3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Aku tak bisa menipu pada diriku lagi. Bahwa sejak masih di SMA pun aku sudah merasa mencintai Leonora. Tapi entah kenapa aku harus menunda-nunda pengakuanku. Dan setelah sama-sama tamat SMA, Leonora menghilang begitu saja. Tak pernah menghubungiku lagi, lewat handphone sekali pun. Dan ketika aku yang mencoba memanggilnya, jawaban yang diterima adalah, “Nomor yang anda tuju, salah.

Itu berarti bahwa nomor hape Eleonora sudah hangus. Lalu aku mau menemuinya di rumahnya. Tapi rumah Eleonora sudah kosong. Yang ada cuma papan bertuliskan RUMAH ini akan DIJUAL.

Lalu dari rumor yang kudengar, Eleonora pindah ke Jakarta bersama kedua orang tuanya. Lalu hilanglah Eleonora dari lembaran kehidupanku. Dan aku pun konsen ke kuliahku. Sambil mencoba melupakan Eleonora.

Dan kini… setelah sekian lamanya berpisah, aku langsung melakukan sesuatu yang dahulu tidak berani melakukannya. Menggerayangi kemaluannya sebagai awal dari aksiku.

Eleonora bahkan merenggangkan sepasang pahanya, sehingga jemariku semakin leluasa menjelajahi liang memeknya yang kurasa seimbang dengan liang memek Frida.

Tapi pada suatu saat Eleonora berkata, “Di kamar aja yok… di sini takut si bibi tiba-tiba muncul untuk mengambil sesuatu.”

Kuikuti saja ajakan Eleonora untuk bangkit dari sofa, lalu melangkah ke dalam kamarnya yang serba putih.

Ya benda-benda yang berada di dalam kamar ini putih semua. Termasuk warna sofa, dinding, tempat tidur dan seprainya, putih bersih semua. Sementara asesori dindingnya semua terbuat dari perak (bukan stainless steel), berupa ukiran-ukiran dari Eropa timur yang cantik-cantik.

Mungkin karena serba putih dan berkilauan itu lampu di kamar Eleonora hanya dinyalakan yang kecil-kecil saja, supaya tidak menyilaukan mata siapa pun yang berada di kamar beraroma harum ini.

Namun di bawah penerangan redup itu, pandanganku terpusat ke arah Eleonora yang sedang melepaskan celana dalamnya. Lalu duduk di sofa putih yang lebih keren daripada sofa putih di hotel 4 star itu. Sambil menarik gaunnya ke atas, sehingga dari pusar perut sampai ke ujung kakinya terbuka… sementara kedua pahanya pun direnggangkan jaraknya.

“Kok gak langsung telanjang?” tanyaku sambil berjongkok di antara kedua kaki Eleonora, sambil memperhatikan kemaluannya yang tembem dan rapat, sehingga yang tampak hanya garis lurus dari atas ke bawah. Gila… sangat mirip kemaluan istriku…!

Hanya bedanya, kemaluan Eleonora bersih dari jembut karena dicukur, bukan alamiah seperti memek istri tercintaku.

“Ya kamu harus berjuang dong, telanjangi aku. Supaya aku tidak terkesan bertepuk sebelah tangan,” sahut Eleonora sambil membelai rambutku yang berada di bawah perutnya.

“Nanti deh… step by step aja dulu,” kataku sambil mengusap-usap memek plontos bersih itu, “Aku pengen jilatin memekmu sahabat lamaku ini.”

“Jilatin deh sesukamu. Tapi kamu sambil duduk di lantai gitu, gak enak ah. Di sana aja yok,” ucap Eleonora sambil menunjuk ke atas tempat tidurnya yang lebar dan serba putih itu.

Aku setuju saja. Mau main casual atau formal terserah yang punya rumah.

Lalu Eleonora bangkit dan melangkah ke arah tempat tidur serba putihnya.

Aku pun berinisiatif untuk menanggalkan gaun cokelat mudanya yang terbuat dari bahan elastis itu. Dan begitu gaunnya meninggalkan tubuhnya, tiada sehelai benang pun yang masih melekat di tubuh sexy itu. Karena sejak tadi ia tidak mengenakan bra, sementara celana dalamnya masih tergeletak di atas sofa.

Aku pun tak mau buang-buang waktu. Kulepaskan sepatu dan kaus kakiku, kemudian busanaku sehelai demi sehelai. Hanya celana dalam yang masih kubiarkan melekat di tubuhku.

Lalu aku merayap ke atas tubuh Eleonora yang sedang menelentang sambil menatap dan tersenyum padaku. Targetku pun jadi berubah. Tidak seperti waktu duduk di lantai tadi.

Ketika aku sudah menghimpit tubuh telanjang yang sangat menggiurkan ini, ketika wajahku sudah berada di atas wajah manis Eleonora, dengan sepasang bibibr sensualnya yang agak terbuka… aku pun menyergap bibir itu dengan lumatan hangat. Yang Eleonora tanggapi dengan dekapan hangat di pinggangku, sementara lenganku sudah melingkari lehernya.

Agak lama kami saling lumat dan gantian saling sedot lidah… sehingga air liur kami berpindah-pindah tempat tanpa kami pedulikan.

Dan ketika ciuman kami terlepas, Eleonora menatapku sambil berkata lirih, “Ciuman sambil telanjang gini aja rasanya sudah melebihi mimpi-mimpi masa remajaku, Sam.”

Kusahut dengan bisikan, “Apalagi kalau memekmu sudah kuentot nanti yaaa…”

“Iya… tapi aku ingin terhanyut dalam kemesraan dulu… kemesraan yang sudah lama kuimpikan.”

“Sebenarnya aku juga sering mimpikan kamu dahulu, Nor. Jadi pertemuan ini kuanggap untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah itu.”

“Iya. Dalam status yang sudah berubah. Dahulu kamu sahabat dekatku. Sekarang sudah menjadi saudara iparku.”

“Tak usah lagi mempermasalahkan status kita. Yang jelas, saat ini kita sedang menjadi sepasang manusia yang saling membutuhkan.”

Sebagai jawaban, Eleonora memagut bibirku. Lalu kami saling lumat lagi.

Kali ini aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan, untuk meremas toket gede Eleonora sambil saling lumat bibir dan lidah.

Bahkan akhirnya mulutku juga ikut menikmati tegangnya puting payudara Eleonora yang mulai kucelucupi, kujilati dan kusedot-sedot. Sementara tanganku meremas payudara yang satunya lagi. Dengan nafsu yang semakin bergejolak di dalam jiwaku.

Tubuh Eleonora pun mulai menghangat. Sehingga aku merasa harus segera melorot turun. Menjilati pusar perutnya… lalu turun ke bawah… ke bagian yang paling indah itu…!

Kutepuk-tepuk memek plontos tembemnya sejenak, lalu kedua tanganku mengangakan bibir luarnya yang terkatup itu, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink dan basah itu terbuka lebar.

Mulutku seolah membenam ke bagian yang berwarna pink itu. Lalu kujilati bagian yang sangat erotis itu, sementara hidungku berkali-kali menyentuh kelentitnya yang terasa sudah menegang ini.

Mulailah Eleonora menggeliat-geliat sambil mengusap-usap rambutku, sementara batang kemaluanku sudah tegang dan siap tempur. Tapi aku ingin membuat memek Eleonora sebasah mungkin, agar nanti penetrasinya tidak sulit. Karena dalam tempo sebentar pun aku sudah bisa tahu bahwa liang memek Eleonora sama sempitnya dengan liang memek istriku.

Pada saat itulah, tiba-tiba suara musik indah berkumandang perlahan di dalam kamar serba putih ini. Aku tahu bahwa itu seri dari album Beautiful Vocal Chillout Compilation. Tapi aku tidak tahu dari mana Eleonora mengaktifkan sound systemnya. Yang jelas, suara musik yang perlahan dan erotis itu justru membuatku semakin bergairah untuk menjilati memek Eleonora.

Tak cuma bagian dalam memeknya yang berwarna pink itu. Lidahku pun mulai massive menggasak kelentitnya. Sehingga Eleonora mulai menggeliat-geliat sambil meremas-remas bahuku, dengan nafas terengah-engah. Sementara celah kemaluannya terasa sudah basah sekali.

Sepasang paha Eleonora pun semakin terbuka lebar. Sehingga aku bisa memegang selangkangannya, sambil mengintensifkan jilatanku terutama di clitorisnya.

Dan setelah merasa sudah waktunya untuk penetrasi, aku pun berlutut sambil menurunkan celana dalamku.

Eleonora melotot sambil bangkit dan memegang batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini. “Edan… ternyata kontolmu panjang dan gede banget, “gumamnya.

“Emangnya punya suamimu segede apa?” tanyaku sambil mendorong dada Eleonora agar dia rebah celentang lagi.

“Suamiku… badannya doang yang tinggi gendut. Tapi kontolnya kecil… gak bisa ereksi sekeras kontolmu itu pula… maklum usianya sudah tua… sebaya dengan papamu.”

Aku tidak mau membahas masalah suami Eleonora. Takut dia tersinggung. Karena aku yakin, pasti ada sesuatu yang memotivasi dia untuk menerima lelaki tua itu sebagai suaminya. Mungkin soal harta atau balas budi.

Aku lebih peduli untuk meletakkan moncong penisku di mulut memek Eleonora yang sudah ternganga itu (dingangakan oleh sepasang tangan Eleonora sendiri).

Dan ketika aku siap untuk melakukan penetrasi, Eleonora turut memegangi batang kemaluanku, mungkin agar arahnya tepat dan jangan sampai meleset.

Akhirnya kudorong penis ngacengku sekuat mungkin. Dan mulai membenam ke dalam liang memek Eleonora yang super sempit ini… hampir sama sempitnya dengan liang senggama istriku.

“Aaaah… masuuuk… edan… kontolmu gede banget Sam… Frida pasti merem-melek terus… pantesan dia cinta setengah mati padamu…” ucap Eleonora ketika batang kemaluanku sudah terbenam setengahnya.

“Emangnya begitu kenal langsung pamerin kontol?” sahutku sambil menjatuhkan dadaku ke sepasang toket gede saudara sepupu istriku ini. Lalu mendesakkan lagi batang kemaluanku lebih dalam.

Dan mulailah aku menggerak-gerakkan penisku dalam jepitan liang senggama yang super sempit ini.

Eleonora pun melingkarkan lengannya di leherku. Lalu menciumi pipi dan bibirku bertubi-tubi, sementara aku mulai mengentotnya dengan gerakan dipercepat. Tapi belum lancar benar, karena liang memeknya membuat batang kemaluanku masih sulit bergerak.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa menit aku mengentotnya, liang memek Eleonora pun makin lama makin licin, karena banyak lendir libidonya yang “membantu dan melicinkan” entotanku.

Detik-detik penuh aroma nafsu birahi pun semakin merajalela di dalam kamar serba putih ini. Eleonora pun mulai menggoyang pinggulnya, memutar-mutar, meliuk-liuk dan menghempas-hempas. Membuat batang kemaluanku seperti diperas dan dibesot-besot.

Wow… betapa nikmatnya mengentot sahabat seSMA dahulu ini. Sahabat yang kini menjadi saudara iparku, sekaligus menjadi kekasih gelapku.

Dan kini batang kemaluanku tengah bermaju mundur di dalam jepitan liang memeknya, sementara mulutku tengah menggeluti lehernya yang mulai keringatan, namun harum parfumnya mengalahkan aroma keringatnya. Tak cuma itu. Aku pun mulai asyik menjilati ketiaknya yang juga harum, disertai gigitan-gigitan kecil yang membuat Eleonora semakin berdesah dan merintih histeris.

“Saaaam… aaaaah… kontolmu luar biasa Saaaam… terasa sekali memenuhi rongga liang memekku… terasa sekali gesekannya… luar biasa Saaaam… entot terus Saaaam… iyaaaaaaaa… iyaaaaa… iyaaaaa… entot terus Saaam… aaaaaah… gak nyangka kamu punya kontol sepanjang dan segede ini Saaaam…

Rengekan dan rintihan itu baru terhenti setelah aku menyumpal mulutnya dengan ciuman dan lumatanku.

Maka sunyi kembali di dalam kamar serba putih itu. Hanya bunyi unik dari memek Eleonara yang sedang dientot oleh batang kemaluanku. “Creppp… sertttt… creppp… sretttt… crepppp… sretttt…”

Lama… lama sekali aku menyetubuhi sahabat lamaku yang sebenarnya sudah lama saling mencintai ini. Hanya bedanya, dia secara terbuka nembak aku dahulu, sementara aku dahulu hanya memendamnya saja di dalam hati.

Keringat pun mulai berjatuhan dari tubuhku, bercampur baur dengan keringat Eleonora. Sementara Eleonora tampak sudah semakin lupa daratan. Ia menggoyang pinggulnya dengan edan-edanan. Mungkin sekalian ingin agar kelentitnya terus-terusan bergesekan dengan batang kemaluanku dengan gerakan hempasannya.

Bahkan pada suatu saat aku berkata terengah, “”Ughhh… lepasin di mana nih Nor?”

“Di dalem aja… biar ngerasain indahnya disembur spermamu… tapi tunggu sebentar… aku juga sudah mau lepas… kita barengin yaaa… aaaaaah… aaaaah… aaaah…”

sahut Eleonora dengan “geolan” pinggul yang semakin menggila.

Sampai pada suatu saat Eleonora berdesis, “Ayo… lepasin Saaaam…”

Aku pun mempercepat entotanku… cepat sekali… sampai akhirnya kubenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin di puncak kenikmatanku yang luar biasa indahnya ini… lalu terasa liang memek Eleonora berkedut-kedut halus, beriringan dengan kejutan-kejutan batang kemaluanku yang sedang memuntah-muntahkan sperma…

Aku terkapar di atas perut Eleonora. Sementara Eleonora pun melemah, dengan sorot wajah yang tampak puas. Aku pun berusaha menciptakan akhir yang romantis. Kucium bibibr sensual Eleonora… lalu terdengar suaranya lirih, “Terima kasih Sam… ini untuk pertama kalinya aku selingkuh dari suami… tapi aku takkan menyesalinya.

Aku tidak menyahut. Sementara penisku terasa melemas dan mengecil… lalu seolah terusir dari liang memek Eleonora… terlepas sendiri… plok…!

Lalu terdengar lagi suara Eleonora, “Tau nggak? Barusan itu orgasmeku yang ketiga kalinya Sam.”

“Masa?! Kok gak bilang-bilang tadi?” sahutku bangga karena telah berhasil membuat Eleonora orgasme sampai tiga kali. Sambil menggulingkan badan ke samping Eleonora.

“Malu sih… soalnya baru dua-tiga menit juga aku udah orgasme…” ucap Eleonora sambil menggenggam penisku yang sudah terkulai lemas. Lalu meremasnya dengan lembut. “Dengan suamiku, bisa orgasme satu kali juga udah untung. Seringnya sih nggak sampai orgasme.”

“Terus kalau sudah begitu, apa yang kamu lakukan?” tanyaku heran.

“Cepetan masuk ke kamar mandi. Lalu masturbasi…”

Aku prihatin juga mendengar pengakuan Eleonora itu.

“Hai… kontolmu udah ngaceng lagi?!” ucap Eleonora setengah berbisik.

Lalu dia seperti yang ingin meyakinkannya. Duduk sambil mendekatkan wajahnya ke penisku yang tengah digenggamnya.

Lalu… dengan binalnya Eleonora menjilati leher dan moncong penisku.

Memang sejak digenggam dan diremas-remas oleh Eleonora, penisku diam-diam jadi ngaceng lagi. Apalagi setelah dijilati dan akhirnya diselomoti ini, batang kemaluanku jadi mengeras kembali. Dan siap tarung lagi…!

Tapi kali ini Eleonora yang beraksi di atas. Sambil berlutut dengan melebarkan jarak kedua lututnya di kanan kiriku, ia menurunkan memeknya, sambil mengarahkan moncong penisku ke mulut vaginanya.

Lalu memek Eleonora menurun dan… bleessss… batang kemaluanku amblas lagi ke dalam memeknya…!

Maka mulailah Eleonora beraksi dalam posisi WOT.

Aku yang sedang menelentang ini bisa memperhatikan bentuk kemaluan Eleonora yang sedang membesot-besot penis ngacengku dengan jelas… jelas sekali. Dan jelas sekali betapa menggiurkannya memek Eleonora yang sedang naik turun di atas selangkanganku itu.

Hmmm… aku yakin benar bahwa pada dasarnya Eleonora mempunyai hasrat seksual yang menggebu-gebu alias gede nafsunya. Tapi mungkin suaminya yang sudah tua itu takkan mampu memuasi hasrat seksual Eleonora.

Lalu apakah aku senantiasa akan selalu siap untuk memuasi Eleonora?

Entahlah…

Yang jelas ayunan bokong Eleonora makin lama makin menggila, sementara toket gedenya terombang-ambing ke kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah. Keringatnya pun mulai berjatuhan ke atas perutku.

Sampai akhirnya ia ambruk ke dalam dekapanku. Pasti dia sudah orgasme lagi.

Tapi penisku yang masih berada di dalam liang memek Eleonora masih ngaceng dan belum ejaklulasi untuk kedua kalinya.

Lalu kami lakukan posisi lain. Awalnya dengan posisi missionaris. Lalu posisi doggy. Posisi miring dan lainnya.

Entah berapa kali Eleonora mencapai orgasmenya. Yang jelas durasi set kedua ini jelas lebih lama dari yang pertama. Mungkin lelaki mana pun seperti itu. Bahwa yang kedua pasti lebih lama daripada yang pertama.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu