3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 23

Lembaran Kehidupan Ita

Meski aku punya ayah tiri, namun aku bukan anak brokenhome. Kehidupanku terasa nyaman bersama Mama dan Papa tiriku yang tidak membeda-bedakan terhadap anak kandung dan anak tirinya.

Tapi dalam masalah cinta, aku sudah berkali-kali gagal. Mungkin semuanya itu hanya cinta monyet. Karena semua kegagalan cintaku terjadi pada waktu aku masih duduk di SMA. Namun aku jadi traumatis. Jadi malas punya pacar lagi. Biarlah, aku akan mencurahkan pikiranku buat pendidikan saja. Setelah jadi sarjana, barulah aku akan memikirkan untuk pacaran lagi.

Maka setelah jadi mahasiswa, aku tak mau dijadikan pacar siapa pun. Memang banyak yang PDKT padaku, namun aku selalu memberikan batas pemisah. Aku hanya mau menerima teman kuliahku sebagai teman atau sahabat. Tak mau lebih dari itu.

Tapi entah kenapa, setelah usiaku menginjak 19 tahun, aku jadi sering memikirkan sesuatu yang belum pernah kurasakan. Yang kupikirkan adalah masalah… sex…!

Apakah khayalan yang sering menggelayuti benakku ini sesuatu yang wajar atau tidak? Entahlah.

Ternyata salah seorang sahabatku, Rima, mengalami hal yang sama. Dia juga sering membayangkan betapa indahnya kalau dicumbu dan disetubuhi oleh lawan jenisnya. Tapi Rima sudah punya solusinya. Dia membeli sebuah dildo. Dengan dildo itu Rima bisa memuasi dirinya sendiri, tanpa mengharapkan kehadiran cowok.

“Seperti apa sih dildo itu?” tanyaku pada suatu hari, ketika sedang mengunjungi rumah Rima sepulangnya kuliah.

“Di dalam kamarku aja yok,” kata Rima sambil mengajak masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamarnya, Rima mengeluarkan dildo itu dari lemari pakaiannya. “Ini nih… bentuknya persis sama dengan kontol kan?” kata Rima sambil menyerahkan dildo itu padaku.

Meski belum pernah melihat penis cowok, tapi aku sering nonton bokep. Memang mirip sekali dengan penis cowok. Ada pelernya segala.

“Pakai kabel segala… buat apa?” tanyaku lugu.

“Buat vibratornya.”

“Jadi cara makainya gimana?” tanyaku lagi.

“Kalau tak mau kehilangan keperawanan, tekankan aja kepalanya ke itilmu. Lalu nyalakan vibratornya. Pasti kamu bakal merasakan sensasi ML. Kalau mau merasakan seperti ML beneran, masukin aja dildo ini ke liang meki kamu. Tapi kalau dildo ini dimasukkan ke liang meki, berarti keperawanan kamu bakal robek.

“Kamu sendiri pernah dimasukkan ke dalam liang meki?”

“Tadinya sih gak mau. Tapi belakangan ini selalu kumasukkan ke dalam mekiku.”

“Berarti kamu gak perawan lagi dong.”

“Biarin ajalah. Hari gini masih bicara soal keperawanan… huuh… !”

“Mmm… tolong beliin dong satu buat aku. Nanti duitnya kuganti.”

“Ini aku masih ada cadangan dua lagi. Masih baru semua. Belum pernah kupakai,” kata Rima sambil mengeluarkan dua buah dildo yang masih disegel dalam kotak dusnya masing-masing.

“Nih… pilih aja mau yang mana. Yang satu ukuran king size… yang satu lagi ukuran kecil.”

Setelah kupikirkan sesaat, akhirnya kupilih yang kecil. Hanya sebesar jempol kakiku. Sementara yang gede, aku ngeri melihatnya juga.

Lalu kutanya berapa harganya, Rima malah menjawab, “Ambil aja gak usah dibayar. Hitung-hitung kado ulang tahunmu aja. Hihihiii… !”

“Ulang tahunku udah lewat tiga bulan yang lalu. But… terima kasih ya Rim.”

“Iya… sama-sama. Selamat mencoba kontol-kontolan yaaa…”

Aku tersipu mendengar ucapan sahabatku itu. Tapi lalu kumasukkan dildo itu ke dalam ransel kuliahku.

Malamnya aku mempraktekkan “pelajaran” dari Rima.

Di dalam kamarku yang pintunya sudah kukunci, kukeluarkan dildo itu dari dalam kotak kartonnya. Kuperhatikan sejenak dildo itu dengan perasaan asing menyelinap ke dalam batinku. Lalu kumatikan lampu, sehingga kamarku jadi gelap gulita. Biasanya kalau lampu kumatikan, pertanda aku sudah mau tidur. Tapi saat itu aku punya “kegiatan” di dalam gelapnya kamarku.

Saat itu aku hanya mengenakan kimono, tanpa bra mau pun celana dalam di baliknya. Lalu… sesuai dengan petunjuk dari Rima, kutempelkan puncak dildo itu ke kelentitku. Kemudian kuaktifkan vibratornya.

Maaak… ini geli-geli enak yang luar biasa rasanya. Aku sampai terpejam-pejam merasakan enaknya getaran dildo yang kutekankan ke kelentitku ini.

Aku klepek-klepek sendiri di dalam kamarku yang gelap gulita.

Dan “kelakuan baru” ini kulakukan hampir tiap malam. Bahkan pada waktu datang bulan pun terkadang aku melakukan perbuatan yang kurahasiakan ini.

Namun seperti yang dialami oleh Rima, lama kelamaan aku penasaran dan ingin merasakan seperti apa rasanya kalau dildo itu kumasukkan ke dalam liang memekku?

Ada perasaan takut untuk melakukannya. Takut aku tidak perawan lagi dan sebagainya. Tapi rasa penasaranku makin lama makin kuat.

Sehingga pada suatu malam, diam-diam kulumuri dildoku dengan lotion, seperti petunjuk dari Rima. Lalu kubenamkan dildo yang sudah dilicinkan itu ke dalam liang memekku. Perlahan tapi pasti… sampai masuk semuanya. Ada bagian yang agak sakit di dalam memekku. Tapi tidak seberapa sakit. Lalu kutarik dildo itu tanpa menyalakan vibratornya.

Begitulah… akhirnya dildo itu kumainkan, dibuat maju mundur di dalam jepitan liang memekku.

ternyata memang enak sekali… membuatku terpejam-pejam saking enaknya. Sambil membayangkan sedang disetubuhi oleh seorang cowok. Dan gilanya, aku malah membayangkan seolah-olah sedang disetubuhi oleh… Sam!

Ya… setiap kali kumainkan dildoku, selalu saja aku membayangkan tengah disetubuhi oleh Sam. Karena adik tiriku yang satu itu memenuhi kriteriaku. Ganteng dan macho. Berbeda dengan Yoga yang tampan tapi “lemah gemulai”.

Tapi sayangnya Sam itu adik tiriku. Sehingga kupendam saja perasaan kagumku padanya. Dan bersikap biasa-biasa saja, seolah tak pernah mengkhayalkannya sebagi cowok yang sering menggauliku.

Namun… pada suatu saat Sam benar-benar hadir!

Itulah sebabnya aku bersikap “welcome” ketika sedang tidur tanpa mengenakan celana dalam, lalu diam-diam Sam masuk ke dalam kamarku untuk meminjam sisir, tapi lalu asyik memainkan kemaluanku.

Aku memang tidak perawan lagi. Dildolah yang telah membuatku tidak perawan lagi.

Tapi cowok pertama yang menyetubuhiku adalah Sam.

Bahkan pada kesempatan berikutnya, Sam “dikeroyok” oleh aku dan Rima di hotel yang bersatu dengan mall itu.

Seminggu setelah kami bertiga kencan di hotel itu, aku dibuat resah di dalam kamarku. Ingin merasakan lagi nikmatnya disetubuhi oleh adik tiriku itu. Padahal saat itu sudah jam sebelas malam. Sementara nafsu birahiku sudah menagih-nagih. Maka kukirim WA buat Sam yang tadi sudah kelihatan naik ke lantai atas.

-Sam, Miss V sudah kangen sama Mr. P. -

Langsung datang balasan dari Sam,-Iya. Aku ke situ sekarang. Pintunya jangan dikunci ya, biar gak usah ngetuk-ngetuk dulu-

-Iya.-

Beberapa saat kemudian pintu kamarku dibuka dari luar. Lalu tampak Sam masuk, berjalan biasa-biasa saja. Tidak mengendap-ngendap.

“Sekarang ini malam Minggu yang hot buat kita berdua Mbak,” kata Sam sambil menepuk-nepuk bokongku.

“Sttt… pelan-pelan… nanti kedengaran si Yoga di kamar sebelah…!” kataku sambil menyimpan telunjuk di bibirku.

“Hahaaa… tenang aja Mbak. Yoga lagi study tour ke Jogja. Mama dan Mbak Ayu baru berangkat setengah jam yang lalu, mau pada nginap di rumah Tante Mira katanya.”

“Haaa?! Jadi sekarang cuma kita berdua di rumah ini?”

“Iya Mbak. Kita bisa ngewe sepuasnya… emwuaaah… emwuaaah… !” kata Sam sambil memeluk dan menciumi pipiku.

“Emang udah dari tadi siang aku ingin dientot sama kontolmu…” ucapku blak-blakan, sambil menyelinapkan tanganku ke balik celana piyama Sam, “Widiiih… udah ngaceng gini kontolmu, Sam.”

“Iyalah. Kontolku selalu siap untuk bertugas menyodok memek Mbak Ita.”

“Sam,” ucapku sambil menarik tangan Sam ke atas tempat tidurku, “Aku pengen belajar blowjob…”

“Ohya?! Ini aku bawa flashdisk berisi beberapa bokep. Setelin aja di laptop Mbak.”

“Iya sini… ta setelin di laptop,” sahutku sambil menjemput flashdisk punya Sam.

Lalu kuaktifkan laptop. Kupasang flashdisk. Dan kuaktifkan isinya.

“Kalau gak salah video ketiga blowjob semua tuh,” kata Sam yang sedang duduk di pinggiran bedku.

Kuputar video ketiga, sesuai dengan petunjuk Sam.

Memang benar. Video itu berisi adegan blowjob seperti yang kuinginkan. Ceweknya tampak sangat bersemangat mengulum dan mengurut-urut penis cowoknya.

Maka kubawa laptopku ke atas bed. Sam pun melepaskan celana piyamanya dan penisnya langsung nyembul. Karena dia tidak mengenakan celana dalam, seperti aku.

Ketika aku mulai memperhatikan adegan di layar laptop, Sam sudah menelentang sambil mengelus-elus kontolnya yang sudah kemerah-merahan dan tegang itu.

Hanya memperhatikan sebentar saja, aku sudah mengerti apa yang harus kulakukan. Dan mulai kulakukan. Menjilati moncong dan leher penis Sam, kemudian mengulumnya sambil mengalirkan air liurku ke badan penisnya. Lalu mengurut-urut badan penisnya yang tidak terkulum olehku.

Saat itu aku rebah menelungkupi tubuh Sam secara sungsang, sehingga kemaluanku berada di atas mulut Sam.

“Nah… ini sih bisa sambil main enamsembilan,” kata Sam sambil menyingkapkan kimonoku. Lalu menarik bokongku, sehingga memekku jadi menyentuh mulutnya.

Lalu ketika aku semakin giat menyelomoti penis Sam sambil mengurut-urut badan penisnya yang sudah berlepotan air liurku… Sam pun mulai menjilati memekku.

Oi Maaaak…! Ternyata posisi 69 ini memang nikmat sekali. Karena ketika aku semakin lahap menyelomoti dan mengurut-urut penis Sam, aku pun menikmati enaknya memekku dijilati oleh Sam.

Dalam tempo singkat saja liang kemaluanku sudah membasah, sementara penis Sam semakin ngaceng, semakin keras dan mungkin sudah saatnya untuk dijebloskan ke dalam liang kemaluanku.

Maka kulepaskan penis Sam dari kulumanku. Lalu melepaskan kimonoku dan menelentang sambil berkata, “Cukup Sam… masukin aja kontolmu… aku udah kangen berat sama kontolmu itu…”

Sam mengangguk sambil tersenyum. Lalu melepaskan baju piyamanya dan langsung merayap ke atas poerutku sambil meletakkan penisnya di mulut vaginaku. “Kirain mau nyobain posisi woman on top,” ujarnya.

“Nggak ah. Posisi biasa gini aja, rasanya lebih lengkap,” sahutku.

Dan… aaaaah… penis Sam mulai membenam ke dalam liang kemaluanku yang sudah basah ini.

Spontan kutarik kedua bahu Sam, sehingga dadanya merapat ke sepasang toketku.

“Kontolmu lebih gede daripada dildoku yang udah dibuang itu,” bisikku.

“Enak sama dildo atau sama kontolku?”

“Jauh… jauh lebih enak kontolmu, Dek…”

Sam ketawa mendengar sebutan Dek itu, karena tidak seperti itu biasanya. Tapi dia memang lebih muda setahun daripada aku.

Sesaat kemudian penis Sam mulai diayun, maju-mundur seolah sedang memompa liang kenikmatanku.

Aku pun menyambutnya dengan merengkuh leher Sam ke dalam pelukanku. Lalu kupagut bibir machonya dan kulumat dengansepenuh gairahku.

Sam pun semakin garang mengentotku. Sehingga aku mulai merengek-rengek manja, “Saaam… aaaaa… aaaaa… aaaaah… kontolmu ini luar biasa enaknya Saaam… iyaaaaaa… entot terus Saaaam… iyaaa… iyaaaaaa… iyaaaaa… iyaaaaa… aaaaa… aaaaah… aaaaa… aaaaah… Saaaaam…

Memang gesekan antara penis Sam dengan liang sanggamaku luar biasa enaknya. Sehingga makin lama aku makin lupa segalanya.

Bahkan pada suatu saat aku mengelojot… lalu mengejang tegang… inilah orgasme yang teramat indah dan nikmat… yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Aku menahan nafasku, sementara liang kemaluanku terasa berkedut-kedut… Sam pun membenamkan penisnya sedalam mungkin… lalu membiarkannya tertanam di dalam liang kenikmatanku.

Dan ketika puncak orgasmeku datang, aku merintih histeris, “Saaaaaam… !”

Lalu sekujur tubuhku lemas lunglai. Dalam perasaan puas sedalam lautan.

Namun Sam mulai menggerakkan penisnya kembali. Perlahan tapi pasti. Makin lama makin cepat. Sementara aku pun sudah bergairah lagi untuk meladeni entotan Sam.

Kali ini Sam bukan cuma mengentotku. Mulutnya pun mulai bersarang di leherku yang sudah keringatan ini. Jilatan-jilatannya di leherku membuat mataku terpejam-pejam saking nikmatnya. Terlebih setelah leherku digigit-gigit… semakin kencanglah aku mendekap pinggang Sam.

Aku belum pandai menggoyangkan pinggulku. Maka pinggulku bergerak-gerak secara spontan saja. Semuanya masih natural dan naluriah. Naluri seorang perempuan yang sedang menikmati fantastisnya disetubuhi pria.

Namun Sam mengajakku untuk mempraktekkan posisi doggy.

Aku hanya mengiyakan dan mengikuti petunjuknya. Setelah penis Sam dicabut, aku menelungkup. Lebih tepatnya menungging. Karena bokongku dinaikkan, sementara Sam sudah berhasil membenamkan kembali penisnya ke liang kenikmatanku.

Lalu… ketika aku menungging sambil memeluk bantal guling, Sam mulai mengentotku lagi…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu