3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 17

Aku tidak berhasil membujuk Frida untuk melakukan wife swap dengan Bimo dan Galih. Bahkan keesokan harinya setelah aku merasa gagal membujukjnya, aku melihat catatan khjusus mengenai masalah itu dalam catatan pribadi Frida sebagai berikut ini :

Cintaku kepada Sam adalah cinta pertama dan ingin menjadi cinta terakhir pula. Karena itu aku selalu berusaha untuk mengikuti apa pun yang diinginkannya. Termasuk niatnya untuk kawin dan kawin lagi, sampai berada di titik maksimal. Karena agama kami hanya membolehkan seorang pria beristri 4 orang. Tidak boleh lebih dari ketentuan itu.

Aku pun berusaha untuk tetap kompak dengan ketiga istri muda Sam. Bahkan kami berempat lalu jadi seperti 4 bersaudara yang seiya - sekata. Kebetulan pula Aleksandra, Halina dan Merry baik - baik semua padaku.

Bahkan menjelang akad nikah Merry dengan suamiku, Merry masih sempat memberiku selembar cek yang nominalnya sangat besar, diiringi kata - kata: “Ini dukunganku untuk supermarket yang akan segera dibuka itu. Untuk membeli barang - barang sebagai dagangan di supermarket itu, Frid.”

Karena itu, ketika supermarketku dibuka, barang - barang daganganku jadi sangat lengkap. Tidak kalah dengan supermarket paling terkenal di kotaku.

Supaya ada kegiatan, Mama kutempatkan sebagai pengawas di supermarket itu, sebagai wakilku selaku owner.

Aku merasa senang setelah punya supermarket itu. Karena aku jadi punya kegiatan rutin setelah diwisuda sebagai S1 dengan predikat cum laude seperti predikat yang pernah dicapai oleh suamiku. Lalu untuk apa predikat cum laude kalau nganggur?

Ya, dengan memiliki supermarket itu aku malah bisa memberikan lahan kerja buat teman - teman yang masih menganggur.

Kebetulan pula supermarketku berdampingan dengan hotel milik suamiku. Sehingga di jam istirahat aku bisa menengok suamiku di ruang kerjanya, atau sebaliknya suamiku yang mendatangi supermarketku.

Kalau ada yang bertanya apakah aku sudah merasa bahagia? Ya, aku merasa bahagia dengan segala yang kudapatkan ini. Sehingga aku punya kegiatan rutin. Selain daripada itu aku pun bisa memberikan kegiatan yang layak pada mamaku tersayang.

Bukan cuma itu. Sam pun memberikan mobil SUV-nya padaku, karena Sam sudah mendapatkan hadiah sedan teramat mahal itu dari Mamie Yun.

Aku bukan wanita yang terlalu banyak tuntutan. Karena itu aku merasa semua yang telah kudapatkan ini sudah cukup untuk membuatku bahagia.

Namun pada suatu hari suamiku memintaku datang ke ruang kerja di hotelnya. Di situlah dia menjelaskan bahwa pada masa SMA-nya dia pernah tergabung dalam grup yang terdiri dari 7 orang. Grup itu disebut The Seven Magnificent.

Dan The Seven Magnificent itu akan mengadakan reuni. Istri - istri mereka pun harus dibawa semua.

Awalnya, reunian itu tidak aneh bagiku. Karena sejak kecil aku pun suka menghadiri reunian keluarga besar dari pihak Mama dan Mamie Yun.

Tapi yang membuatku tersentak adalah acaranya itu. Bahwa anggota The Seven Magnificent akan melaksanakan tukar istri di dalam reuni yang menurut suamiku akan diselenggarakan di Semarang itu.

“Gila! Masa reunian seperti itu acaranya?!” tanggapku dalam kaget.

“Di zaman sekarang, hal seperti itu gak aneh lagi Sayang.”

“Waktu minta izin untuk menikahi Merry, Abang kan udah janji takkan bertualang lagi kecuali dengan istri - istri Abang dan Mamaku serta Mamie Yun. Kenapa sekarang muncul wacana gila seperti itu?”

“Kalau aku melakukan hubungan sex secara diam - diam di belakangmu, baru bisa disebut bertualang. Tapi dalam reuni itu, kamu menyadari kalau aku bersama salah seorang istri temanku. Begitu pula waktu kamu bersama salah seorang temanku, juga atas dasar izin dariku. Jadi semua itu bukan bertualang lagi namanya.

“Maaf Bang. Kali ini aku terpaksa harus menolak ajakan Abang. Silakan aja Abang ajak Merry. Mungkin dia bisa enjoy dalam acara seperti itu.”

“Kamu kan tau, Merry itu… kehadirannya saja harus dirahasiakan. Karena banyak awak media yang mencarinya, untuk mengklarifikasi beberapa berita yang mereka butuhkan setelah suami Merry meninggal. Jadi merry jelas tidak bisa diajak serta dalam reuni itu.”

“Kalau Merry tidak bisa, kan masih ada Aleksandra dan Halina. Kenapa harus aku yang Abang pilih?”

“Membawa wanita bule ke dalam reuni itu terlalu menarik perhatian publik, Sayang. Aku malah takkan nyaman kalau mengajak Aleksandra atau Halina.”

“Sudahlah Bang. Tak usah hadir aja di reuni itu. Takkan ada ruginya juga kalau Abang gak hadir kan?”

“Kalau aku tidak hadir, nanti mereka akan menganggapku tidak solider lagi dengan teman - teman yang dahulu sangat kompak itu.”

“Tapi aku gak mau Bang. Kalau Abang maksa ingin datang juga ke reunian itu, datang aja sendiri. Gak usah bawa istri segala.”

“Kalau seperti itu, aku akan dituduh egois. Tidak punya rasa solidaritas dengan kelompokku sendiri… !”

“Pokoknya maafkan aku Bang. Apa pun yang Abang inginkan selalu kuturuti. Termasuk keinginan Abang untuk menikahi Aleksandra, Halina dan Merry. Tapi untuk rencana gila itu, maaf… mendingan bunuh aja aku daripada harus mengikuti rencana gila itu.”


Memang benar, seperti itulah berkerasnya Frida waktu menolakku. Tapi mau dikemanakan mukaku kalau Bimo dan Galih datang untuk mengejakku berunding untuk melakukan “reuni kecil” yang hanya akan dihadiri oleh Aku, Bimo dan Galih beserta istri masing - masing?

Aku berpikir keras. Sampai akhirnya kupanggil Wulan yang akan kujadikan pengganti Frida. Di ruang tamu pribadiku, diam - diam aku menilai Wulan tidak kalah cantik kalau dibandingkan dengan Frida.

Lalu aku menuturkan rencana pertemuan dengan kedua teman lamaku itu. Termasuk rencana wife swap dengan Bimo dan Galih itu.

Aku pun menjelaskan bahwa tadinya aku akan mengajak salah seorang istriku. Tapi setelah dipikir - pikir mending mengajak Wulan, supaya ketiga istri yang tidak diajak tidak merasa iri. Tentu saja alasan itu hasil karanganku belaka, karena aku tak mau dikatakan gagal mengajak Frida.

Untungnya Wulan tampak tertarik mendengar ajakanku kitu. Dia malah bertanya, “Kedua teman Abang itu ganteng seperti Abang nggak?”

“Cantik atau gantgeng itu kan relatif Lan. Yang jelas, kamu bisa enjoy nanti. Bisa merasakan dua macam kontol lain. Hahahaaaa…”

“Terus… setelah itu Abang akan mengadakan reuni dengan keempat teman Abanvg juga nantinya?”

“Bisa aja. Pokoknya kalau mereka mau menerima kalau yang kubawa bukan istriku, kamu bakal merasakan yang lebih seru lagi. Tapi dengan kedua teman ini pun ada rencana lain. Pada suatu saat, mereka bisa gabung denganku untuk ngentot kamu. Jadi kita bisa foursome nanti.”

“Waaw… bisa jebol memekku nanti kalau dikeroyok sama tiga orang skih.”

“Nggak lah. Paling juga kamu bakal ketagihan, dientot sama tiga macam kontol sekaligus.”

“Hihihiii… gak kebayang… !” seru Wulan tertahan, sambil merayapkan tangannya ke celana denimku, tepat pada bagian yang menyembunyikan penisku, “Aku sih ssama kontol Abang aja udah kenyang Bang.”

“Iya, “aku mengangguk sambil mengelus rambut Wulan, “Tapi menurut pengalamanku, lain orang lain lagi kesannya. Nanti setelah nyobain kontol kedua temanku itu, pasti kamu akan punya rasa kangen juga kepada mereka.”

“Tapi rasanya aku sudah semakin dalam mencintai Bang Sam.”

“Nanti kita akan melakukan refreshing aja. Gak ada hubungannya dengan cinta.”

“Jadi aku boleh tetap mencintai Abang meski kedua teman Abang itu sudah menggauliku?”

“Tentu aja. Toh aku juga takkan mencintai istri teman - temanku itu. Pokoknya kita hanya akan melakukan refreshing biologis. Tak lebih dari itu.”

Tiba - tiba Wulan mengecup pipiku, lalju berbisik dekat telingaku, “Bang… ngomongin masalah itu mulu… bikin aku jadi horny neh.”

“Sekarang gak bisa Lan. Aku ada urusan dulu di luar.”

“Nanti malam gimana?”

“Nanti malam aku mau nginap di rumah istri keempat yang baru melahirkan tiga hari lalu.”

“Ohya?! Kok gak bilang - bilang Bang? Anaknya cewek apa cowok?”

“Cewek.”

“Selamat ya Bang. Jadi anak Abang sekarang udah berapa?”

“Banyak deh pokoknya.”

“Terus kapan aku mau dihamilin Bang?”

“Nggak enak sama Yoga Sayang. Biar gimana aku harus tenggang rasa pada adikklu, satu - satunya saudara kandungku.”

“Jadi aku harus minum pil anti hamil terus nih?”

“Iya Sayang. Kalau Yoga kawin lagi di Surabaya, baru aku bisa menghamilimu.”

“Iya sih. Mudah - mudahan aja dia dapet calon istri di Surabaya.”

“Sekarang dia sedang konsen ke tugasnya sebagai GM hotel bintang empat. Tugasnya berat, harus menghadapi persaingan pula. Jadi sekarang sih boro - boro mikirin cewek.”

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobilku yang kularikan ke arah ruko sebagai tempat tinggal sekaligus tempat usaha Pipih itu…!

Begitu mobil kuparkir di depan ruko, Pipih muncul menjemputku.

“Gimana? Furniture dan peralatan lainnya sudah datang dan dipasang semua?” tanyaku.

“Sudah Bang. Etalase juga sudah datang semua. Tinggal ngisi barang jualannya aja.”

Aku ingin mengecek pemasangan furniture pilihanku tempo hari. Maka aku pun langsung naik ke lantai tiga, didampingi oleh Pipih.

Di lantai tiga, tampak seorang wanita muda sedang duduk di sofa baru yang sudah dipasangkan dengan rapi oleh penjualnya.

“Ini kakak saya Bang,” ucap Pipih sambil mendekatkan cewek itu padaku.

Malu - malu cewek itu menjabatkan tangannya sambil menyebutkan namanya, “Pupu…”

“Sammy, “aku pun menyebutkan namaku, “Kok kakaknya seperti kembaran Pih?”

“Usia kami cuma beda setahun Bang,” sahut Pipih.

Aku pun duduk di sofa sambil menarik tangan Pipih agar duduk di sampingku.

“Abang mau dibikinin kopi?” tanya Pipih.

“Boleh,” sahutku, “kopinya yang kental, tapi gulanya setengah sendok kecil aja.”

Kemudian Pipih bangkit dari sofa dan melangkah ke dapur.

Kakaknya Pipih yang bernama Pupu itu asyik sendiri dengan hapenya. Entah sedang baca apa di hapenya itu.

“Pupu sudah nikah?” tanyaku, mencoba membuka komunikasi dengan saudaranya Pipih itu.

“Belum,” sahutnya, “ketinggalan sama Pipih.”

“Begitu ya. Mmm… kalau cuma beda setahun dengan Pipih, berarti Pupu baru duapuluhsatu taun dong.”

“Iya Bang,” sahutnya tersipu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu