi yang Yoga sampaikan padaku. Dan aku memiliki prediksi, bahwa sangat mungkin Yoga bisa kugolongkan sebagai seorang lelaki yang cuckold.

Tapi aku tak mau terlalu jauh membahasnya. Karena aku ingin membesarkan hati Yoga, agar dia konsen mempersiapkan dirinya untuk menjadi general manager hotelku yang di Surabaya itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu