3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 25

Sungguh aku tak mengira kalau teman Anton yang bernama Yong ini begini cakepnya, sehingga aku tak merasa berlebihan kalau membandingkan Yong dengan aktor-aktor tampan dalam film-film Korea. Sehingga wajar saja kalau aku merasa sangat kagum padanya.

Dan kini manusia yang kukagumi itu sedang duduk di lantai bertilamkan karpet abu-abu, sambil mengusap-usap kemaluanku yang masih duduk di sofa ini. Lalu ia menyerudukkan mulutnya ke kemaluanku. Membuatku terhenyak dalam gairah yang bergejolak.

Terlebih setelah Yong menjilati kemaluanku, sementara rintihan-rintihan Rima mulai berkumandang di kamar ini. “Antooon… ooo… oooohhh… entot terus Tooon… jangan brenti-brenti… oooo… iyaaaaaaaaa… iyaaaa… iyaaaaaaaaa… ooooh… “

Mendengar rintihan Rima itu, aku jadi semakin horny. Sehingga aku bangkit dari sofa dan mengajak Yong pindah ke atas bed yang masih “nganggur” itu.

Bed itu berdampingan dengan bed yang sedang dipakai bersetubuh oleh Rima dan Anton, dibatasi oleh sebuah kulkas kecil merapat ke dinding yang tingginya tidak sampai 1 meter.

Di atas bed, kutanggalkan kimonoku, sementara Yong pun menelanjangi dirinya sendiri.

Begitu melihat penis Yong, aku semakin yakin bahwa dia bisa kujadikan sebagai pengganti Sam. Karena ukurannya kira-kira seimbang dengan punya Sam. Hanya saja penis Yong tidak disunat, sehingga puncaknya seperti bunga yang masih kuncup, belum mekar.

Waktu memegang penis Yong, aku degdegan karena baru sekali ini menyentuh penis yang tidak disunat. Tapi kutindas keraguanku dengan mengulum penis kuncup itu seperti yang pernah kulakukan kepada Sam dahulu.

Yong cuma menelentang dan membiarkanku menyelomoti sambil mengurut-urut penisnya yang mulai berlepotan dengan air liurku.

Tapi hanya beberapa menit aku menyelomoti kontol Yong. Setelah terasa ngaceng berat, aku pun menelentang di samping Yong sambil berkata tak sabar, “Masukin aja kontolnya Yong… !”

Yong pun tidak buang-buang waktu lagi. Dia langsung meletakkan moncong penisnya di mulut vaginaku yang sejak tadi sudah basah ini. Kemudian terasa moncong penis itu mendesak… ingin masuk ke dalam liang kenikmatanku.

Memang cukup sulit Yong membenamkan penisnya, karena ukuran penisnya jauh lebih gede daripada penis Anton.

Namun setelah beberapa kali berusaha masuk, akhirnya kurasakan penis Yong mulai membenam ke dalam liang kemaluanku…

“Su… sudah masuk Yong… ko… kontol lu gede banget… sampe susah gini masuknya…” ucapku terengah, sambil merengkuh leher Yong ke dalam pelukanku. Sementara penis Yong makin jauh membenam ke dalam liang vaginaku.

Ketika aku melirik ke sebelah kiri, tampak Rima sedang asyik mengayun bokongnya naik turun dalam posisi WOT (woman on top), dengan mata terpejam-pejam. Mungkin sedang menikmati enaknya pergesekan dinding liang memeknya dengan kontol Anton yang tidak segede kontol Yong ini.

Tapi akhirnya aku tidak peduli lagi dengan apa yang sedang terjadi di bed sebelah kiriku itu. Karena aku pun mulai merasakan nikmatnya entotan penis Yong yang bermaju mundur terus di dalam liang memekku.

“Aduh Yong… Yong… ini enak sekali Yong… kontol lu gede banget sih Yong… oooh… Yooooong… iyaaaaaaaa… entot terus Yooong… Yoooong… “rintihku berceplosan begitu saja dari mulutku, tanpa dapat dikendalikan lagi.

Sementara nafas Yong pun mulai terdengar berdengus-dengus seperti bunyi nafas kerbau. Tak cuma itu, mulut Yong pun sering bersarang di leherku. Menjilati leherku, terkadang disertai sedotan-sedotan kuat, sehingga aku yakin akan meninggalkan bekas merah menghitam nanti. Tapi kubiarkan saja ia berbuat sekehendak hatinya, karena memang enak dicupang sambil dientot begini.

Dan mulutku mencerocos terus di luar kesadaran normalku, “Enak Yong dientot sambil dicupang gini… oooo… oooooh… pentil toket gua juga emut Yooong… iiyaaaaaaaa… iyaaaaaa… enak Yoooong… ooooh… oooooh… kontol lu gede banget Yooong… luar biasa enaknya… aaaaaa… aaah… entot terus Yooong…

Rintihan histerisku terdiam setelah mulutku disumpal oleh ciuman dan lumatan Yong. Ooo… betapa indahnya semua ini. Rasanya lebih indah daripada pengalaman-pengalamanku bersama Sam. Sehingga aku yakin, bahwa Yong bisa membuatku lupa kepada Sam kelak.

Karena itu aku ingin agar bisa mmenjalin hubungan rahasia dengan Yong kelak. Aku ingin membuatnya sebagai penawar rinduku kepada Sam.

Namun entotan Yong terlalu nikmat buatku. Sehingga beberapa saat kemudian aku mulai berkelojotan, lalu menggeliat dan mengejang di puncak orgasmeku. Ooooh… aku terkapar lemas… dengan sekujur tubuh serasa dilolosi tulang-tulangnya… membuatku benar-benar tepar.

Aku seolah tengah pingsan saking teparnya.

Dan baru tersadarkian lagi setelah merasakan entotan kontol di dalam liang memekku. Dan ketika aku membuka kelopak mataku, ternyata yang sedang mengentotku ini Anton…!

Ketika aku menolah ke samping kiriku, ternyata Yong sedang asyik mengentot Rima…!

Rupanya waktu aku tepar barusan, Anton bertukar tempat. Anton mengentotku, sementara Yong mengentot Rima…!

Tapi tak apalah. Memang aku dan Rima harus jadi sosok yang tidak membosankan. Dengan pertukaran pasangan begini, aku pun seolah mendapatkan gairah baru. Karena lain Yong lain pula Anton.

Meski penis Anton jauh lebih kecil daripada penis Yong, tak urung aku jadi bergairah kembali. Untuk menikmati entotan Anton yang terasa bisa brgerak cepat, karena liang kemaluanku jadi terasa longgar buat penis Anton. Maklum belum lama dientot oleh penis gede, lalu digenjot oleh penis kecil, jadi longgar deh…

Namun tidak lama kemudian Anton menggelepar di atas periutku, karena penisnya sudah ejakulasi… crot… crottt… crooootttt… croooottttt… crooootttt… crooootttt…!

Sedetik kemudian terdengar pula erangan Rima, “Duuuhhh… Yoooongggg… gua mau orga lagi neeeeh… “

Aku tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi di bed sebelah kiriku. Yang aku tahu, Yong kembali ke atas perutku, sementara Anton sudah tergeletak di samping kananku.

Aku senang merasakan kehadiran Yong kembali ini. Namun setelah Anton dan Rima pada masuk ke kamar mandi, masih sempat aku membisiki Yong, “Selasa malam lu datang ke rumah gua bisa nggak?”

“Bisa aja. Mau bikin acara begini lagi?”

“Iya… gua mau bujuk kakak gua biar bisa gabung sama kita berdua. Oke?”

“Oke. Anton ajak jangan?”

“Jangan ah. Lu aja sendiri. Syukur-syukur kalau lu bisa tahan melawan gua sama kakak gua… “

“Orang tua lu gak ada?”

“Pokoknya di rumah cuma gua sama kakak yang ada. Mama gua kan punya rumah lain. “

“Oke deh. Selasa malam ya? Jam berapa?”

“Jangan kemalaman. Jam tujuh malam aja. “

“Anton gak diajak kasihan juga,” bisiknya.

“Kontolnya kecil,” jawabku berbisik juga, “Gak memuaskan. Kalau kontol lu kan panjang gede gini, mantep rasanya. “

“Kalau mau yang kontolnya panjang gede kayak kontol gua, nanti bisa gua ajak saudara sepupu gua. “

“Ganteng kayak lu nggak?”

“Jujur, dia sedikit lebih ganteng daripada gua. Tapi kalau kontolnya sih sama panjang dan gedenya kayak kontol gua… “

“Ya udah… kalau gitu sekarang gak usah nginep ya. Siapkan aja mental dan fisik lu buat Selasa malam. “

“Oke. Selasa malam gua bakal bawa saudara sepupu gua. Kalau kakak lu gak mau, lu aja kami threesome nanti ya,” sahut Yong sambil mengentotkan penis panjang gedenya di dalam liang kemaluanku.

Aku pun mengerahkan segala kemampuanku. Termasuk dalam hal menggoyang pinggulku seperti yang pernah diajarkan oleh Sam. Goyangan yang intinya agar kelentitku bisa terus-terusan bergesekan dengan penis Yong.

Yong memang jauh berbeda dengan Anton. Ukuran penisnya memang dahsyat. Sehingga aku bisa menikmati kembali apa yang tidak bisa kunikmati dari Anton tadi. Bahwa setiap kali penis Yong digerakkan, aku seperti kena strum, yang membuatkubergetar dalam nikmat yang luar biasa.

Padahal liang kemaluanku sudah becek oleh air mani Anton dan lendir libidoku sendiri. Tapi gilanya penis Yong ini tetap saja terasa seret pergerakannya di dalam liang kemaluanku.

Akibatnya, aku tak kuasa menahan lagi. Batinku serasa melesat ke langit, lalu tiba di puncak kenikmatanku yang lazim disebut puncak orgasme.

“Udah orgasme lagi?” bisik Yong.

“Iya… kontol lu terlalu enak sih. Bener-bener bikin gua puas. Lu dari tadi belum ngecrot Yong?”

“Belum. “

“Jangan-jangan pake obat kuat kali lu ya? Masa udah ngentot dua memek belum ngecrot juga?!”

“Amit-amit… masih muda sih dilarang pake obat kuat. Nanti setelah lansia, baru boleh minum obat kuat. “

“Berarti lu tuh bukan cuma ganteng, tapi juga perkasa di atas perut cewek,” ucapku sambil mencubit pipi Yong, “Nanti kalau mau ngecrot, jangan dilepasin di memek gua ya. “

“Kenapa? Takut hamil?”

“Bukan takut hamil. Gua pengen nelan air mani lu sampai abissssss… “

“Owh… boleh-boleh-boleh…! Itu bakal lebih asyik. Kata orang, cewek yang menelan air mani seorang cowok, maka si cowok takkan pernah melupakan cewek itu sampai kapan pun. “

“Masa sih?! Bagus deh kalau gitu, biar lu tetep inget sama gua. “

“Sebentar lagi juga gua mau ngecrot nih… “

“Ayo… gua siap telen air mani lu sampai abis… takkan kusisakan setetes pun. Soalnya gua bener-bener suka sama lu. “

Sesaat kemudian Yong memacu entotannya jadi cepat sekali… lalu tiba-tiba dia mencabut penisnya dari memekku. Dan bergegas mendekatkan moncong penisnya ke mulutku yang sudah kungangakan.

Kutangkap penis panjang gede itu, kemudian kumasukkan ke dalam mulutku sambil menyedotnya sekuat tenagaku.

Dan… penis lelaki Chinese itu mengejut-ngejut di dalam mulutku sambil memancar-mancarkan air maninya… crottt… crooooot… croooot… crooot… crotttcrott… crot… crot.. crooooooottttttttt…!

Kusedot terus kontol Yong sampai benar-benar berhenti memuntahkan air maninya. Kutelan semuanya tanpa kusisakan setetes pun.

“Haaah… “desahku sambil mengangakan mulut dan menjulurkan lidahku, untuk bukti bahwa air mani Yong yang begitu banyaknya sudah kutelan sampai habis.

Yong mencium bibirku sambil berkata setengah berbisik, “Terima kasih Ita. Gua akan ingat kamu terus sampai kapan pun. “

Aku mengangguk sambil tersenyum manis.

“Si Anton sama Rima lama betul di kamar mandi ya?” cetus Yong.

“Mungkin mereka ngentot lagi di kamar mandi. Biarin aja… biar mereka puas,” sahutku.

Kami memang tak peduli pada apa pun yang dilakukan oleh Anton dan Rima di kamar mandi. Aku dan Yong malah tukaran nomor hape, untuk komunikasi di hari-hari berikutnya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu