3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

**Bagian 23

Setibanya di villa, kami setengah berlari naik ke lantai tiga, dalam keadaan sama - sama telanjang bulat. Tapi tiada seorang pun melihat kami. Mungkin karena mereka sedang asyik dengan pasangannya masing - masing.

Setelah berada di dalam kamar, Vera langsung “menantangku” dengan menelentang sambil menepuk - nepuk memeknya, “Ayo lanjutin lagi sampai benar - benar ngecrot,” ucapnya sambil, tersenyum genit.

Aku pun menyetubuhinya lagi. Sampai dia orgasme dan orgasme dan orgasme lagi. Sementara aku masih bertahan. Karena aku hanya mau ngecrot 1 kali saja.

Kenapa aku mempertahankan diri hanya mau ngecrot 1 kali saja? Karena besok aku akan berpasangan dengan Sasha. Sedangkan di antara tiga istri teman - teman itu, Sasha lah yang paling menarik di mataku.

Tentu saja menahan agar jangan ngecrot itu luar biasa sulitnya. Tapi aku berhasil juga melakukannya. Bahkan akhirnya aku sama sekali tidak ngecrot… Yang kulakukan hanya berpura - pura ngecrot waktu kesekian kalinya menyetubuhi Vera di tengah malam. Ketika dia mau porgasme kubenamkan penisku tanpa kugerakkan lagi.

Setelah Vera terkapar untuk kesekian kalinya, aku sampai harus mengatur nafasku. Berusaha meredakan nafsuku sendiri yang belum tuntas disalurkan ini.

Esok siangnya, tepat pada jam 12.00 pertukaran pasangan pun dilakukan.

“Jatahku” siang ini adalah Sasha. Sementara Bimo mendapatkan pasangan Vera, Galih mendapatkan pasangan Tina dan Tomi mendapatkan pasangan Wulan.

Entah kenapa aku bersemangat sekali waktu memasuki kamar Sasha yang sudah mandi dan mengenakan kimono dari bahan wetlook yang ketat, sehingga lekuk - lekuk tubuh seksinya tampak jelas di mataku.

Meski agak malu - malu, Sasha menyambut rangkulanku dengan ciuman hangat. Lalu terdengar suaranya, “Maaf ya… cuma pakai kimono begini…”

“Nggak apa. Sebentar lagi juga kimononya harus dilepasin kan?” ucapku sambil meraih tangannya. Mengajak duduk berdampingan di sofa.

Setelah duduk, Sasha menatapku dengan senyum manisnya. Lalu berkata, “Kalau dengan Sam ada yang kutakutkan.”

“Takut apa? Aku gak bakalan gigit Sasha kan?”

“Takut jatuh cinta,” sahutnya sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

Lagi - lagi istri temanku mengucapkan kata cinta. Padahal aku sudah sepakat dengan teman - temanku, bahwa wife swap ini hanya untuk refreshing saja. Hanya untuk menghilangkan kejenuhan dengan istri masing - masing.

Tapi Sasha ini memang punya daya tarik tersendiri di mataku. Terutama bentuk tubuhnya itu, laksana bentuk gitar. Kalau memperturutkan nafsu, ingin secepatnya aku menelanjanginya, supaya bisa melihat bentuk tubuhnya itu seperti apa.

Tapi karena Sasha punya daya tarik tersendiri, aku ingin melakukan semuanya secara step by step.

Dimulai dengan melingkarkan lengan kiriku di pinggangnya. “Bagaimana kesannya setelah merasakan wife swap ini?” tanyaku.

“Awalnya sih serba canggung. Tapi karena ingin mengikuti keinginan suami, ya terpaksa enjoy aja,” sahutnya tersipu.

“Sekarang sudah mulai enjoy?”

“Dengan Sam sih pasti enjoy. Malah lain kali kalau mau wife swap lagi, maunya dengan Sam aja… jangan banyak - banyak gini.”

“Kan Sasha belum ngerasain aku. Sapa tau gak enak. Hihihiii…”

“Sam itu difavoritkan oleh Tina, Vera dan aku lho.”

“Masa sih? Emangnya apa daya tarikku?”

“Hmmm… masa gak nyadar pada kelebihan diri sendiri sih? Sam ini ganteng dan tampak maskulin.”

“Sasha juga punya daya tarik tersendiri lho. Makanya aku ingin dapetin Sasha kemaren. Eee… Sasha malah sama Galih…”

“Sttt… Galih itu kurang perkasa Sam. Mudah - mudahan aja Sam jangan kayak dia.”

“Kurang perkasa gimana?”

“Mainnya… prematur.”

“Maksudnya ejakulasi prematur?”

“Iya.”

“Mungkin terlalu bernafsu sama Sasha,” ucapku sambil memegang lutut Sasha. Lalu merayapkannya ke paha licin dan mulusnya.

Sasha itu tidak termasuk putih, tapi hitampun tidak. Mungkin kulitnya bisa disebut kuning langsat. Tapi bukan masalah kulitnya yang jadi daya tarik bagiku. Bokongnya itu… gede banget…!

Sasha cuma tersenyum ketika tanganku sudah merayapi pahanya, sampai ke pangkalnya. “Sudah makan siang?” tanyaku.

“Sudah, sama Galih tadi, di rumah makan yang deket pasar itu.”

“Nanti makan malam sih jangan di situ. Ada rumah makan yang lebih enak. Tapi jaraknya agak jauh.”

“Terserah Boss… “Sasha mencubit lenganku, karena jemariku sudah menggerayangi memek di balik celana dalamnya. Bahkan aku sudah tahu, bahwa memek Sasha ada jembutnya, tapi tipis dan jarang sekali. Seperti jembut ABG yang baru tumbuh…!

Aku juga mulai tahu bahwa celah memeknya mulai basah ketika jari tengahku mulai menyelinap dan bergerak - gerak di liang surgawinya.

Dan… ketika jemariku mulai mengelus - elus kelentitnya, Sasha merapatkan pipinya ke pipiku. Dengan nafas yang tidak beraturan. Bahkan pada suatu saat ia berkata setengah berbisik, “Kalau udah dibeginiin… aku langsung horny, Sam…”

“Punyaku juga… udah mulai ngaceng…” sahutku.

Lalu Sasha menanggapinya dengan melepaskan kimononya, sehingga tinggal beha dan celana dalam saja yang masih melekat di tubuh seksinya. Pada saat itulah aku pun melepaskan pakaianku sehelai demi sehelai, tinggal celana dalam yang masih tetap melekat di tubuhku.

Pada saat yang sama, Sasha pun sudah melepaskan behanya. Dan… sepasang toket gedenya sudah terbuka total… seolah menantangku untuk meremasnya…!

“Di sana aja yuk, “ajak Sasha sambil menunjuk ke bed.

Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya dan menerkamnya di atas bed.

Tampaknya Sasha mulai enjoy. Terkamanku disambut dengan pelukan eratnya, disusul dengan ciuman dan lumatan yang hangat sekali.

Tadinya aku ingin menjilati memek Sasha. Tapi mendadak teringat bahwa memeknya sudah dipakai mondar - mandir penis Galih. Maka niat itu kubatalkan, cukup dengan ngemut pentil toket gedenya saja, sementara jemariku berada di balik celana dalamnya dan fingering di liang memeknya.

Ternyata aksi “sederhana” ini pun cukup untuk membuat liang memek Sasha mulai membasah… makin lama makin basah… sampai akhirnya celana dalam itu pun dilepaskan oleh pemiliknya.

Nafsuku yang tidak tuntas disalurkan di dalam liang memek Vera, membuatku tidak sabaran. Maka cdepat kulepaskan celana dalamku dan kuletakkan moncong penisku di ambang mulut vagina Sasha yang berjembut tipis sekali itu. Pada saat itu pula Sasha ikut memegangi penisku… lalu duduk dan terbelalak. “Oh maaaaak…

Aku sudah berhasil membenamkan kepala dan leher penisku. Lalu kudesakkan sekuat tenaga agar masuk lebih dalam lagi. Pada saat itulah Sasha tampak sangat bergairah dan memelukku erat - erat sambil berbisik, “Kontolmu luar biasa Sam… kalau tau gini sih aku mau maksa ingin sama Sam kemarin.”

Aku tidak menanggapi bisikan itu. Karena aku sendiri kalau kemaren bisa memilih, pasti Sasha yang akan kupilih.

Dan aku mulai mengayun penisku perlahan - lahan dulu, karena liang memek Sasha masih terasa sempit. Namun dalam tempo singkat terasa gerakan penisku mulai lancar.

Desahan dan erangan erotis Sasha pun mulai terdengar. “Saam… aaa… aaaaaah… Saaam… aaaahhhh… Saaaam… aaa… aaaah… Saaaaam… aaaa… aaaah… Saaam… aaaa… aaaah… Saaaam… aaaaaaah… ini… terasa sekali gesekannya Saaam… aaaahhh… terasa sekali Saaam…

Memang bokong Sasha berukuran di atas rata - rata. Sehingga pelerku tidak menggesek - gesek kasur, karena posisi memeknya lebih tinggi daripada biasanya. Dan aku bisa menggenjot memeknya dengan gencar sambil menyelomoti pentil toket gedenya yang sebelah kiri, sementara tangan kiriku bisa meremas - remas toge kanannya.

Sasha tampak semakin menikmatinya. Dengan rintihan - rintihan erotisnya yang membuatku semakin bergairah untuk mengentotnya habis - habisan.

“Saaaam… oooooh… Saaaam… enak banget Saaam… entot lebih keras lagi Saaam… entot terusss… iyaaaaaaa… iyaaaaaaaa… entoooootttt… entoooooooottttt… ooo… ooo… oooooh Saaaam… ini luar biasa enaknya Saaaam… entoooootttttttt… entooootttt …

Ketika mulutku beralih untuk menjilati lehernya yang mulai keringatan, tangan kiriku tetap kugunakan untuk meremas - remas toge kanannya. Erangan dan rengekan histerisnya pun semakin menjadi - jadi. “Iyaaaa… iyaaaaaaaaa… enaaaak Saaam… entot terussssssss… entoooootttt…

Namun saking menikmatinya, tak lama kemudian Sasha merintih terengah, “Aaaa… aku… uuu… udah mau lepas Saaam…”

Mendengar “laporan” itu aku pun mempercepat entotanku. Begitu pula pada waktu Sasha mulai gedebak - gedebuk berkelojotan, aku semakin cepat mengentotnya. Tapi pada saat ia mulai mengejang sambil menahan nafasnya, kutancapkan penisku sedalam mungkin… lalu kudesakkan dan kubiarkan membenam di liang memek istri Tomi yang terasa berkedut - kedut kencang ini.

Kuperhatikan terus wajah cantik Sasha yang mulai terbuka lagi matanya. Lalu kukecup bibirnya dengan hangat. “Puas?” tanyaku.

“Luar biasa puasnya Sam… oooh… lelaki seperti kamu ini yang kudambakan. Lelaki yang mampu membuatku mencapai orgasme yang sejati. Terima kasih Sam,” sahut Sasha yang diikuti dengan ciuman dan lumatannya di bibirku.

Sasha sudah orgasme. Tapi aku belum ejakulasi. Aku memang sudah merencanakan untuk menyetubuhi si seksi Sasha habis - habisan…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu