3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 02

Sebenarnya aku merasa seolah tengah bermimpi. Bahwa aku dipertemukan kembali dengan teman masa kecilku setelah sama - sama dewasa, dalam jalur bisnis yang searah pula. Dunia ini memang terkadang seperti kecil sekali. Karena kita bisa berjumpa dengan teman atau saudara di tempat yang sangat jauh dari kampung halaman, tanpa direncanakan sebelumnya.

Dan apa yang sudah kukatakan kepada Renata bukan sekadar gombal. Kalau aku sudah mendapatkan memeknya, aku akan menjadikannya tangan kananku di Surabaya.

Jadi aksiku kali ini mengandung nafas bisnis juga. Bahkan rencanaku dengan Utami, juga bernafas bisnis. Bahwa setelah memiliki memeknya, aku akan mengangkatnya sebagai general manager yang terpercaya.

Di dalam sedan hitam yang sedang meluncur ke hotel pilihan Renata, aku masih sempat bertanya, “Suamimu kerja di mana?”

“Dia PNS di Jakarta. Sudah minta dimutasi ke Surabaya, tapi sampai saat ini belum bisa pindah juga,” sahut Renata.

“Asyik dong. Berarti kita bisa sering ketemuan kalau aku sedang di Surabaya.”

Renata cuma menatapku sambil tersenyum. Lalu hening sesaat.

Kemudian Renata berkata lirih, “Seandainya Sam tau… waktu kita masih sama - sama kecil… Sam adalah idolaku. Tapi pada saat itu Sam jutek terus padaku.”

“Pada saat itu aku kan masih kecil. Belum pernah mikirin perempuan sama sekali,” sahutku. Lalu kulanjutkan dengan bisikan, “Tapi sekarang aku sudah dewasa. Sudah tau enaknya perempuan…”

Lalu kukecup bibir Renata sekejap.

Renata memegang tanganku. Dan meremasnya perlahan.

Tak lama kemudian kami tiba di depan pintu menuju ke lobby sebuah hotel bintang lima.

Sebelum turun aku memberi uang pada spopir sambil berpesan, “Mungkin kami baru pulang nanti malam. Ini uang buat makan.”

“Siap Big Boss,” sahut sang Sopir.

Kemudian aku melangkah di samping Renata, menuju lobby hotel.

Tak lama Renata di depan meja front office. Lalu diberi electronic key bernomor 531. Berarti kami harus naik lift menuju lantai 5. Tapi seorang bellboy mengantarkan kami memasuki lift dan menuju kamar bernomor 531 setelah keluar dari pintu lift.

Setelah mendapatkan uang tip, bellboy itu pun berlalu.

Sebelum meninggalkan ruang kerjanya, Renata sudah kuarahkan agar pola bicaranya jangan formal - formalan lagi. Dan bersikap sebagai seseorang yang sudah sangat dekat denganku. Supaya komunikasi kami tidak kaku lagi.

Jam tanganku menunjukkan pukul 11 pagi menuju siang ketika aku menutupkan pintu kamar hotel lalu menghampiri Renata yang sedang memandang ke luar jendela kaca, ke arah sibuknya lalu lintas Surabaya nenjelang tengah hari ini.

Pelukanku dari belakang tak membuat Renata bergeser dari tempat berdirinya. Tapi dia berkata tanpa menoleh padaku, “Seandainya aku belum menikah… mungkin aku akan memohon pada Sam… agar menjadikanku kekasih Sam.”

“Kan sekarang sudah menjadi kekasihku… kekasih yang sudah lama hilang, lalu berjumpa lagi secara tidak diduga - duga,” sahutku sambil mengencangkan pelukanku.

Renata memutar badannya jadi berhadapan denganku. Lalu menckium bibirku dnegan mesra sekali.

Setelah ciuman itu terlepas, “Sam adalah impian masa kecilku. Meski Sam selalu bersikap dingin, aku tetap menganggap Sam sebagai impian masa kecilku.”

“Terima kasih Ren. Kesalahan dan kekurangan di masa kecilku, akan kuperbaiki mulai saat ini. Jujur… aku menyesali segala perbuatanku di masa kecil dahulu. Makanya mulai saat ini aku akan berubah seratusdelapanpuluh derajat,” sahutku sambil melepaskan blazer biru mudanya yang tidak terkancing. Lalu melemparkan blazer itu ke atas bed.

Renata sudah memaklumi apa yang kuinginkan saat ini. Karena selanjutnya ia sendiri yang melepaskan blouse dan spanrok yang sama - sama berwarna biru tua itu.

Dalam keadaan tinggal mengenakan bra dan CD, tampak jelas di mataku betapa putih mulusnya kulit Renata ini. Betapa indahnya bentuk tubuh bekas teman seSDku ini. Tubuh yang semampai dengan bokong yang semok ini.

Namun Renata tak cuma sampai di situ. Ia menanggalkan jas dan dasiku. Lalu melepaskan kancing - kancing kemejaku. Kemudian kulepoaskan sendiri kemejaku, sementara Renata menurunkan ritsleting celana panjangku. Dan melepaskan celana formalku ini. Sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku.

Kemudian Renata mengambil pakaian kami yang bergeletakan di atas bed. Dan menggantungnya satu persatu di kapstok.

Lalu menghampiriku yang masih berdiri di dekat bed. Dengan senyum yang manis dan erotis. Senyum yang memancarkan aura pasrahnya seorang wanita. Atau mungkin lebih tepat disebut aura nafsu birahi seorang Renata, karena ia menarik pergelangan tanganku ke atas bed.

Di atas bed Renata menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan tampak seperti terkejut setelah memegang penisku yhang mulai menegang ini. “Wow… sepanjang dan segede inikah kontol sang Owner?” gumamnya sambil meremas penisku dengan lembut. Kemudian ia menurunkan celana dalamku sampai terlepas dari kakiku.

Tak cuma itu. Renata pun lalu menciumi moncong dan leher penisku. Lalu menjilatinya dengan sikap yang sudah horny berat. Sehingga penisku mulai ngaceng berat. Terlebih setelah Ranata menyelomotinya dengan giatnya.

Aku pun tidak berdiam pasif. Ketika Renata membungkuk sambil menyelomoti penisku, kedua tanganku melepaskan kancing behanya. Lalu Renata sendiri yang menanggalkan behanya.

Dan setelah penisku ngaceng sekali, kutarik lengannya sedemikian rupa, sehingga ia jadi menelentang dalam keadaan tinggal bercelana dalam saja.

Aku pun menghimpitnya. Mencoiumi bibirnya, menjilati leher jenjangnya sambil meremas sepasang toketnya yang berukuran medium dan masih terasa kencang.

Lalu aku melorot turun, untuk menjilati pusar perutnya, sementara tanganku diam - diam menurunkan celana dalamnya sampai di sepasang pahanya yang padat mulus dan hangat.

Lalu kusaksikan sebentuk kemaluan yang begitu indahnya. Mungkin kemaluannya baru dicukur 2 -3 hari yang lalu. Sehingga jembutnya tumbuh kembali tapi masih pendek - pendek. Tidak sampai 1 centimeter panjangnya.

Renata sendiri yang melepaskan celana dalamnya, lalu mengangkangkan sepasang kakinya lebar - lebar, seolah ucapan “welcome to my hot pussy”.

Kutepuk - tepuk memek Renata dengan gairah semakin bergejolak. Kemudian kuciumi memek yang jembutnya baru tumbuh pendek - pendek itu.

Sekilas bayangan wajah Utami berkelebartan di dalam ingatanku. Yang membuat batinku berkata sendiri, “Sabar ya Tami… nanti akan tiba juga saatnya kuentot memekmu… !”

Lalu aku mulai menjilati memek Renata, sementara ujung jempol kiriku turut membantu untuk menggesek - gesek kelentit Renata.

Renata pun mulai tergeliat - geliat, terutama ketika jempol kiriku menggesek kelentitnya dengan giatnya.

Lama juga kulakukan xsemuanya ini. Sampai akhirnya Renata mengusap - usap rambutku sambil berdesis, “Cukup Sam… masukin aja kontolnya… !”

Kuikuti keinginan Renata yang sudah tidak sabar, ingin segera dieksekusi.

Penisku memang sudah ngaceng total. Kupukul - pukulkan penis ngacengku ke mulut vagina Renata yang menganga dan berwarna merah jambu itu. Lalu kuletakkan moncong penisku di arah yang kuanggap tepat. Dibantu oleh tangan Renata yang seperti takut salah sasaran.

Lalu kudesakkan penisku sekuat tenaga.

“Duuuh… masuk Saaam…” desah Renata ketika penisku mulai membenam sebatas lehernya.

Kudesakkan lagi penisku sekuatnya, agar masuk lebih dalam… sampai membenam lebih dari separohnya.

“Memekmu sempit sekali Ren. Kayak yang belum pernah melahirkan,” ucapku.

“Memang belum pernah hamil,” sahut Renata.

“Ohya?!” Aku mulai mengayun penisku perlahan.

“Sebelum suamiku jelas kedudukannya, aku takkan mau hamil. Tugasku sudah begini sibuknya. Kalau hamil dan punya anak, pasti repot. Ooooh… Saaam… ini… ini enak sekali Saaaam…”

“Apanya yang enak?”

“Kontolnya… luar biasa enaknya… !”

“Gak nyangka ya… kita bisa ketemu lagi setelah sekian lamanya berpisah,” ucapku sambil memperlancar entotanku.

“Sekalinya ketemu lagi, langsung ngewe… hihihihiii…”

“Memekmju enak Ren… sempit dan legit sekali.”

“Kontolmu juga enak sekali. Panjang gede gini… te… terasa sekali ge… gesekannya… oooooh… Saaaam… Saaam… dijadikan istrimu juga akau mau Sam…”

“Terus suamimu mau dikemanain?”

“Ceraikan aja.”

Sambil meremas toket Renata aku menyahut, “Istriku sudah empat orang Ren…”

“Haaa?! Empat orang?!”

“Iya… nanti kuceritakan semua… sekarfang mau menikmati dulu sempit dan klegitnya memekmu ini…”

“Aku sih gak dinikahi secara resmi juga gak apa - apa. Asal Sam mau berjanji akan memperlakukanku sebagai istri yang kelima…”

“Iya… iyaaa…” sahutku sambil tetap mengentotnya, “Nanti kita atur secara nyaman bagi kita berdua… !”

Renata tampak puas mendengar janjiku. Lalu ia mulai menggoyang pinggulnya dalam gerakan yang erotis. Membuat penisku dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memek sempit legitnya…!

Dalam tempo singkat saja aku mulai keringatan. Leher Renata pun tampak sudah keringatan. Tapi aku justru mulai menjilati leher jenjangnya disertai dengan gigitan - gigitan - gigitan kecil. Sementara penisku sudah habis - habisan mengentotnya.

Geolan pinggul Renata pun semakin menjadi - jadi, memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Rintihan -rintihan histerisnya pun semakin menjadi - jadi.

“Saaaam… ooooh… Saaaam… I love you so much… Saaaam… entot terus please… entot teruuuussss… ini luar biasa enaknya Saaaam… ooooh… emut pentil toketku juga please…”

Aku memang selalu mengikuti apa pun yang diinginkan oleh pasangan seksualku.

Maka aku pun mulai mengemut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku mulai meremas toket kanannya dengan agak keras. Sedangkan sang Kontol semakin giat menyodok - nyodok liang memeknya yang legit sempit ini.

Sampai pada suatu saat Renata mulai berkelojotan sambil merintih, “Saaaam… ooooh Saaam… ini terlalu enak Saaaam… aku.. aku mau orga nih Saaam…”

Sebenarnya aku masih bisa bertahan lebih lama lagi. Tapi mendengar rintihan Renata itu, aku pun mencapai titik ejakulasi secara berbarengan. Tanpa mesti ditahan - tahan lagi.

Maka kupercepat entotanku, laksana pebalap sepeda yang sudah dekat garis finish. Kugenjot penisku secepat mungkin, sambil meremas - remas sepasang toket padat kencang Renata.

Lalu… kami seperti sepasang manusia yang sedang kesurupan. Kudorong penisku sedalam mungkin, sambil mencengkram toket Renata seperti mau menghancurkannya. Sementara Renata pun memejamkan sepasang mata indahnya sambil merfemas bahuku kencang sekali… seolah ingin meremukkan tulang - tulang di bahuku.

Dan… woooow… betapa nikmatnya puncak keindahan di ujung pelampiasan birahi ini. Bahwa ketika liang memek Renata terasa berkedut - kedut di puncak orgasmenya, batang kemaluanku pun mengejut - ngejut kencang sambil menembak - nembakkan spermaku… crooot… crooooot… crottttt… crotcrot…

Aku mendengus dan mengelojot di atas perut Renata. Lalu sama - sama terkulai lemas, dengan tubuh sama - sama bermandikan keringat.

Riwayat baru telah tergores di dalam lembaran kehidupanku

riwayat tentang anak kecil yang telah menjadi dewasa

_

anak yang dahulu tak kusukai…

namun kini tlah menjelma jadi bidadari tak bersayap…

bidadari yang ingin saling memiliki denganku …

_

Ketika aku mau mencabut penisku dari liang memek yang sudah basah banjir itu, Renata mendekapku erat - erat, “Jangan dicabut dulu Sam… aku tengah menghayati nikmat yang telah kucurkan padaku… biarkan dulu di dalam bagian dari kenikmatanku,” kata Renata bernada lirih. Membuatku terharu, karena pada masa kecilku dahulu, aku sangat jahil padanya.

Untuk mewujudkan penghayatan Renata, kucium dan kulumat bibir sensualnya dengan mesra. Mesra sekali.

Setelah ckiuman dan lumatanku terlepas, terdengar suara lirih Renata, “I love you so much Sammy…”

Kujawab dengan kalimat yang seimbang, “I love you too Renata… you will be my lover… my sweetheart …“

Entah kenapa, aku melakukan semuanya ini dengan sepenuh perasaanku. Maka tidaklah berlebihan kalau aku menyatakan cintaku padanya.

Namun… diam - diam penisku mulai menegang kembali di dalam liang memek Renata yang masih sangat basah ini.

Maka kucoba menggerakkannya perlahan - lahan.

Ternyata penisku sudah “siap tempur” lagi…!

“Udah ngaceng lagi?” cetus Renata dengan nada bersemangat.

“Iya… memekmu terlalu enak sih,” sahutku sambil memulainya kembali.

Memulai persetubuhan babak kedua…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu