3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 24

Tina itu punya tubuh yang ideal menurutku. Tinggi langsing, tapi tidak kurus. Bagian - bagian “penting” di tubuhnya berukuran sedang - sedang saja. Sepasang toketnya berukuran sedang. Bokongnya juga berukuran sedang. Yang menonjol darinya adalah kulitnya itu… mulus dan putih sekali.

Yang paling penting bagiku adalah… bahwa dia belum pernah melahirkan. Sehingga aku seolah tengah menyetubuhi seorang gadis. Dan Tina menyambutku dengan hangat sekali. Baru sebentar aku mengentotnya, Tina mulai meliuk - liukkan pinggulnya. Sehingga alat kejantananku terombang - ambing ke sana ke mari, sekaligus terbesot - besot dengan kencangnya, sehingga gesekan liang memeknya terasa nikmat sekali.

Tapi aku tetap mengontrol diri, jangan sampai ejakulasi sebelum benar - benar kuinginkan.

Tak kusangka perempuan yang tadinya kusangka pemalu itu ternyata sangat lincah menggoyang pinggulnya. Bibirnya pun sangat rajin menciumi bibirku. Sementara desahan dan rintihannya semakin lama semakin menjadi - jadi. Terlebih setelah aku mempergencar entotanku, dilengkapi dengan ciuman dan jilatanku di leher hangatnya.

“Saaaam… ooooh Saaaam… gilaaaaa… ini enak sekali Saaam… oooh… entot terus Saaaam… entot teruuuusssss… entoooootttt… entoooootttt… ooooo… oooo… ooooohhhh… Saaaaam…”

Aku pun menanggapinya dengan entotan hardcore. Penisku dengan keras maju mundur dan moncongnya terus - terusan menabrak dasar liang memek Tina. Tapi lain Sasha, lain pula Tina. Ketika aku mengentotnya dengan cepat dan keras, Tina pun complain: “Jangan terlalu cepat Sam… slow aja… aku ingin menghayati nikmatnya gesekan kontol Sam dengan memekku…

Maka seperti pemain band yang sedang memainkan irama hard rock, kuganti iramanya menjadi slow rock. Ayunan penisku pun menjadi slow seperti yang Tina inginkan.

Ternyata Tina menanggapi dengan pelukan eratnya. “Oooo… oooo… oooooh… slow begini jauh lebih indah Sam… ooooohhhh… indah sekali Sam… iyaaaaa… iyaaaa… oooh… Saaaam… indah sekali… pelankan terus entotannya Saaam…”

Rintihan erotis Tina baru berhenti setelah mulutnya kusumpal dengan bibirku. Dan ia menyambutnya dengan lumatan mesra, sambil memejamkan matanya.

“Oooh… Saaaam… rasanya aku sudah benar - benar jatuh hati padamu… ini persetubuhan paling enak selama ini… emut toketku Saaam… iyaaaa… emut terus Saaam… oooo… oooo… ooooh indahnyaaaaa… Saaaam… aku cinta kamu Saaam… aku ingin sering - sering dibeginiin Saaam… ooooh…

Aku memang mulai mengemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya dengan lembut. Tidak berani kencang - kencang.

Mungkin ini salah satu kelebihanku. Bahwa aku senantiasa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keinginan pasangan seksualku. Kupelankan gerakan penisku, sambil mengemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas toket kanannya dengan lembut.

Goyangan pinggul Tina pun jadi lambat. Meliuk - liuk dengan indahnya, membesot - besot penisku yang terkadang bergesekan dengan kelentitnya pada saat gerakan memeknya menukik.

Namun pada suatu saat Tina menggelepar… berkelojotan lalu mengejang. Nafasnya pun tertahan. Dan aku tahu bahwa dia sedang mencapai orgasmenya.

Ya… kedutan - kedutan liang memeknya terasa seolah menyedot moncong penisku. Ini memang indah sekali. Lalu liang memek sempit itu jadi basah… jadi becek dan licin sekali.

Kuhentikan entotanku beberapa saat. Untuk menghayati nikmatnya memek perempuan paska orgasme.

“Udah orga ya…?“tanyaku setengah berbisik.

Tina menatapku dengan sorot malu - malu lagi. “Iya,” sahutnya lirih, “terlalu enak sih… lagian aku melakukannya dengan cinta. Bukan sekadar melampiaskan nafsu.”

Lagi - lagi aku mendengar kata “cinta” dari salah seorang istri teman lamaku ini. Aku tidak tahu apakah ucapan itu keluar dari lubuk hati yang sebenarnya atau sekadar “lips service” saja.

Tapi aku tidak mau menanggapinya. Karena aku menganggap wife swap ini hanya sekadar refrfeshing saja. Bukan arena obral cinta.

Lalu… penisku pun mulai kuayun lagi perlahan - lahan. Sampai dalam batas kecepatan normal.

“Iyaaaa… sekarang sih boleh dicepetin juga entotannya Sam,” ucap Tina sambil mendekap pinggangku erat - erat.

“Iya,” sahutku sambil menepuk - nepuk toket kirinya.

“Pertarungan” antara penisku dengan liang vagina Tina pun mulai start. Penisku bermaju - mundur di dalam liang memek Tina yang sempit tapi sudah terasa sangat licin saking beceknya ini. Sementara Tina pun mulai bergoyang pinggul kembali, dengan gerakan meliuk - liuk dan menukik - nukik. Diiringi oleh desahan dan rintihan erotisnya.

“Oooo… ooooh… Saaaam… ooooh… ini… ma… makin lama makin enak Saaam… oooh… entot terus Saam… jangan brenti - brenti… iyaaaaa… iyaaaa… entot teruuuus Saaaam… entooootttt teruuuusssss… entoooottttt… entooooooootttt… oooooh… oooo… oooooh…

Aku tidak mau menanggapi ucapan cintanya yang berulang - ulang dilontarkan dari mulutnya. Yang penting bagiku saat kini, adalah enaknya liang memek Tina ini. Sempit tapi licin sekali. Bergeol - geol terus pula pinggulnya, membuat gesekan alat kelamin kami lebih jelas rasanya.

Aku pun tak sekadar mengentotnya. Mulutku pun beraksi di sana - sini. Terkadang kujilati lehernya yang sudah keringatan disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Sementara Tina membalasnya dengan jilatan diu telingaku yang membuatku geli tapi enak sekali.

Terkadang kuemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas - remas toket kanannya. Menurut keterangan seorang pakar seksuologi, toket kiri wanita lebih peka daripada toket kanannya. Kecuali wanita yang kidal, mungkin saja toket kanannya yang lebih peka.

Namun bagian yang peka pada tubuh wanita itu bukan hanya leher dan toket. Ketiaknya pun termasuk bagian yang peka. Karena itu ketiak Tina pun tak lolos dari jilatanku. Kujilati ketiak kirinya sambil meremas - remas toket kanannya. Di sini pun jilatanku disertai dengan gigitan - gigitan kecil.

Maka Tina pun semakin klepek - klepek dan melontarkan suara terus. Laksana auman harimau betina yang sedang dipacek oleh harimau jantan.

“Saaaam… oooo… ooooohhh… Saaaam… ooooo… oooooh Saaaaam… aku semakin tergila - gila padamu Saaam… ini lu… luar biasa enaknya Saaam… iyaaaa… iyaaaaa… entpot terus Saaam… entoooottt teruuuussssss… entoooot aku terussss… entooootttttttt… entooooootttt…

Namun beberapa saat kemudian Tina mulai berkelojotan dengan nafas terengah - engah. Membuatku tersenyum sendiri, karena aku selalu menang dalam setiap “pertempuran” di atas perut perempuan.

Ya… sekujur tubuh Tina mengejang tegang, nafasnya tertahan, matanya terpejam erat - erat… lalu terasa liang memeknya “menggeliat -geliat”, disusul dengan kedutan - kedutan kencang.

Ini yang paling kugilai. Merasakan gerakan - gerakan erotis di liang memek perempuan pada saat berada di puncak orgasmenya.

Lalu kutatap wajah Tina yang tampak seolah memancarkan aura kecantikannya. Aura kecantikan wanita yang sudah mencapai orgasmenya.

Lalu sepasang mata sayunya memandangku dengan sorot jinak. Dan berkata lirih, “Terima kasih Sam. Aku belum pernah disetubuhi yang senikmat ini…”

Kusahut dengan memagut bibirnya, lalu kusedot lidahnya yang agak terjulur. Sementara penisku mulai kuayun lagi perlahan - lahan. Makin lama makin cepat.

Terdengar bunyi crek - crek - crek dari arah memek Tina yang sudah becek ini, karena lendir libidonya sudah meletus barusan.

Namun Tina tidak menyerah. Tina bahkan menggeol -geolkan kembali pinggulnya sambil melontarkan ucapan, “Ayo entot aku sepuasmu Saaam… walau pun seharian dientot oleh kontol gedemu ini, akan kuladeni…”

“Terlalu lama juga memekmu bisa lecet nanti,” sahutku.

“Yang suka lecet itu memek keputihan. Aku sih gak pernah menderita keputihan.”

“Ohya?! Oke… aku akan mengentotmu selama mungkin…”

Lalu batang kemaluanku mulai massive mengentot liang surgawi Tina. Bahkan sengaja aku mengambil posisi berlutut sambil mendorong kedua lipatan lutut Tina agar pahanya sejajar dengan perutnya, sementara kedua lututnya berada di samping sepasang toketnya. Dengan cara ini aku bisa menancapkan penisku sedalam mungkin.

Kamar villaku ini pun mulai riuh lagi dengan kumandang rintihan - rintihan erotis Tina.

“Entot terus sepuasmu Saaam… entot teruuuusssss… entoooooottttttt… entoooooottttttt… oooooh Sam… kontolmu bikin aku tergila - gila niiiih… entooooottttt… entooooooootttt… enak sekali Saaam… enaaaaak… enaaak… entot teruuuuussssss… entoooooootttt …

Melihat dan merasakan bahwa Tina jadi demikian bergairahnya, aku pun semakin bergairah untuk mengentotnya sambil menjilati leher dan ketiaknya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Sementara tanganku pun ikut beraksi untuk meremas - remas toketnya yang berukuran sedang tapi masih sangat padat dan kenyal ini.

Geolan - geolan pinggul Tina pun semakin menjadi - jadi. Meliuk -liuk dan menukik - nukik, sehingga kelentitnya bergesekan dengan penisku terus menerus.

Dalam keadaan sama - sama menggila inilah aku tidak mau terlalu bertahan lagi.

Aku pun mulai “mengintai” terjadinya gejala - gejala Tina mau orgasme. karena ingin melepaskan spermaku secara berbarengan dengan orgasme Tina.

Dan pada suatu saat, ketika Tina mulai kelojotan lagi… aku pun mempercepat entotanku. Sambil konsentrasi agar bisa secepatnya ejakulasi.

Lalu ketika Tina mengejang dengan perut agak terangkat ke atas, kutancapkan batang kemlauanku sedalam mungkin, sampai mentok di dasar liang memek Tina.

Pada saat itulah kami laksana sepasang manusia yang sedang kerasukan. Sama - sama mengejang dan menahan nafas… saling cengkram dan saling remas sekuatnya, seolah ingin saling hancurkan tulang - tulang di tubuh kami.

Lalu sesuatu yang indah itu terjadi lagi. Bahwa liang memek Tina menggeliat - geliat disusul oleh kedutan - kedutan erotisnya. Pada saat itu pula batang kemaluanku mengejut - ngejut, sementara moncongnya menembak - nembakkan sperma di dasar liang memek Tina… crottttt… cretcret… crooooottttt…

Lalu kami sama - sama terkulai seperti bunga layu.

Namun sesaat kemudian Tina mencium bibirku dengan mesranya. Disusul dengan ucapan lirihnya, “Sam memang luar biasa. Seolah paket lengkap bagi kaum wanita. Ya ganteng, ya macho, ya perkasa pula kejantanannya.”

Aku cuma tersenyum sambil membelai rambut Tina yang acak-acakan.

“Barusan dibarengin lepasnya ya?” tanya Tina sambil mengusap - usap punggungku.

“Iya,” sahutku, “Punya pil kontrasepsi nggak?”

“Buat apa pil kontrasepsi? Aku kan ingin hamil.”

“Kalau hamil mengandung benihku gimana?”

“Biar aja. Salah siapa ngajak wife swap gini. Kan tadinya aku tidak mau, tapi Bimo maksa - maksa terus. Jadi… kalau aku hamil oleh Sam, ya resiko itu sih. Resiko yang harus diterima oleh Bimo.”

Kucabut batang kemaluanku dari dalam memek Tina, sambil berkata, “Sudah pernah diperiksa ke dokter?”

“Sudah, ‘ sahut Tina sambil mencolek spermaku yang mengalir ke bagian bawah memeknya. Lalu dijilatnya dengan lahap,” kata dokter, aku sih normal. Gak tau hasil pemeriksaan Bimo… sampai sekarang belum jelas hasilnya.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu