3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 34

Pada waktu nafsu birahi disalurkan, manusiawi sekali kalau sepasang manusia yang sedang melampiaskannya akan lupa daratan. Lupa segalanya. Apakah pada detik-detik pelampiasan nafsu birahi itu suka ada campur tangan setan, sehingga kelakuan pelakunya sering memperlihatkan gejala-gejala seperti sedang kerasukan?

Entahlah.

Yang jelas Sisi pun seperti tak menyadari celotehan-celotehan yang berlontaran dari mulutnya pada saat aku sedang gencar mengentotnya.

“Baaang… oooh… Baaang… ini luar biasa nikmatnya Baaang… oooh… entot terus Baaang… aku… aku merasa seperti sedang melayang - layang gini Baang… oooh… Baaaang… entot terus Baaang…”

“Gak nyesel perawanmu sudah kuambil?” tanyaku iseng.

“Sama Abang sih aku ikhlas Bang… aaaa… aaaaah… ternyata dientot ini enak sekali ya Bang… aaa… aaaah… rasanya sampe melayang - layang gini… Baaaang… ooo… ooooh… makin lama makin enak Baaaaang… Iya Bang… entot terus Baaang… ooo… ooo… ooooohhh… Baaaang …

Terlebih lagi setelah mulutku bersarang di ketiaknya… menjilati ketiak kirinya sambil meremas toket kanannya… Sisi semakin terlena-lena dan merem melek.

Bahkan pada suatu saat Sisi klepek klepek… berkelojotan dengan nafas tertahan - tahan.

Melihat gejala - gejala Sisi akan mencapai orgasme, aku pun siap - siap untuk ejakulasi. Karena kalau terlalu lama mengentotnya, aku takut kalau luka bekas pemecahan hymennya terlalu lebar.

Maka kupercepat entotanku sambil memperhatikan wajah cantik Sisi yang memucat. Lalu terdengar suaranya lirih, “Baaaaang… ooooh… Baaang… aku… aku ini kenapa seperti melayang - layang dan… dan takut jatuh… ooooo… !”

Lalu Sisi menahan nafasnya sambil mencengkram kedua bahuku erat - erat.

Pada saat yang sama, kudesakkan batang kemaluanku sejauh mungkin, sampai terasa menyundul dasar liang memek Sisi. Lalu kupertahankan posisi batang kemaluanku seperti itu.

Sebelum batang kemaluanku ejakulasi, masih sempat kurasakan liang memek Sisi seperti menggeliat sekujurnya… lalu terasa pula kedutan -kedutan erotisnya… diikuti dengan kejutan - kejutan batang kemaluanku yang sedang memuntahkan air mani.

Crot… croooottttttttt… crooootttttttt… crotcrotcrottt… croooottttt…!

Aku pun terkapar di atas perut Sisi. Sementara rona wajah Sisi mulai memerah lagi, namun sekujur tubuhnya jadi lemas lunglai.

Kemudian kutarik batang kemaluanku dari liang memek Sisi. Pandanganku pun langsung terpusat ke kain seprai di bawah bokong adik sepupuku. Memang ada darah di situ. Darah perawan putri tunggal Tante Salma.

Aku semakin sayang kepada adik sepupuku yang luar biasa cantiknya itu. Tapi masalah cinta… memang aneh… rasanya cintaku tetap hanya untuk Mamie seorang. Karena aku bukan kacang yang lupa pada kulitnya. Karena aku tahu diri, bahwa semua kemajuan yang telah kuperoleh, awalnya berasal dari Mamie.

Walau pun begitu, aku berjanji di dalam hati, bahwa aku takkan pernah menyakiti hati Sisi. Bahkan sebaliknya, aku akan memanjakannya seperti pemanjaan seorang ayah kepada anak bungsunya. Sekaligus ingin mendidiknya sampai benar-benar mampu mengelola hotelku.

Sementara itu…

Setelah dipertimbangkan sematang-matangnya, aku memutuskan untuk merombak kamar - kamar hotel lama, agar bisa dinaikkan levelnya jadi kamar hotel bintang tiga.

Bahkan aku ingin agar keadaan di hotel lama lebih nyaman daripada hotel baru yang belum dibuka juga itu. Untuk itu aku memutuskan untuk menggabungkan dua kamar jadi satu kamar, dengan membobok dindingnya untuk dijadikan pintu. Dengan demikian setiap kamar yang sudah digabungkan itu jadi punya rung tamu yang tadinya satu kamar gaya lama.

Dengan sendirinya 100 kamar di hotel lama menjadi 50 kamar saja. Dengan demikian hotelku takkan dijadikan melati tiga dan bintang tiga. Semuanya jadi hotel bintang tiga. Yang terdiri dari 50 kamar di hotel yang tidak bertingkat dan 250 kamar di hotel yang empat lantai itu. Tarifnya pun malah lebih mahal di hotel lama yang sudah direnovasi itu.

Semuanya itu dibangun dalam tempo yang singkat. Hanya butuh waktu dua bulan saja untuk mengerjakan proyek perombakan kamar-kamar di hotel lama itu.

Dengan sendirinya semua karyawan-karyawati dirumahkan semua, kecuali petugas security saja yang tetap aktif.

Setelah grand opening, barulah mereka bekerja kembali dengan status yang berubah. Istilah kepala bagian tidak ada lagi. Diganti menjadi manager. Kepala bagian personalia menjadi manager HRD, kepala bagian keuangan menjadi manager keuangan, kepala bagian operasional menjadi manager operasional, kepala bagian pemasaran menjadi manager marketing dan sebagainya.

Tentu saja gaji mereka pun naik semua. Dengan sendirinya mereka tampak semakin bersemangat melaksanakan tugasnya masing - masing. Karena selain gajinya p[ada naik, mereka pun ikut bangga bekerja di hotel yang sudah dinaikkan levelnya jadi hotel bintang tiga. Bahkan banyak yang bilang bahwa hotelku ini hotel bintang empat dengan tarif bintang tiga.

Waktu grand opening itu Papa dan Mamie juga hadir. Mereka merasa bahagia melihat kemampuanku untuk mengembangkan hotel pemberian Mamie ini.

Mama, Mbak Ayu dan Mbak Ita pun kuundang. Tapi yang hadir hanya Mbak Ita. Pada waktu berjabatan tangan dan cipika-cipiki denganku, Mbak Ita masih sempat berbisik, “Meski sudah menjadi big boss, jangan lupakan aku ya Sam. Aku selalu kangen padamu.”

Aku cuma tersenyum sambil mengangguk. Karena tamu undangan cukup banyak yang hadir di convention hall.

Yang paling membahagiakanku, Frida, Aleksandra dan Halina hadir dan selalu membentuk kelompok sendiri, pertanada solidnya persahabatan mereka.

Sementara itu Yoga sudah menikah dengan Wulan. Kemudian kuhadiahi sebuah rumah kecil tapi tanahnya cukup luas. Kalau Yoga mau dan ada duitnya, nanti rumah itu bisa dikembangkan.

Di hotel, Yoga kutempatkan sebagai manager logistik. Sementara Wulan kutempatkan di kitchen sesuai dengan pendidikannya.

Pada suatu hari… ketika aku baru mengaktifkan laptop untuk memeriksa laporan manager-managerku, interphone berdering. Kubuka dan terdengar suara dari bagian security, “Selamat pagi Boss. Ini ada tamu, katanya masih keluarga Boss dari Ternate, bernama Rike Mariah.”

Aku terkejut. Tante Rike itu adik Papa. Sementara adik ibu kandungku ada juga yang namanya mirip, yakni Tante Reki. Yang satu Rike, yang satu lagi Reki.

“Ya, antarkan dia ke ruang kerjaku,” sahutku.

“Siap Boss !”

Laptop pun ku-shutdown lagi. Lalu berdiri untuk menyambut kedatangan Tante Rike yang adik Papa dan adik Tantew Salma itu. Ya, kalau tidak salah usia Tante Rike itu adik Tante Salma. Sementara Tante Rae adik bungsu Papa, tapi berlainan ibu. Kalau Tante Rose, Tante Salma dan Tante Rike itu adik-adik Papa yang seayah dan seibu.

Pintu terdengar diketuk dari luar.

“Yaaa… buka aja !” seruku.

Pintu pun terbuka. Seorang wanita berhijab berdiri di ambang pintu masuk. Seorang satpam mengantarnya masuk, kemudian kembali lagi setelah pamitan padaku.

“Tante Rike?!” seruku.

Tante Rike merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum manis. Aku pun menghambur ke dalam pelukannya dengan perasaan kangen sekali.

Lama aku berpelukan dengan tanjteku yang pada waktu aku masih kecil suka mengasuhku dengan penuh kasih sayang itu.

“Kamu sangat berubah Sam,” ucap Tante Rike setalah duduk di sofa berdampingan denganku, “Kalau ketemu di jalan, pasti aku lupa lagi padamu.”

“Tante juga jadi berubah sekali. Kalau dulu cantik, sekarang sangat - sangat cantik sekali… !”

“Masa sih?! Aku jadi cantik sekali di matamu?” tanya Tante Rike asambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Serius Tante. Dalam keadaan berhijab saja Tante kelihatan cantik sekali. Apalagi kalau rambutnya tidak tertutup oleh hijab.”

“Ohya?! Boleh dong aku dipacari sama kamu selama berada di kota ini ya?”

“Siapa takut pacaran sama Tante? Soalnya aku masih ingat benar, waktu aku masih kecil, Tante sering membelikanku mainan. Lalu mengajak main ke sana-sini. Makanya sekarang kangen banget, Tante.”

“Aku juga kangen banget sama kamu Sam. Ohya, kata papamu, sekarang kamu sudah punya istri tiga orang. Yang kedua dan ketiga cewek bule pula katanya ya.”

“Ya begitulah Tante. Takdirku sudah tersurat harus seperti ini.”

“Kamu meang ganteng Sam. Cewek mana pun bisa kamu gaet.”

“Ohya… Tante sama siapa ke sini?”

“Sendirian aja.”

“Nggak sama anak-anak?”

“Anak - anak siapa? Aku kan belum punya anak Sam.”

“Ohya? Masih merepet rapet dong itunya,” ucapku sambil menunjuk ke bawah perut Tante Rike.

“Apaan? Memekku? Hihihi… tentu aja masih seperti memek gadis, karena belum pernah brojolin bayi. Emangnya kamu mau nyobain?”

“Sapa takut? Mau Tante… serius nih… mauuu,” sahutku sambil menepuk-nepuk bagian bawah perut Tante Rike.

“Buat keponakan tersayang sih apa pun yang diminta pasti kukasih. Aku mau lama sekali tinggal di kota ini.”

“Terus suami Tante ditinggalin begitu aja?”

“Biarin aja. Habisnya gara-gara nggak punya anak terus, dia malah kawin lagi sama cewek yang lebih muda. Nggak taunya sampai lima tahun dia punya istri muda, nggak punya anak juga. Makanya aku minta izin mau pulang ke kampung halaman selama setahun. Eee… dia langsung ngasih izin. Mungkin biar puas dekapin istri mudanya.

“O gitu ya? Biarin aja, selama di sini aku aja pengganti suaminya ya.”

“Serius?”

“Serius Tante.”

“Tapi selama di sini, dari mana aku nyari duit buat makan sehari-hari… selama setahun lho… !”

“Soal itu sih jangan dipikirin. Tante boleh tinggal di salah satu kamar hotel ini.”

“Dari mana aku punya duit untuk bayar kamarnya? Hotel ini kan hotel berbintang. Pasti mahal tarifnya.”

“Untuk tanteku tersayang, kamar di hotel ini gratis. Mau tinggal lima tahun juga tetap gratis selama aku masih tetap menjadi pemiliknya. Untuk keperluan sehari-hari, aku bantu deh secukupnya. Syaratnya cuma satu…”

“Apa syaratnya?”

“Tante harus jadi milikku selama tinggal di sini.”

“Hihihi… itu sih bukan syarat. Malah aku juga pengen nyobain kontol anak muda… sekalian mau balas dendam sama suamiku… !”

Gilanya, obrolan hot ini membuat tombak pusakaku jadi ngaceng berat. Maka tanpa ragu kutarik ritsleting celana panjangku, lalu kuselinapkan tanganku ke balik celana dalam. Dan kusembulkan kontolku sambil berkata, “Ini nih yang bakal ngentot Tante selama tinggal di hotel ini…!”

“Anjriiit! “Tante Rike terbelalak sambil memegang penis ngacengku, “Kontolmu segede ini Sam?! Waaah… pasti aku merem melek dientot sama kontol sepanjang dan segede ini sih… ini sudah ngaceng pula Sam… !”

“Iya. Soalnya aku ngobrol sambil ngebayangin memek Tante…”

Meski memakai gaun jubah, Tante Rike bisa menyingkapkan jubahnya itu sampai ke perut, kemudian menarik celana dalamnya ke samping, “Nih… memekku kayak gini bentuknya…”

“Wah… memeknya gondrong sekali. Sudah lama aku gak ngerasain enaknya ngentot memek berjembut lebat gini Tante,” ucapku sambil mengusap-usap jembut Tante Rike.

“Anak muda zaman sekarang kan senengnya sama memek botak. Tapi kata orang fanatik sama memek berjembut sih, bilang bahwa memek botak itu kayak tahu kebanting… lalu bentuknya kelihatan kayak memek botak hihihihiii… !”

“Aku sih memek botak suka memek gondrong juga suka. Yang botak dan yang gondrong punya kelebihan masing-masing.”

Sesaat kemudian aku memijat nomor front office di pesawat interpohone. Lalu terdengar suara, “Selamat siang Boss. Ada yang bisa kami bantu?”

“Room yang di bawah ada yang kosong?” tanyaku.

“Wah… yang di bawah full booked Boss.”

“Di belakang gimana?”

“Di belakang yang banyak kosong di lantai empat Boss.”

“Kamar empat nol satu kosong nggak?”

“Empat nol satu kosong Boss.”

“Ya udah. Kamar itu mau dipakai oleh keluargaku.”

“Siap Boss.”

Kemudian kupanggil bellboy, untuk membawa dua tas besar punya Tante Rike ke kamar 401 di lantai empat. Aku pun mengajak Tante Rike ke arah pintu lift yang kuarahkan ke lantai empat.

Setelah kami masuk, bellboy menyerahkan electronic key-nya padaku. Kemudian mohon izin untuk kembali ke lantai dasar.

Setelah beradai di dalam kamar 401, Tante Rike memandang keadaan di dalam kamar itu. Termasuk kamar mandi dan toiletnya diperiksa. Lalu memandang ke luar kamar yang terletak di sudut lantai empat itu lewat jendela kaca.

“Wah… hotelmu ini mewah sekali Sam. Dijadikan hotel bintang lima juga layak, “katanya sambil menepuk bahuku.

“Iya. Di situ nanti kita saling lampiaskan birahi kita,” sahutku sambil menunjuk ke bed berukuran luas, yang bisa masuk untuk tidur empat orang.

“Kapan? Sekarang aja ya. Mumpung aku lagi horny nih.”

“Boleh.”

“Sebentar… aku mau pipis dulu ya,” kata Tante Rike sambil bergegas melangkah ke arah kamar mandi.

Pada saat itulah aku melepaskan segala yang melekat di tubuhku. Dalam keadaan telanjg inilah aku melompat ke atas bed dan merebahkan diri sambil menarik selimut sampai menyelimuti sekujur tubuhku. Hanya kepala saja yang tidak kuselimuti.

Sesaat kemudian Tante Rike muncul dalam keadaan yang sudah berubah. Baju jubah dan jilbabnya sudah tak dipakai lagi, mungkin ditinggalkan di kamar mandi. Lalu kelihatan Tante Rike begitu seksinya, karena rambutnya tergerap lepas, sementara tubuhnya cuma ditutupi oleh binnenjurk (pakaian dalam) yang sangat tipis dan transparant, sehingga sekujur tubuhnya nampak dengan jelas.

“Kenapa malah sembunyi di balik selimut?” tanya Tante Rike sambil naik ke atas bed.

“Mau ngajak satu selimut berdua,” sahutku sambil tersenyum.

Tante Rike pun mengangkat sisi selimut yang kosong, lalu masuk ke dalam, berdampingan denganku. Tangannya pun merayap, pas ke arah alat kejantananku. Dan terperanjat, “Waaaw… kamu udah telanjang Sam?”

“Kan Tante juga udah nyaris telanjang,” sahutku sambil menggerakkan tanganku ke arah paha Tante Rike, lalu menyelinap ke balik binnenjurk-nya, membuatku langsung pada sasaran. Langsung memegang memeknya yang berjembut lebat itu.

Karena ingin melihatnya dengan dari jarak dekat, kusingkapkan selimut yang menyelimuti kami berdua, sehingga jelaslah semuanya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu