3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Restoran yang kami singgahi ini masih sepi. Biasanya orang - orang makan malam setelah jam 19.00 ke sana.

Makanan pesanan kami belum datang juga. Sehingga kami masih bisa melanjutkan obrolan kami.

“Wanita setengah baya yang pernah dekat denganmu itu cantik - cantik?” tanya Tante Kinanti.

“Jujur, di antara sekian banyak wanita setengah baya yang pernah dekat denganku, Tantelah yang tercantik,” sahutku, “Makanya aku gemes banget nih.”

“Gemes kenapa?”

“Gemes pengen menerkam Tante Kinanti.”

“Kalau tante bicara jujur, tante juga seperti itu. Pengen menggumuli Sam.”

“Tapi setelah makan, kita harus turunkan dulu isi perut. Biar jangan sembelit.”

“Ya iyalah. Dalam keadaan perut penuh dengan makanan, kita ngobrol aja dulu.”

Makanan pesanan kami datang, dihidangkan oleh 2 orang waiter di atas meja kami.

Kami pun menyantap makanan kami masing - masing.

Sambil makan, diam - diam aku memperhatikan Tante Kinanti dengan sudut mataku. Aku tidak gombal waktu mengatakan soal cantik dan seksinya tanteku itu. Tidak gombal waktu aku mengatakan bahwa dia adalah wanita setengah baya yang paling cantik di antara deretan wanita setengah baya yang pernah kugauli.

Selesai makan, kuajak Tante Kinanti ke daerah yang banyak FO (factory outlet), untuk membelikannya pakaian baru. Kubelikan tiga helai gaun baru dan dua helai kimono sutera buat Tante Kinanti.

Senang sekali tanteku dibelikan beberapa helai pakaian baru itu. Tadinya malah akan kuajak ke toko parfum impor segala. Tapi jam tanganku sudah menunjukkan pukul delapan malam. Takut keburu tutup tokonya. Lagian aku masih menyimpan parfum impor di lemari bedroom pribadiku.

Maka mobilku pun kukemudikan menuju hotelku kembali.

“Sam,” kata Tante Kinanti ketika mobilku sudah berada di jalan aspal yang masih ramai dengan kendaraan bermotor, “Kalau Sam bisa menyediakan rumah, tante mau pindah ke kota ini kembali. Dijadikan wanita simpananmu juga mau.”

“Boleh. Biar Tante bisa tinggal bareng sama anak adopsi itu. Eh siapa nama anak itu?”

“Ariana… tapi nama panggilnya sih Lia aja. Waktu kecil dikasih nama kecil Ria. Tapi waktu itu lidahnya masih pelo, jadi nyebut dirinya Lia aja. Ya udah, sekalian aja nama panggilan dia jadi Lia sampai sekarang. Ohya… nanti jangan ngomong kalau dia anak adopsi ya Sam. Soalnya sampai sekarang dia hanya tau bahwa dia itu anak kandung tante.

“Iya. Aku takkan membocorkan rahasia itu. Ohya… perempuan yang dinikahi oleh mantan suami Tante itu sekarang sudah punya anak?”

“Dia menikah dengan janda beranak dua. Tapi sampai sekarang anaknya masih tetap dua.”

“Berarti dari mantan suami Tante gak punya anak juga?”

“Nggak kabarnya sih.”

“Nah… berarti belum tentu tante yang mandul.”

“Iya sih. Memeriksakan diri ke dokter aja belum pernah. Tapi dia langsung mem-vonis tante sebagai wanita mandul.”

“Kalau Tante jadi simpananku, gimana kalau hamil nanti?”

“Memang itu yang tante inginkan. Ingin punya keturunan yang asli lahir dari kandungan tante. Tapi umur tante sudah empatpuluhtiga… kalau hamil gimana ya? Bahaya nggak?”

‘”Kan sekarang sih bisa dicesar, Tante. Jauh lebih aman daripada melahirkan secara tradisional. Dan itunya… tetap rapet…”

“Itunya apa? Memeknya? Hihihiii… kamu sok tau Sam. Hihihiii… udah mikir sejauh itu ya?”

“Kan kita udah sama - sama dewasa Tante. Makanya wajar kalau aku mulai ngebayangi punya Tante… pasti masih merepet seperti me… memek gadis. Hehehe…”

“Iya sih. Soal itu mah dijamin. Karena memek tante belum pernah ngeluarin kepala bayi.”

“Iya Tante… jadi makin kebayang deh. Kamarku bakal hanget nih malam ini.”

“Kalau memungkinkan tidur di kamarmu seminggu juga gak apa - apa Sam. Yang penting jaga rahasia ya.”

“Iya Tante. Soal rahasia sih dijamin takkan dibocorkan kepada siapa pun.”

Beberapa saat kemudian, kubelokkan mobilku ke area parkir hotelku. Dan kutempatkan mobilku di tempat yang hanya boleh dipakai untuk mobilku.

Waktu mesin mobil baru mau kumatikan, tiba - tiba Tante Kinanti menyergap bibirku ke dalam ciuman mesranya. Karena mobil menghadap ke dinding dan takkan bisa dilihat dari mana pun, kubalas ciumannya itu dengan lumatan penuh gairah dan perasaan, sambil melingkarkan lengan kiriku di lehernya.

O, suatu kehangatan yang luar biasa menjalar ke dalam batinku. Sosok baru mulai hadir lagi di dalam perjalanan birahiku.

Agak lama kami berciuman.

“Thanks Beib,” bisikku setelah ciuman itu terurai.

“Duh bahagianya hatiku mendengar panggilan Beib…” sahut Tante Kinanti sambil mengusap - usap rambutku.

Lalu kami turun dari mobil, menuju ruang kerjaku, lalu langsung masuk ke dalam bedroom pribadiku.

Di dalam bedroom kubuka lemari kecil yang tergantung di dinding. Lalu kukeluarkan sebotol parfum impor yang masih disegel di dalam kotaknya. Kuberikan benda itu kepada Tante Kinanti sambil berkata, “Ini bonusnya…”

“Wooow! Ini parfum yang sangat mahal, Sayang, “cetus Tante Kinanti, untuk pertama kalinya memanggil “Sayang” padaku. Membuat hatiku semakin berbunga - bunga.

Lalu kulihat ia membuka kotak itu. Mengeluarkan botol parfumnya dan menyemprotkan ke telapak tangannya. Dan bergumam, “Hmmm… duit sih gak suka menipu. Makin mahal makin harum parfumnya. Terima kasih Sayang…”

Lagi - lagi Tante Kinanti mengucapkan kata sayang. Membuatku seolah bersama seorang wanita yang sudah bertahun - tahun menjadi kekasih tercintaku.

Maka dengan mesra kurengkuh lehernya ke dalam pelukanku. Dan kucium bibirnya dengan batin semakin melayang - layang.

O, rasanya aku sedang mencium dan melumat bidadari tanpa sayap. Bidadari yang senantiasa menaburkan cinta berbaur birahi. Yang membuatku lupa segalanya. Bahkan aku seolah tak sadar lagi, sejak kapan gaun oioninos boho hitam berbintik - bintik putih cemerlang itu meninggalkan pemiliknya. Sehingga tinggal penutup payudara dan penutup kemaluan yang masih melekat di tubuh indah mempesona itu.

Sehingga tak kuasa lagi diriku menahan gejolak nafsu yang mulai merajalela di dalam jiwaku ini.

Kuangkat tubuh mempesona itu, lalu kubopong dan kuletakkan dengan hati - hati di atas bedku. Dan secepat kilat kutanggalkan segala yang melekat di tubuhku, kecuali celana dalam yang kubiarkan masih melekat di tempatnya.

Lalu kuterkam tubuh indah itu dengan sepenuh perasaan dan kehangatan.

Ia menyambutku dengan pelukan hangat. Dan semakin hangat setelah aku mulai menciumi dan menjilati leher jenjangnya. terlebih setelah aku berhasil menanggalkan behanya, lalu mulutku nyungsep di payudaranya yang berukuran sedang namun masih kencang kenyal itu.

Ia menatapku dengan sorot teduh… membuat tanganku makin “lancang”, menyelusup ke balik celana dalamnya ketika mulutku mulai menjilati dan mengisap - isap puting payudaranya yang terasa menegang.

Tanganku menemukan jembut tebal, tapi sepertinya hanya dibiarkan tumbuh di atas kemaluannya. Sehingga jemariku mulai bermain di celah kemaluannya yang hangat dan mulai membasah.

Nafsuku semakin menuntut untuk melangkah lebih jauh lagi. Maka aku pun melorot turun untuk menjilati pusar perutnya yang ramping, sementara kedua tanganku menurunkan celana dalam putihnya.

Setelah celana dalam itu terlepas, aku terlongong di depan kemaluan Tante Kinanti. Tdernyata benar dugaanku tadi. Bahwa jembutnya memang tebal, tapi semuanya berkumpul di atas kemaluannya. Sementara vagina dan kelentitnya bersih. tiada rambut sama sekali.

Maka sambil mengusap - usap jembutnya, mulutku pun mulai menciumi celah vagina yang sudah spontan menganga itu, karena sepasang paha Tante Kinanti sudah dibuka lebar.

Lidahku pun terjulur, untuk menjilati celah memek yang aduhai itu. Ditanggapi dengan geliat tubuh indah itu. Diikuti dengan tertahan - tahannya nafas sang Tante.

Semakin lama semakin menggila juga aksiku pada adik kandung mendiang ibuku itu. Seperti biasa jempol kiriku mulai melakukan intervensi. Dengan menekan dan menggesek - gesek kelentitnya, sementyara li=dahku semakin mengganas menjilati celah memeknya yang berwarna pink itu.

Terasa rambutku dipegang dan diusap - usap oleh tangan wanita yang sangat cantik dan seksi itu. Nafasnya pun mulai tak beraturan, lalu terdengar desahan - desahan nafasnya, tetap tak beraturan, “Aaaaa… aaaaa… aaaahhhh… Saaaaam… Sayaaaaang… aaaa… aaaaaa… aaaaaah …

Sampai pada suatu saat, aku menganggap memek tanteku sudah cukup basah. Sudah saatnya untuk melakukan penetrasi.

Lalu kulepaskan celana dalamku. Tante Kinanti mendadak bangkit. Duduk terlongong memandang penisku yang sudah sangat ngaceng ini. Bahkan lalu memdegangnya sambil bergumam, “Waaaah… segini gede dan panjangnya kontolmu, Sayang?!”

Aku cuma menyahut dengan senyum. Tante Kinanti pun menelentang kembali, sambil mengangkangkan kedua kakinya, seperti membentuk hurup M.

Ia bahkan membantu, memegang leher penisku, lalu mencolek - colekkan moncongnya ke celah memek yang sudah kemerahan itu.

Kukerahkan tenagaku untuk membenamkan penis ngacengku ke dalam memek yang luar biasa menggiurkan itu. Maka kudorong penisku sekuatnya, langsung menyelundup ke dalam liang memek Tante Kinanti, blesssssssss… masuk… hampir separohnya terbenam. Diiringi desah nafas panjang tanteku, “Aaaaaaaaa…

Aku tidak mendorong lagi penisku, melainkan mulai mengayunnya perlahan - lahan dan sedikit demi sedikit.

Untungnya dengan cepat lkiang memek Tante Kinanti sudah beradaptasi dengan ukuran zakarku. Sehingga aku pun bisa mulai mengentotnya dalam kecepatan normal. Peniskju maju mundur secara berirama. Disambut dengan rengkuhan Tante Kinanti pada leherku, yang lalu dipeluknya dengan hangat, diikuti dengan ciuman mesranya yang membuat segalanya jadi bertambah indah…

Setelah ciuman itu terlepas, “kicauan” Tante Kinanti pun mulai berlontaran dari mulutnya… “Saaam… ooooo… ooooh… Saaaaam… ooooo… oooooh… gak nyangka… kita… kita lang… langsung beginian yaaa… oooo… oooooh Saaam… tante… jadi benar - benar sayaaaang… sayang sekali padamu Saaaam …

Kusahut dengan: “Aku juga sayang sekali pada Tante… oooooh… memek Tante ini luar biasa legitnya… uuuughhhh… enak sekali Tanteeee…”

Makin lama persetubuhan ini makin nikmat saja rasanya. Terlebih ketika aku mulai giat menjilati leher Tante Kinanti, diiringi gigitan - gigitan kecil… semakin merem - meleklah tanteku dibuatnya.

Tak cuma itu. Aku pun mulai menjilati ketiak kiri Tanteku, sementara tangan kiriku meremas - remas toket kanannya. Semakin menjadi - jadi juga desahan dan rengekan Tante Kinanti dibuatnya, “Saaam… oooooh Saaaam… kamu pandai sekali Saaam… pandai membuat tante sampai kleyengan gini saking enaknya…

Aku mengikuti apa yang diinginkan oleh tanteku. Kuentot terus liang memeknya yang sangat legit ini, makin lama makin kencang dan keras. Sehingga selangkanganku sering menabrak selangkangan Tante Kinanati dan menimbulkan bunyi plak… plak… plaaak… plaaaak… plaaaak…!

Keringatku pun mulai bercucuran, bercampur aduk dengan keringat Tante Kinanti.

Tante Kinanti pun tidak tinggal diam. Setelah entotanku menggila di liang memeknya, ia pun mulai menggoyang pinggulnya menyerupai angka 8. Meliuk - liuk dan menghempas - hempas ke kasur. Sehingga batang kemaluanku terasa dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memek legitnya.

Dan seperti biasa, tiap kali aku menyetubuhi seseorang untuk pertama kalinya, aku tak mau menyiksanya secara berlebihan. Kali ini pun begitu. Diam - diam aku memperhatikan gerak gerik tanteku. Seandainya sudah terasa gejala - gejala akan orgasme, aku pun akan berusaha untuk berejakulasi, berbarengan dengan orgasmenya.

Begitulah… setelah cukup lama aku mengentot liang memek Tante Kinanti, akhirnya ia memperlihatkan gejala - gejala akan orgasme. Ia berkelojotan pada saat penisku pun semakin cepat mengentotnya. Dan ketika ia mengejang tegang, penisku pun kubenamkan sedalam mungkin, lalu kubiarkan tetap menancap di dalam liang memek yang sangat legit itu…

Lalu… Tante Kinanti meremas -remas nbahuku sambil menahan nafasnya. Liang memeknya pun bergerak erotis, laksana spiral yang tengah membelit penisku. Dan ketike liang memek legit itu mengejut - ngejut, moncong penisku pun menghentak - hentak sambil menembak - nembakkan air mani di dalam jepitan liang memek tanteku.

Crooootttt… crotcrot… crooooottttt… croooooottttt… crot… crooooootttt…!

Aku berkelojotan di atas perut Tante Kinanti. Lalu terkapar lunglai dengan tubuh bermandikan keringat.

Tubuh Tante Kinanti lemah - lunglai. Begitu juga dengan diriku setelah berguling ke samping tanteku.

Namun aku masih bisa mendengar suara Tante Kinanti, “Terima kasih Sam. Rasanya gairah hidup tante bangkit kembali setelah mendapatkan kehangatan dan kejantananmu. Mudah - mudahan Sam nggak kapok, karena beginilah keadaan tante…”

“Tante ngomong apa? Kalau aku boleh jujur, yang barusan adalah persetubuhan paling nikmat dalam hidupku. Dan aku ingin Tante sering - sering berada di sampingku…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu