3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagaimana aku takkan degdegan. Karena aku akan merasakan sesuatu yang sudah lama tidak kunikmati.

Ketika mulut Anton sudah menyentuh kemaluanku, desir birahiku mulai menjadi-jadi. Tapi sayang Anton belum berpengalaman tentang bagaimana caranya menjilati kemaluan perempuan. Karena itu terpaksa kuarahkan dulu mana saja yang harus dijilati olehnya, sambil menunjuk setiap bagian yang harus dijilatinya.

Hanya beberapa detik aku memberikan pengarahan, akhirnya Anton mulai menjilati kemaluanku secara benar dan terarah.

Aku memang paling suka memekku dijilati sebelum penetrasi.

“Itilnya juga jilatin Ton… ini nih yang ini,” ucapku sambil menekankan ujung telunjukku ke kelentitku.

Anton mengikuti permintaanku. Lalu terasa kelentitku mulai dijilatinya dengan lahap.

“Iya Tooon… iyaaaaa… jilatin terus itilnya Tooon… ini enak sekali Tooon… oooooh… “rengekku sambil menggeliat-geliat, karena jilatan Anton mulai benar.

Cukup lama Anton menjilati kelentitku, sehingga terasa liang memekku mulai basah.

“Ton… kontol lu udah ngaceng bener kan?” tanyaku.

“Iya,” sahut Anton setelah menjauhkan mulutnya dari kemaluanku…

“Ayo masukin aja kontol lu ke memek gua,” kataku sambil mengelus kemaluanku yang sudah

Anton merayap ke atas perutku sambil memegangi batang kemaluannya. Langsung kutangkap penis ngaceng itu, sambil kucolek-colekkan ke mulut kemaluanku agar tidak salah jalan. Lalu kutusukkan moncong kontol Anton ke arah yang tepat menuju liang sanggamaku.

Lalu aku ngomong sendiri, karena Anton cuma hah-hoh-hah-hoh terus :

“Ayo dorong Ton… !”

“Iya… udah mulai masuk nih… dorong terus Ton… iyaaa… dorong… dorong… iyaaa…”

“Nah sekarang entotin sedikit demi sedikit. Pelan aja dulu, usahakan jangan sampai terlepas dari memek gua ya.”

“Nah… gitu Ton… iyaaaaa… entot terus pelan-pelan dulu… yang penting jangan sampai lepas, biar gak sulit masukinnya lagi.”

“Nah… begitu… iyaaaa… boleh dicepatin dikit… iyaaaa… iyaaaa… aaaah Toooon… gua juga mulai keenakan niiiih… iyaaaaaa… entot terusssss… entot terussssss… iyaaaaa… enak Tooon… dududuuuuh… kontol lu enak banget Tooon… entot terusssss… iyaaaa… iyaaaaaaaa… iyaaaaaa…

Akhirnya Anton bersuara juga, “Memek lu luar biasa enaknya Taaaa… tau gini dari dulu ajakin gua ngentot gini Taaa… memek lu enak Taaaa…”

Aku tahu bahwa sebagai pemula, Anton jangan diajak yang aneh-aneh dulu. Nanti kalau jam terbangnya sudah agak tinggi, barulah akan kuajak bersetubuh dalam aneka posisi.

Tadinya kupikir Anton bakal cepat ejakulasi karena masih pemula. Tapi ternyata cukup lama dia bisa bertahan di atas perutku. Mungkin karena dia sering ngocok, sehingga membuatnya jadi tabah. Dan tetap mantap mengentotku.

Sebagai sambutan, aku pun merengkuh leher Anton ke dalam pelukanku, kemudian kucium bibirnya dengan lidah terjulur, yang lalu disedot-sedot oleh Anton.

Ini yang pertama kalinya aku berciuman dengan Anton. Seiring dengan maju mundurnya penis Anton di dalam liang sanggamaku.

Di tengah kenikmatan genjotan Anton yang sudah lancar, masih sempat aku mengingatkan, “Sambil remas toket gua… tapi… jangan terlalu keras Ton, oooo… ooo… oooooh…”

Anton mengikuti permintaanku. Meremas toketku yang masih super kencang ini. Membuatku semakin merem melek menikmati enaknya entotan kontol Anton yang semakin mantap. Terlebih lagi setelah tangan kirinya meremas toket kananku sementara mulutnya mengemut pentil toket kiriku. Semakin melayang-layang batinku dibuatnya.

Aku pun mulai merintih-rintih histeris tanpa bisa dikendalikan lagi, “Makin lama entotan lu makin enak… oooo… oooooh Tooon… entot terus Tooon… iyaaaaaaa… kontol lu memang enak Tooon… iyaaaa… iyaaaa… iyaaaa… aaaa… aaaaahhhhh… Tooon…

Sementara Anton cuma mendengus-dengus seperti dengus kerbau. Terkadang dengusannya berada di leherku ketika ia mulai menjilati keringatku yang sudah keringatan ini.

Dan akhirnya aku berkelojot-kelojot… lalu mengejang tegang di puncak orgasmeku. Aaaaah… liang sanggamaku terasa berkedut-kedut di puncak kenikmatanku.

Aku terkulai lemas. Untungnya tak lama kemudian Anton pun mengelojot di atas perutku. Membenamkan penisnya sedalam mungkin. Lalu terasa penisnya mengejut-ngejut sambil memberondongkan “tambakan” air maninya di dalam liang kemaluanku.

Crooot… crooot… crooot… croooot… croooot… croooot… crooootttt…!

Lalu Anton terkapar di dalam dekapanku.

Badai nafsu pun mulai reda. Tapi keringat Anton masih membasahi tubuhnya, sebagian berjatuhan padaku dan ke kain seprai…

“Lain kali gua mau ngajak Rima. Kalau ada ajak teman lu seorang, tapi jangan teman sekampus,” kataku setelah Anton mencabut kontolnya dari liang memekku.

“Maksud lu mau bikin foursome seperti di bokep?”

“Iya. Ada teman yang sebanding dengan lu gak?”

“Sebanding apanya?”

“Tampangnya. Jangan ngajak yang jelek.”

“Ada… gua punya temen… orang Chinese… Yong namanya. Duitnya banyak. Bisa andalin dia yang bayar hotel dan makan-makan.”

“Ya udah… lu ajak aja dia. Gua juga pengen nyobain kontol Chinese. Biar nambah pengalaman gua.”

“Kalau perlu, sekarang juga bisa gua panggil ke sini.”

“Haaa? Boleh juga tuh. Biar kalian bisa giliran ngentot gua. Lu juga masih kepengen ngentot gua kan?”

“Iya… tapi kalau si Yong joint sama kita bisa lebih seru lagi kayaknya.”

“Ya udah, call aja dia sekarang.”

Lalu Anton mengambil hape dari saku celana jeansnya. Dan :

“Hallo Yong! Lagi di mana lu?… gua lagi sama cewek cantik neh… ha? Bukan… ini teman kuliah gua… kalau mau joint ke sini aja… iya di hotel… emtar gua kirim alamat hotelnya lewat WA ya… iya… tapi jangan kelamaan… aaah gak ada limit waktu… santai aja…

Lalu Anton mengirim nama dan alamat hotel ini lewat WAnya, lengkap dengan nomor kamar yang sedang kami pakai.

“Gak salah kan gua? Bahwa kita bisa nginap di sini dan pulang besok?” tanya Anton padaku.

Aku mengangguk. Tapi diam-diam aku bertanya kepada diriku sendiri, benarkah langkahku ini? Bahwa aku akan menyerahkan memekku kepada cowok yang sama sekali belum pernah kukenal? Aku kan bukan perek, bukan cewek bispak. Kenapa kubiarkan saja Anton memanggil temannya yang belum kukenal itu?.

“Kalau begitu Rima juga kita panggil aja sekarang, biar lebih seru,” kataku.

“Emangnya Rima bisa dibegituin?” tanya Anton dengan sorot ragu.

“Bisa lah. Gua sama Rima itu kan sealiran,” sahutku sambil mengeluarkan hape dari transel kuliahku. Lalu kupijat nomor Rima.

Dan :

“Hallo Rim! Lagi di mana?”

“Di rumah. Emang kenapa?”

“Gua lagi di hotel nih. Mau gabung gak?”

“Ada cowok?”

“Ada… si Anton. Tapi sebentar lagi temen Anton mau datang. Ayo gabung Rim, biar seru.”

“Hotel mana?”

Lalu kusebutkan nama dan alamat hotel ini, sekaligus dengan nomor kamarnya.

“Oke, gua segera meluncur ke situ,” kata Rima sebelum menutup hubungan seluler kami.

Lalu aku menoleh kepada Anton. “Tolong ambilin tas pakaian gua dong di mobil.”

Anton yang sudah berpakaian lengkap itu pun langsung menyambar remote control mobilku dari atas meja kecil yang dikitari sofa. Lalu keluar dari kamarku.

Ketika Anton masih di luar, tiba-tiba Rima muncul di ambang pintu yang tidak dikunci.

“Rima?! Kok cepet banget lu nyampe di sini?” tanyaku heran.

“Ini cuma roh Rima yang meluncur duluan ke sini Non Ita… !” sahut Rima sambil berlagak hantu di film-film horror.

“Aaah… gak lucu ah. Kenapa lu bisa secepat itu tiba di sini?”

“Waktu lu nelepon tadi, gua emang gak jauh dari hotel ini. Abis nyari buah alpukat yang bagus-bagus. Persediaan di rumah udah habis. Makanya tadi gua ketawa sendiri waktu lu ngajak ke sini. Ohya… mana si Anton dan temannya itu?”

“Lagi disuruh ngambil tas pakaian gua di mobil.”

“Lu udah dientot sama si Anton?”

“Udah, “aku mengangguk jujur, “Baru satu kali.”

“Nggak nyangka si Anton yang culun itu bisa juga dijadikan penyaluran ya?”

“Iya, gua juga gak tau kenapa, tiba-tiba aja gua pengen ML sama si Anton. Kebetulan dia belum pernah nyobain ngentot cewek, tadinya cuma ngocok doang yang sering dia lakuin.”

“Kayak kita aja dulu kale. Awalnya cuma mainin dildo, lama-lama si Sam dijadiin sasaran. Hihihiii…”

Pembicaraan kami terputus, karena Anton sudah datang lagi, membawakan tas pakaianku.

Belakangan ini aku memang suka membekal tas berisi beberapa helai pakaian untuk ganti. Bukan meniru artis-artis yang suka membawa pakaian dan alat make up di dalam mobilnya. Aku cuma menyiapkan untuk keadaan darurat saja. Seperti kehujanan, baju ketumpahan sesuatu yang kotor atau keadaan “darurat” seperti sekarang ini.

Kusambut tas pakaianku dari tangan Anton. Kukeluarkan kimono, alat mandi dan parfum dari tas pakaianku, kemudian melangkah ke kamar mandi.

Aku memang ingin membersihkan keringat yang sudah membasahi tubuhku di sana-sini pada waktu bersetubuh dengan Anton tadi.

Prediksiku, nanti Anton akan menyetubuhi Rima yang belum pernah dirasakannya. Sementara aku akan meladeni teman Anton yang Chinese bernama Yong itu.

Dan aku tak mau Yong mencium bau keringatku, sehingga kelihatan sekali kalau aku ini bekas “dipakai” oleh Anton.

Karena itu aku ingin tubuhku benar-benar bersih dan “fresh”.

Setelah menyemprotkan parfum ke bagian-bagian “penting” di tubuhku, aku pun keluar dari kamar mandi.

Lalu apa yang kulihat? Anton dan Rima sudah sama-sama telanjang. Bahkan Anton sudah menelungkup di antara sepasang kaki Rima yang direntangkan. Sudah siap untuk menjilati memek Rima…!

“Waduuuh… kalian sudah siap tempur nih?” cetusku sambil tersenyum.

“Iya,” sahut Rima, “aku udah kebelet nih… !”

Aku cuma tersenyum, lalu menyisir rambutku di depan cermin rias.

Kemudian terdengar rengekan-rengekan manja Rima, “Iya Ton… jilatannya fokus ke itil aja… biar memek gua cepet basah… !”

Pada saat yang nyaris berbarengan, terdengar ketukan di pintu. Yang disambut oleh suara Anton, “Masuk aja! Gak dikunci !”

Aku cepat duduk di sofa sambil bertopang kaki. Sementara itu pintu terbuka dan seorang cowok putih bermata sipit masuk ke dalam. “Wow… udah maen nih filmnya?!” ucap cowok itu sambil berdiri sejenak di dekat bed yang dipakai oleh Anton dan Rima. Sementara aku tetap duduk di sofa yang berdekatan dengan bed kosong, karena kamar hotel ini menyediakan dua bed yang lumayan besar ukurannya.

Kemudian lelaki muda itu menghampiriku. Aku pun berdiri dan menyambut jabatan tangannya sambil menyuebutkan namaku, “Ita…”

“Yong,” kata cowok Chinese itu sambil tersenyum.

“Pakaian kita seragam ya. Sama-sama putih,” kata Yong lagi setelah jabatan tangan kami dilepaskan. Memang tak salah, Yong mengenakan baju kaus, celana panjang dan sepatu yang serba putih. Sementara aku sendiri mengenakan kimono dari bahan handuk yang putih pula.

Kemudian Yong duduk di sampingku.

“Lu kuliah di mana Yong?” tanyaku.

Yong menyebutkan nama sebuah iniversitas swasta termahal di kotaku.

“Fakultas apa?” tanyaku lagi.

“Ekonomi. Ita sendiri kuliah di fakultas yang sama dengan Anton?

“Iya. Aku, Anton dan Rima itu sefakultas dan seangkatan.”

“Asyik dong,” ucap Anton sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Kapan-kapan kita bisa ketemuan berdua aja di sini kan?!”

“Bisa, “aku mengangguk sambil tersenyum, “Asal mau bayarin aja kamarnya. Kalau gak mau pakai hotel, di rumah gua juga bisa.”

“Emangnya di rumah lu ada siapa aja?”

“Cuma ada gua sama kakak gua.”

“Kakaknya cewek apa cowok?”

“Tentu cewek lah. Kalau cowok nyebutnya abang dong, bukan kakak.”

“Owh gitu… berarti Ita ada darah Medannya dong.”

“Almarhum bokap orang Melayu Medan. Kalau nyokap sih orang Jawa.”

“Hmmm… kamu cantik dan putih gini…” kata Yong sambil memegang pahaku yang tersembul lewat belahan kimonoku. Membuatku dagdigdug lagi. Karena tangan Yong itu adalah tangan manusia yang baru beberapa menit ini kukenal.

Terlebih lagi setelah tangan putih dan halus itu menyelinap ke balik kimonoku dan langsung menyentuh kemaluanku, karena aku tidak mengenakan celana dalam mau pun bra di balik kimono putih ini.

Terawanganku pun mulai melayang-layang…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu