3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Sasha memang favoritku di antara ketiga istri temanku itu. Tapi aku ingat bahwa besok masih ada istri Bimo yang bernama Tina itu, yang akan menjadi “istri sehari - semalam” bagiku.

Karena itu aku tak boleh terlalu habis - habisan dengan Sasha, lalu performance-ku besok memalukan.

Memang setelah aku ngecrot di dalam liang memek Sasha, kuajak dia makan di sebuah resto yuang agak jauh jaraknya dari villaku. Dan Sasha tanpa ragu memperlakukanku laksana kekasih tercintanya. Aku pun sebenarnya ingin melakukannya seperti itu. Tapi aku harus menghemat staminaku, jangan sampai produksi spermaku keburu habis ketika menghadapi Tina besok.

Di resto itu Sasha duduk di sampingku dengan sikap yang sangat mesra. Bahkan setelah selesai makan sore menjelang malam, Sasha berbisik ke telingaku, “Aku ingin wife swap lagi nanti… tapi khusus buat pasutri Tomi dan pasutri Sam aja. Kalau cuma dua pasang, kan bisa diatur agar kita bisa bersama selama seminggu, Tomi juga begitu…

Aku tersenyum dan menyahut, “Ya… nanti kita atur lagi jadwalnya. Yang jelas, besok aku harus bersama Tina. Besoknya lagi, kita akan membuat semacam rolling party.”

“Rolling party gimana?” tanya Sasha.

“Jadi keempat istri akan digilir oleh Bimo, Galih, Tomi dan aku. Misalnya aku menyetubuhi Sasha, lalu pindah ke Tina, pindah lagi ke Vera, pindah lagi ke Wulan. Syaratnya, cowok yang sudah ngecrot harus keluar. Tidak boleh ingin ngecrot kedua kalinya. Supaya istgri - istri tidak kewalahan.”

“Hihihiii… kebayang… !”

“Kamu pasti cemburu kalau melihat Tomki sedang ngentot salah satu istri teman.”

“Hmmm… justru kalau Sam sedang ngentot orang lain, aku pasti cemburu.”

“Ohya?! Nanti akan tiba saatnya aku akan menyekapmu berhari - hari… supaya waktu pulang kamu bakal pucat pasi…”

“Pengen…” ucap Sasha sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

“Pengen apa?”

Sasha menjawab dengan bisikan di dekat telingaku, “Pengen dientot sama Sam tiap malam… sampai benar - benar kenyang…”

“Sekarang belum kenyang?”

“Belum.”

“Hahahaaaa…”

Ketika kami meninggalkan resto itu, hari sudah mulai malam. Aku pun menyetubuhi Sasha, sampai orgasme dua kali lagi. Tapi aku setengah mati mempertahankan diri, agar jangan ngecrot lagi. Dan aku berhasil mempertahankannya.

Ya… soalnya besok siang aku akan bersama Tina, istri Bimo yang manis dan bermata sayu itu.

Keesokan siangnya, setelah makan siang bersama Sasha di restoran yang kemaren lagi, aku harus berpisah dengannya. Dan harus menemui Tina di kamarnya, sebagai pasangan baruku.

Sebelum berpisah, Sasha memegang kedua pergelangan tanganku. Lalu menciumi bibirku berkali - kali sambil berkata, “Jangan lupakan aku ya Sam. Semua yang pernah terjadi di antara kita berdua, sangat berkesan di hatiku. Dan tak mungkin bisa kulupakan di seumur hidupku…”

Sebenarnya aku juga terkesan sekali dengan segala yang pernah terjadi di antara aku dengan Sasha itu. Tapi mau tak mau kami harus berpisah. Sasha harus bersama Bimo, sementara aku harus bersama Tina, istri Bimo, di hari yang ketiga ini.

Ketika aku membuka pintu kamar Tina, tampak istri Bimo yang manis dan bermata sayu itu tersipu - sipu, seperti malu menerima kedatanganku.

Tapi ketika kupeluk dan kucium bibirnya, Tina menyambutnya dengan dekapan erat di pinggangku.

“Jadi kita ini pasutri baru selama sehari - semalam ya?” ucapku sambil meraih pergelangan tangannya untuk duduk berdampingan di sofa.

Tina menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan. Lalu mengangguk sambil tersenyum malu - malu.

Pada saat itu Tina mengenakan daster berwarna abu - abu muda polos. Sementara aku hanya mengenakan celana pendek, baju kaus dan sepatu olah raga, semuanya serba putih.

“Bagaimana kesannya setelah dua hari mendapatkan dua pasangan baru?” tanyaku sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggangnya.

“Awalnya sih terasa aneh… karena tak menyangka bakal mengalami hal ini. Tapi karena semuanya ini keinginan suami, ya memaksakan diri buat mengikutinya saja,” sahut Tina sambil menunduk.

“Sekarang kan bersamaku. Masih ada perasaan terpaksa juga?” tanyaku lagi. Sambil memperhatikian gerak - gerik Tina yang tampak malu - malu begitu.

Tina menggeleng sambil mencubit pahaku yang terbuka di bawah celana pendekku. “Nggak merasa terpaksa. Malah Sam ini yang kutunggu - tunggu. Emangnya kenapa?” sahutnya perlahan nyaris tak terdengar.

“Ya kalau merasa terpaksa, jangan dipaksain. Karena kita harus melakukan semuanya atas dasar suka sama suka. Kalau merasa dipaksa, mendingan kita ngobrol aja sampai besok siang. “cetusku dengan nada agak dingin.

“Iiiih… jangan gitu dong…” ucapnya diikuti dengan kecupan hangatnya di bibirku.

“Kalau tidak merasa terpaksa, seranglah aku sekarang,” sahutku.

“Boleh,” ucapnya sambil bangkit dari sofa. Lalu berjongkok di lantai, di antara kedua kakiku.

Celana pendek putihku pun dipelorotkan. Padahal saat itu aku tak mengenakan celana dalam. Sehingga penisku yang masih mlemnas ini tak tertutup apa - apa lagi.

Tanpa malu - malu lagi Tina memegang penisku. Lalu… hap… ditangkap oleh mulutnya. Lalu diselomotinya dengan lahapnya, lebih dari lahapnya anak kecil menyelomoti permen loli…!

Dan aku menikmatinya. Menikmati permainan oralnya yang ternyata sangat trampil itu. Bahkan dalam tempo singkat saja penisku mulai membesar dan memanjang. Makin lama makin tegang dan akhirnya jadi ngaceng berat…!

Pada suatu detik, Tina melepaskan penisku dari dalam mulutnya, tapi masih dipegangnya dengan tangan terasa gemetaran, “Woooow… ini titit manusia apa kontol kuda? Hihihihiiii… panjang gede bangeeet… !“cetusnya sambil menciumi moncong penisku.

“Takut sama kontol gede?” tanyaku sambil menahan tawaku.

“Nggak… malah jadi penasaran… seperti apa rasanya kalau udah dimainkan di dalam memekku,” sahutnya tegar.

“Ya udah… mainkan aja sambil duduk di atas pangkuanku,” ajakku.

Dan… perempuan yang awalnya bersikap malu - malu itu tidak berbasa - basi lagi. Dia mengikuti ajakanku. Melepaskan celana dalamnya, lalu “menduduki” penis ngacengku yang sudah diarahkan ke mulut memeknya…!

Aku pun mendekap pinggangnya, sambil menatap wajah manisnya.

Dia sudah berhasil membuat penisku membenam ke dalam liang memeknya, meski terasa sempit sekali liangnya.

“Kok memeknya terasa sempit sekali… seperti belum pernah melahirkan,” ucapku sambil merapatkan pipiku ke pipinya.

“Emangnya Bimo belum pernah ngomong? Aku memang belum punya anak,” sahutnya.

“Wow… kalau gitu berarti aku ketiban rejeki nomplok. Punya pasangan seorang ibu rumah tangga, tapi memeknya rasa memek gadis… emwuaaaah,” ucapku yang kuakhiri dengan kecupan mesra di bibir sensualnya. Lalu kudekap pinggangnya erat -erat, sambil berdiri dan melangkah ke arah bed, dengan batang kemaluan tetap menancap di liang memeknya.

Kurebahkan tubuh Tina dengan hati - hati di atas bed, sambil berusaha agar penisku tetap terbenam di dalam liang memek sempitnya.

Sambil berlutut kulepaskan baju kaus putihku, sementara penisku tetap berada di dalam jepitan liang memek Tina. Pada saat yang sama Tina pun melepaskan dasternya. Dan langsung telanjang bulat, karena ternyata dia sejak tadi pun tidak mengenakan beha.

Setelah Tina telanjang, aku pun menghempaskan dadaku ke atas sepasang toketnya yang berukuran sedang, namun ternyata masih sangat kencang.

Lalu penisku mulai kuayun dengan gerakan perlahan dulu, sambil merengkuh lehernya ke dalam pelukanku.

“Oooo… oooooohhhhh… Saaam… gak nyangka kontolmu sepanjang dan segede ini… oooo… ooooh… “rintihnya terdengar erotis.

“Memangnya kontol Bimo kecil?” tanyaku sambil memainkan toketnya.

“Pokoknya gak sepanjang dan segede kontol Sam ini…” sahutnya sambil memejamkan mata sayunya.

Aku pun jadi sangat bergairah untuk mengayun penisku dalam gerakan yang mulai cepat… bermaju - mundur di dalam jepitan liang memek sempit ini.

“Saaam… oooo… oooooh… Saaaam… ini luar biasa Saaam… gesekannya tyerasa sekali… Saaam… oooooh… iyaaaaaaaa… iyaaaa… iyaaaaaaaaa… Saaaam… ooooh… Saaaaam…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu