3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Setelah tirai ditutup. kunyalakan lampu utama. Cukup satu lampu juga terang.

Tak lama kemudian Mbak Yati muncul, masih pakai spanrok seragam karyawati hotelku, tapi blazernya sudah dilepaskan, mungkin ditinggalkan di kamar mandi.

Sikapnya malu - malu waktu menghampiriku yang sudah duduk di sofa lagi. Wajar saja dia malu - malu, karena sudah bisa menebak - nebak apa yang akan terjadi sebentar lagi.

Ketika ia ragu - ragu mau duduk di sebelah kiriku lagi, kutarik tangannya, “Ayo duduk lagi. Jangan malu - malu gitu,” kataku.

“Rasanya kayak ngimpi… Big Boss mau nidurin saya… “gumamnya sambil memandangku dengan sorot ragu.

“Gak ada yang aneh,” sahutku, “Apa yang akan kita lakukan ini sesuatu yang wajar. Mbak Yati jauh dari suami, tentu butuh sentuhan lelaki kan? Aku saendiri justru tergiur melihat bentuk Mbak Yati yang setengah baya dan seksi abis ini…”

Kata - kata itu kuucapkan sambil menyelinapkan tanganku ke balik spanroknya. Dan seperti memberi “jalan”, Mbak Yati merenggangkan sepasang pahanya. Sehingga tanganku bisa semakin jauh menyelinap sampai ke pangkal pahanya. Sampai menyentuh celana dalamnya. Mbak Yati terdiam pasrah ketika tanganku mulai kuselinapkan ke balik celana dalamnya itu.

Tadinya kupikir jemariku akan menyentuh jembut yang lebat. Tapi ternyata tidak ada jembut sama sekali. Sehingga jemariku semakin leluasa menggerayanginya. Bahkan jari tengahku mulai bermain di liang memeknya yang mulai membasah.

“Boss… memek saya kalau sudah dimainin gini, saya suka gak kuat nahan nafsu…” ucapnya perlahan hampir tak terdengar.

Aku pun sengaja menurunkan ritsleting celana jeans sambil menurunkan celana dalamku. Lalu kusembulkan penisku yang sudah ngaceng berat ini sambil berkata, “Kontolku juga udah ngaceng gini nih… !”

“Waaaaw! Ini zakar apa ular python Boss? Iiih… jadi ingin cepet - cepet,” celetuk Mbak Yati sambil memegang penisku yang sudah ngaceng berat ini.

“Mau cepetan dimasukin ke dalam memek Mbak?” tanyaku sambil tersenyum menggoda.

Mbak Yati mengangguk perlahan, “Penis sepanjang dan segede ini sih dikasih seminggu sekali juga kenyang Boss.”

“Ayo lepasin semua pakaian Mbak… jangan buang - buang waktu. Mumpung hari masih sore menjelang malam.”

Mbak Yati menanggalkan segala yang melekat ditubuhnya, sehingga wanita setengah baya yang seksi itu jadi telanjang bulat kini. Sementara aku pun cepat menelanjangi diriku sendiri.

Lalu kami saling pandang tubuh satu sama lain.

Pandanganku terpusat ke bentuk tubuh Mbak Yati yang memang sangat seksi itu. Mbak Yati tidak bisa disebut putih, tapi hitam pun tidak. Mungkin cocok kalau kulitnya disebut kuning langsat. Toketnya agak gede, memang sudah turun tapi bagian atasnya tidak kempes. Perutnya tampak kencang, mungkin karena rajin senam.

Sementara pandangan Mbak Yati terpusat ke arah penisku yang sudah ngaceng berat ini, dengan mata hampir tak berkedip.

Lalu kuraih pinggang Mbak Yati ke arah bed yang lebar sekali itu.

Setelah berada di atas kasur bertilamkan kain seprai putih bersih ini, kutepuk - tepuk pantat gede Mbak Yati sambil berkata,” Kata orang, kalau perempuan pantatnya gede gini, suka bagus kerjanya di ranjang…”

“Hihihi… soal itu sih dijamin Boss. Cuman saya degdegan banget ni Boss. Soalnya saya belum pernah selingkuh dari suami,” sahutnya.

“Emangnya Mbak yakin suaminya gak selingkuh di seberang lautan sana?” tanyaku sembil memainkan toketnya yang ternyata masih enak buat diremas dan dipermainkan pentilnya.

“Iya juga sih Boss. Laki - laki kalau sudah jauh dari istri, banyak kemungkinan yang bisa terjadi,” sahut Mbak Yati sambil memegang penisku dengan tangan agak gemetaran. Lalu menciumi puncaknya… lalu menjilati leher dan moncongnya. Membuat nafsuku semakin memburu.

Tapi aku sengaja menelentang, sambil membiarkan Mbak Yati tetap memegang dan menjilati penisku. Bahkan kemudian Mbak Yati mengulum penisku bagian atasnya, sementara bagian bawahnya dipegang oleh tangannya yang terasa menghangat.

Lalu diselomotinya penisku dengan lahapnya. Kepala dan leher penisku yang sedang berada di dalam mulutnya terasa digeluti oleh lidahnya yang bergerak - gerak lincah, sementara bagian bawah penisku diurut - urut oleh tangannya.

Gila… baru sekali ini aku merasakan dioral yang begini enaknya. Barangkali Mbak Yati harus kupelihara terus, karena meski tidak cantik dia itu manis dan mampu membangkitkan gairahku begini hebatnya.

Sehingga pada suatu saat kudorong dada wanita setengah baya itu sampai celentang. Aku pun langsung bergerak, dengan wajah berada di atas memeknya yang tembem sekali itu.

Mbak Yati seperti mengerti apa yang akan kulakukan. Ia merentangkan kedua pahanya selebar mungkin, membuat memek tembemnya ternganga dan langsung kujilati dengan lahap. Sementara jari tangan kiriku mulai menekan dan menggesdek - gesek kelentitnya yang tampak menonjol dari selubungnya (pertanda sudah horny berat).

“Aaaaa… aaaaah… Boss masih sangat muda… tapi sudah sangat pandai menjilati memek… oooooh… Bossssss… ini enak sekaliiii… Bossss… Bossss… aaaaaaah… enak Bosss… ooooh… oooh… oooooooohhhhhhhh… “Mbak Yati merintih dan menggeliat - geliat. Mungkin karena gesekan ujung jariku di kelentitnya tepat sasaran.

Hanya beberapa menit aku melakukan semuanya ini, celah memek Mbak Yati sudah basah dibuatnya. Maka aku pun merasa sudah tiba waktunya untuk membenamkan batang kemaluanku ke liang memek tembem itu.

Tanpa kesulitan, kertika aku mendesakkan batang kemaluanku sekuatnya, blesssss… langsung masuk semuanya…!

“Oooaaaaaah… tititnya langsung dimasukin semua Boss,” desah Mbak yati sambil menyeringai.

“Apa itu titit? Emangnya aku anak kecil? Bilang aja kontol gitu,” sahutku sambil memegang toket kanan Mbak Yati. Lalu mulai mengentotnya… langsung lancar. Maklum Mbak Yati sudah dua kali melahirkan anak.

“Iya Boss… kontoool… aaaaa… aaaaah… kontol Boss enak banget… aaaa… aaaah… aaaa… aaaah… aaaa… aaaaah… aaaaa… aaaahhhh… Boss… aaa… aaaah… Boosss…”

Liang memek Mbak Yati memang lumayan sempit. Tapi terasa licin sekali, sehingga aku bisa mulai mempercepat ayunan penisku. Maju mundur dan maju mundur… ternyata liang memek Mbak Yati ini dangkal. Sehingga moncong penisku selalu mentok di dasarnya (pada saat kudorong).

Dan hal itu justru membuat Mbak Yati lebih menikmati entotanku. Setiap penisku didorong, matanya terpejam. Lalu pada saat penisku ditarik, matanya terbuka. Begitu dan begitu terus.

Seperti biasa, aku selalu “melengkapi” aksiku. Pada saat penisku sedang gencar - gencarnya mengentot liang memek Mbak Yati, tanpa ragu aku pun mencium bibirnya, menjilati lehernya, mencelucupi pentil toketnya… dan bahkan menjilati ketiaknya dengan lahap.

Mulailah Mbak Yati merintih - rintih keenakan, “Oooo… ooooh… Boss… oooo… oooohhhh… Bosssss… duuuh Boss… ini enak sekali Boss… entot tderus Boss… lebih kencang lagi ngentotnya Boss… “Celotehan Mbak Yati itu disertai dengan goyangan pinggulnya yang meliuk - liuk dan menghempas - hempas.

Kini aku mengerti apa sebabnya orang - orang suka berkata, bahwa wanita yang bokongnya gede itu bagus kerjanya di ranjang. Soalnya wanita berbokong gede itu membuat posisi memeknya lebih tinggi daripada wanita tepos. Pada waktu wanita tepos dientot, peler lelakinya pasti menggaris - garis kasur. Tapi pada waktu wanita berbokong gede dientot, pelerku tidak sampai menyentuh kasur.

Itulah yang terjadi pada waktu aku sedang mengentot Mbak Yati ini. Bahwa aku sedang mengentotnya dengan gerakan keras dan kencang. Tapi biji pelerku hanya “menepuk - nepuk” anusnya. Tidak sampai menyentuh kain seprai.

Dan Mbak Yati semakin menggencakan goyangan pinggulnya, yang membuat penisku terobang - ambing ke sana - sini, sambil dibesot - besot oleh liang memeknya. Anjaaaaaay… ini luar biasa enaknya…!

Namun sayangnya Mbak Yati mulai berkelojotan. Mungkin karena sudah terlalu lama tidak merasakan disetubuhi suaminya uang jauh di seberang lautan sana. Sehingga terjadi lagi pelesetan lagu Jawa itu… suwe ora ngono, ngono ora suwe

(lama tidak begituan, begituan tidak lama).

Ya… tak lama kemudian Mbak Yati mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Lalu… liang memeknya terasa “menggeliat - geliut”… disusul oleh kedutan - kedutan kencang. Lalu Mbak Yati menggelepar dan terkulai lemas. Dengan leher dan wajah bermandikan keringat.

“Udah lepas?” tanyaku sambil menghentikan entotanku.

“Iya Boss. Punya Boss terlalu enak sih. Lagian saya sudah lama sekali tidak digauli suami.

“Memek Mbak juga enak banget lho… sempit tapi licin seperti belut.”

Mbak Yati tersenytum manis. Auranya seolah terpancar dari wajahnya. Aura kecantikan wanita yang sudah mengalami orgasme.

“Di waktu mendatang, aku akan selalu membutuhkan Mbak. Kalau kupanggil ke ruang kerjaku, jangan susah ya.”

“Siap Boss. Kapan pun Boss mau menggauli saya, akan saya hidangkan. Kecuali kalau saya sedang datang bulan.”

“Sekarang ganti posisi yok.”

“Boss mau posisi apa? Doggy?”

Wow… wanita yang kelihatannya konservatif itu, ternyata mengerti posisi doggy segala. Tapi kebayang, pasti asyik ngentot Mbak Yati yang berbokong gede itu dalam posisi doggy. Maka kusetujui usul perempuan setengah baya itu.

Setelah penisku dicabut dari liang memeknya, Mbak Yati menelungkup dengan bokong ditunggingkan. Aku pun berlutut di depan memek tembem yang sedang ditunggingkan itu. Kelentitnya jadi berada di bawah mulut vaginanya.

Tanpa kesulitan penisku terbenam lagi ke dalam liang memek yang sudah basah kuyup itu. Blessss…!

Lalu… sambil berpegangan pada sepasang buah pantat gede itu aku mulai mengentotnya sambil berlutut.

Spontan aku teringat Mama Ken, ibu mertuaku. Teringat kalau dia senang ditampar - tampar buah pantatnya sekeras mungkin. Apakah Mbak Yati juga punya selera yang sama? Entahlah… aku mau mencobanya saja. Mengentotnya sambil menampar - nampar buah pantatnya.

Ternyata Mbak Yati menyambutnya dengan ucapan, “Iya Boss… kemplangin aja pantat saya sekuat mungkin… enak sekali Boss…”

Dengan senang hati kuikuti permintaan Mbak Yati itu. Kedua telapak tanganku mulai beraksi untuk menempeleng kedua buah pantat Mbak Yati sekeras mungkin.

Plaaaaaaaaakkkk… plooooooookkk… plaaaakkkkk… plooookkkkkkk… plaaaakkkkkkkk… plooookkkk… plaaaaaakkkkk… plooookkkkkkkk… plaaaakkkkkkk…!

Meski sedang menelungkup sambil memeluk bantal guling, Mbak Yati masih bisa merengek - rengek keenakan, “Duh Boss… enak sekali Boss… silakan kemplangin terus sekuatnya Boss… makin sakit makin enak rasanya Bosss… ooooooohhhhh…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu