3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 20

Setelah mandi, tubuhku terasa segar lagi…

Mengingat hari masih sore, aku mengajak Hen ke mal yang tidak begitu jauh dari hotel. Di mal itu sengaja kubeli celana sport, celana pendek putih dengan lingkaran elastis di bagian pinggangnya. Sekaligus juga membeli baju kaus putih dan sepatu olahraga yang juga putih.

Sementara Hen kubelikan celana jeans dan baju kaus berwarna hitam, sesuai dengan pilihannya sendiri.

Kemudian kami makan di food court mal itu.

Hari sudah mulai malam ketika kami kembali ke hotel.

Setibanya di hotel, kucoba celana sport dan baju kaus serta sepatu yang serba putih ini. Lalu bertolak pinggang di depan Mahendra. “Bagaimana? Pantas kalau tante mengenakan pakaian olah raga seperti ini?” tanyaku.

“Duh… Tante kelihatan seksi sekali,” sahut Hen.

“Masa sih?!”

“Betul Tante. Terutama celana pendeknya itu… memamerkan paha Tante yang putih mulus gitu…”

“Semua ini sengaja tante beli buat jalan-jalan ke hutan besok.”

“Sip Tante. Kalau ketemu orang-orang, pasti banyak yang menelan air liur… ngiler melihat Tante yang seksi gitu.”

“Tapi sebelum jam duabelas, harus sudah berada di hotel ini laghi. Karena waktu cek outnya jam duabelas. Kalau lebih… harus bayar semalam lagi.”

“Iya Tante. Besok jam delapan kita berangkat. Jam sebelas juga pasti sudah tiba di sini lagi. Hutannya gak jauh dari hotel ini kok. Setengah jam juga nyampe.”

“Ya udah,” sahutku. Sementara hatiku berkata, kalau pun terlambat pulang dari hutan itu, apa salahnya kalau besok aku menginap lagi semalam? Bukankah aku ingin menikmati kejantanan Mahendra sepuas mungkin? Lagian bukankah tarif hotel ini murah sekali?

Lalu kulepaskan celana sport dan baju kaus serta sepatu serba putih itu, untuk diganti dengan kimono lagi.

Tapi ketika aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam saja, Mahendra mendekap pinggangku dari belakang, sambil menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Disertai bisikan, “Aku masih kepengan mengulang yang tadi Tante.”

“Katanya pengen ML di hutan. Kalau sekarang kamu setubuhin tante lagi, besok kamu kehabisan enerji buat ngentot tante lagi, Hen.”

“Dijamin besok masih kuat, Tante. Soalnya Tante ini terlalu menggiurkan buatku.”

Aku membalikkan badan. Meraba-raba celana jeans Hen tepat di bagian yang menyembunyikan penisnya, “Beneran besok kontolmu masih bisa ngaceng?”

“Dijamin masih bisa Tante. Terus terang, kalau aku sedang horny, aku bisa ngocok sampai lima kali sehari Tante. Apalagi kalau dikocoknya sama memek Tante… heheheheee… pasti bisa lebih rakus lagi… “Mahendra melorot dan berjongkok sambil menarik celana dalamku, sampai terlepas dari kakiku.

Sambil duduk di lantai, Mahendra menciumi kemaluanku yang tak bercelana dalam lagi ini, Sehingga aku yang sedang berdiri ini pun spontan merenggangkan jarak kedua kakiku, agar aksi Mahendra lebih leluasa.

Mahendra memang beraksi sesuai dengan dugaanku. Ia tetap duduk sambil menengadah ke arah kemaluanku, sambil memegang sepasang pahaku yang sudah mengangkang ini. Lalu lidahnya terjulur dan mulai menjilati celah kemaluanku, tak ubahnya seekor beruang yang sedang menjilati madu.

Memang enak dijilatin sambil berdiri mengangkang gini. Tapi hanya kuat beberapa menit, lalu kakiku terasa pegal.

Dan akhirnya kudorong dada Hen agar ia menelentang di atas karpet, sementara aku meberlutut sambil menurunkan memekku sampai tepat menempel ke mulut Hen.

Dalam posisi facesitting beginilah aku merasakan nikmatnya jilatan Mahendra.

Dalam tempo singkat saja liang kemaluanku terasa basah. Namun aku ingin melanjutkannya tanpa bergerak jauh-jauh. Aku mundur ke arah paha Hen dan menurunkan ritsleting celana panjangnya, kemudian celana panjang dan celana dalam Hen kupelorotkan, sampai batang kemaluannya yang sudah ngaceng itu tersembul mengacung ke atas.

Kupegang penis ngaceng itu sambil menurunkan memekku ke arah moncongnya. Setelah moncong penis Hen terasa menekan bagian dalam mulut vagina, kubetulkan lagi letaknya, agar tepat menuju ke arah liang memekku.

Lalu kuturunkan lagi pantatku sambil tetap memegang batang kemaluan Hen.

Dan… terasa penis Hen membenam ke dalam liang memekku.

Blesssss…! Terbenam sekujurnya, sampai terasa moncongnya mendesak dasar liang sanggamaku.

Mahendra diam saja, seperti menunggu aksiku selanjutnya.

Aku pun mulai mengayun pantatku naik turun sambil menaruh telapak tanganku di atas karpet, untuk menahan keseimbangan tubuhku. Dengan sendirinya penis Hen terasa jadi maju mundur di dalam jepitan liang memekku yang sudah basah licin ini. Gesekan demi gesekan penis Hen dengan dinding liang sanggamaku mulai membuatku terpejam-pejam saking nikmatnya.

Memang posisi WOT begini paling nikmat buatku. Karena dalam posisi begini, rahimku terasa turun dan sering bersentuhan dengan moncong penis. Saking enaknya, dalam posisi begini aku suka cepat orgasme.

Dalam posisi WOT ini aku bisa langsung “melayang” ke langit ketujuh. Langit yang penuh pesona, yang membuatku lupa daratan. Langit yang seolah ditaburi bunga-bunga surgawi diiringi tembang-tembang kahyangan.

Setiap gesekan antara penis Hen dengan liang sanggamaku membuat sekujur fisikku seolah dialiri denyut-denyut nikmat. Yang membuatku tak lagi mampu menahan rintihan-rintihan histerisku sendiri.

“Heeeen… oooooohhhhhh… Heeeeeen… Heeeen… ooooooo… ooooooh… Heeeen… Heeeen…”

Yang paling menyenangkan Mahendra tidak cuma celentang dan terdiam seperti patung. Meski berada di bawah, dia tetap mampu menggerak-gerakkan batang kemaluannya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kali ini kami berdua sedang saling entot.

Sepasang payudaraku yang bergelantungan ini pun mulai ditangkap oleh Mahendra dan dielus-elus pentilnya. Membuatku merem-melek.

Namun semua ini membuatku jadi cepat sekali berada di puncak kenikmatanku.

Apalagi ketika jemariku dipakai untuk mengelus-elus kelentitku sendiri… aaah… akhirnya aku merengek lirih… “Hendraaaaa…! “sambil menghempaskan dadaku ke atas dada keponakanku.

Mahendra tetap mengentotku dari bawah. Tapi aku sudah ambruk di puncak orgasmeku.

Tubuhku terkulai lemas dalam kepuasan sedalam lautan.

Namun inilah salah satu kelebihan wanita. Setelah mencapai orgasme, hanya beberapa detik aku terkulai lesu. Lalu gairahku bangkit lagi.

Kupeluk Mahendra seerat mungkin, sambil menggulingkan badan ke samping, sampai akhirnya aku menelentang dan Mahendra menelungkupiku dengan batang kemaluan tetap berada di dalam liang sanggamaku.

Untungnya Mahendra cukup mengerti waktu sedang bergerak dan mengubah posisi ini. Tanpa kusuruh pun Mahendra mulai mengayun penis ngacengnya sambil memeluk leherku dan menciumi bibirku. Sementara aku sudah pulih kembali. Sudah bisa merasakan lagi nikmatnya entotan keponakanku.

Kali ini sepasang kakiku sengaja kuangkat dan melingkari pinggang Mahendra. Sehingga moncong penisnya terasa terus-terusan menyundul dasar liang memekku.

Aku pun lupa daratan lagi. Tak kuasa mengendalikan rintihan-rintihan nikmatku lagi. “Heeen… kontolmu kok enak sekali Heeen… ayo Heeen… entot terus sepuasmu Heeen… ooooh… iyaaaaaa… entot… entot terus Heeeen… aaaaa… aaaaah… enak sekali Heeeen…”

Makin lama makin nikmat saja rasanya. Sementara Mahendra mulai bersimbah keringat lagi. Maklum kamar hotel ini tidak ada ACnya. Hanya dipasangi kipas angin yang tidak mampu menurunkan temperatur di kamar ini.

Namun dalam keadaan sedang menyalurkan nafsu birahi ini, kami tak peduli apa pun. Yang kami pedulikan hanya pergesekan di antara kontol Hen dengan dinding liang memekku.

Sementara Hen sudah mulai pandai “melengkapi” kenikmatan persetubuhan ini. Sambil mempergencar entotannya, Hen masih sempat menyedot dan menjilati pentil toketku. Masih sempat menjilati leherku yang sudah keringatan ini. Bahkan masih sempat pula menjilati ketiakku yang selalu kuharumkan dengan deodorant dan parfum ini.

Aku pun membalasnya. Dengan menjilati pentil kecil di dada Hen. Terkadang kugigit-gigit juga lehernya, yang membuat Hen semakin gencar mengentotku.

Namun ketika aku mencium dan melumat bibir Hen, tak tertahankan lagi… aku mengelojot dan terkejang-kejang lagi di puncak orgasmeku yang kedua kalinya…!

Ini sangat menyenangkan. Meski aku lunglai setelah mencapai orgasmeku yang kedua, namun kali ini kutemukan sosok yang bisa kuanggap sebagai pengganti Sammy.

Ya… tadinya hanya Sammy yang mampu membuatku bisa merasakan multiple orgasme. Yoga hanya keren di ukuran penisnya saja. Namun tak pernah mampu membuatku orgasme berkali-kali. Bahkan terkadang Yoga sudah ngecrot pada saat aku baru “manasin mesin”.

Tapi kini aku telah mendapatkan Mahendra, yang ternyata sangat perkasa. Tak kalah dengan keperkasaan Sammy.

Setelah fisikku pulih kembali, kutawari Hen untuk mengganti posisi menjadi posisi anjing-anjingan alias doggy.

Hen langsung setuju saja. Tapi kuajak pindah ke atas bed, karena bersetubuh di atas karpet membuat punggungku gatel-gatel juga. Lagian persetubuhan yang paling perfect, tetap saja harus di atas kasur empuk.

Tapi terkadang bersetubuh di tempat lain memang perlu juga. Untuk menghilangkan kejenuhan.

Setelah aku menungging di atas tempat tidur, Hen membenamkan batang kemaluannya sambil berlutut di hadapan bokongku.

Dalam keadaan berlutut itulah Hen mengentotku lagi.

Cukup lama Hen bertahan dalam posisi ini. Sampai akhirnya penis Hen memuntahkan air maninya, berbarengan dengan orgasmeku yang ketiga kalinya…!

Crotcrot… croooot… crooooottttt… croooootttttt… crot… croooooooootttt…!

Lalu kami sama-sama terkapar. Sampai akhirnya tertidur dalam keadaan sama-sama telanjang.

Esokpaginya…

Setelah menyantap breakfast yang disediakan oleh hotel, kami pun bersiap-siap untuk jalan-jalan ke hutan seperti yang diceritakan oleh Mahendra kemaren.

Kukenakan celana sport, baju kaus dan sepatu yang serba putih itu.

Selesai berdandan, Mahendra memujiku terus, “Tante cantik dan seksi sekali mengenakan pakaian itu, “katanya sambil memegang kedua pangkal lenganku.

Yang dimaksud hutan tanaman obat-obatan itu adalah sebuah bukit yang terletak di belakang pabrik tempatnya Hen bekerja. Sekeliling bukit itu dipagar dengan pagar kawat berduri. Untuk memasuki hutan itu harus melewati pintu yang dijaga oleh dua orang satpam.

Tampaknya Hen cukup dikenal oleh kedua orang satpam itu. Mereka mempersilakan kami masuk dan langsung mendaki bukit itu lewat trap tembok cor yang sudah disediakan. Pasti pabrik itu yang membuat trap rembok agar bukitnya mudah untuk didaki.

Kalau dilihat dari jauh, bukit itu hanya tampak ditumbuhi oleh pohon-pohon pinus dan mahoni yang tinggi-tinggi menjulang. Tapi kalau dilihat dari dekat, di antara pohon-pohon tinggi dan kokoh itu banyak tanaman obat-obatan yang pendek-pendek. Dan aku tidak tahu apa saja nama pohon obat-obatan itu.

“Jadi obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik itu berasal dari tanaman di bukit ini semua Hen?” tanyaku lugu.

“Owh nggak Tante. Tanaman obat-obatan di sini hanya untuk bahan penelitian. Untuk bahan produksi sih dikirim oleh perusahaan-perusahaan lain.”

“Ogitu ya. Hmm… memang indah pemandangan di sekitar bukit ini Hen,” ucapku sambil menggandeng pinggang Hen. Sambil merasakan suasana romantis di hutan yang tampak teratur rapi ini.

“Kita baru separuh jalan. Nanti di puncaknya lebih indah lagi Tante,” sahut Hen.

Aku tidak menyahut karena sedang merasakan suasana tenang… sunyi… lengang dan romantis. Memang ada bunyi kicau burung di kejauhan, seolah musik alam yang menentramkan perasaan.

“Hen…” ucapku setengah berbisik, “kita mau main di mana?”

“Nanti di puncaknya Tante. Ada gubuk di situ…”

“Kalau ada orang lain nanti gimana?”

“Nggak mungkin Tante. Sekarang kan sedang libur. Penelitian hanya dilakukan di hari kerja. Sedangkan orang luar tidak boleh memasuki hutan ini. Karyawan juga hanya beberapa orang yang diperkenankan memasuki hutan ini.”

“Suasananya memang romantis Hen.”

“Iya… kontolku udah ngaceng ni Tante,” sahut Mahendra sambil memijat celana training yang dipakainya, tepat di bagian anunya.

“Masa sih?!” aku jadi penasaran. Tangan kananku menyelinap ke balik celana training hitam yang Mahendra kenakan. Dan… kontol Mahendra benar-benar sudah ngaceng…!

Aku memaklumi hal itu. Karena Hen masih ABD (anak baru dewasa). Tentu saja fisiknya masih serba tokcer.

Itu pula yang membuatku senang dengan daun muda. Karena untuk menikmati kejantanan anak muda, tak usah payah-payah membangunkan nafsunya. Lewat percakapan saja penisnya bisa ereksi secara perfect.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu