3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Tiba-tiba terdengar bunyi dering handphoneku yang berada di saku baju piyamaku. Untung baju piyamaku tidak jauh dari tanganku. Maka kuhentikan dulu entotanku, untuk mengambil handphoneku.

Ternyata call dari Mamie…!

“Tante… ini dari Mamie… !” ucapku panik.

“Ya udah terima aja. Tapi jangan bilang-bilang lagi ngentot tante,” sahut Tante Ken.

Tanpa pikir panjang lagi kuterima call dari Mamie itu, bahkan sengaja suaranya kukeluarkan dari speaker, supaya tante Ken bisa ikut mendengar. Dan :

“Hallo Mam.”

“Lagi ngapain Sayang?”

“Lagi rebahan Mam…”

“Besok kuliah gak?”

“Besok kuliahnya sore Mam.”

“Bagus kalau gitu. Soalnya besok akan ada kurir dealer mau nganterin mobil ke situ. Semuanya sudah atas nama kamu. Jadi besok tinggal tandatangani aja surat-suratnya ya.”

“Mobil?! Mobil apa Mam?”

“Mobil SUV. Cocoklah buat kamu yang masih muda.”

“Jadi… mobil itu untukku?”

“Iya… itu sebagai tanda sayangnya mamie sama kamu, Sam.”

“Owh… terima kasih Mam.”

“Kembali kasih. Ohya, kamu harus tetap merahasiakan hubungan kita pada tante Ken, ya Sam. “Tapi dia sepertinya sudah tau Mam.”

“Lho… emangnya kamu udah ngomong?”

“Nggak. Cuma dia bilang sikap Mamie padaku tidak seperti ibu kepada anaknya. Kesimpulannya, Tante Ken seperti sudah tahu bahwa Mamie ada hubungan spesial denganku.”

“Nggak apa deh. Dia kan satu-satunya kakak Mamie yang sangat mamie sayangi. Dia pasti bisa menjaga kerahasiaan hubungan kita.”

“Iya Mam,” kataku sambil melirik ke arah Tante Ken yang sedang tersenyum-senyum sambil menatapku. Sementara batang kemaluanku masih menancap di liang memeknya.

“Ada lagi yang mau mamie sampaikan padamu Sam.”

“Tentang apa Mam?”

“Tentang Tante Ken. Jadi begini… mamie izinkan kamu kalau pada suatu saat kamu ada hubungan khusus dengan kakak mamie itu. Soalnya kasihan dia itu… sudah belasan tahun hidup menjanda… tentu saja dia juga menginginkan sentuhan pria. Boleh saja kamu gauli dia, asalkan jangan main paksa. Kalau dia tidak mau ya jangan dipaksa-paksa.

“Memangnya Mamie gak cemburu kalau aku punya hubungan dengan Tante Ken?”

“Nggak. Tante Ken dan Mamie itu saling menyayangi. Dan mamie rela berbagi kalau sama dia sih. Asalkan jangan dengan wanita lain. Tapi sekali lagi ingat… jangan sampai dia hamil. Sarankan aja agar dia mau disuntik KB, supaya aman.”

“Iya Mam.”

“Udah ya… kalau mau bobo silakan aja. Besok kalau bisa jangan ke mana-mana dulu sebelum mobil itu datang, ya Sam.”

“Iya Mam.”

“Mamie cinta kamu, Sam. Emwuaaah…”

“I love you too Mam… emwuaaaah…”

Lalu hubungan seluler dengan Mamie ditutup. Dan aku baru sadar bahwa batang kemaluanku masih menancap di dalam liang memek Tante Ken.

“Kita jadi tenang sekarang Tante,” kataku sambil menjatuhkan diri ke atas dada Tante Ken lagi, “Apa pun yang kita lakukan, Mamie takkan marah kepada kita.”

“Iya, tapi kalau terlalu terang-terangan di depan mamiemu, tante malu juga Sam.”

“Ya iyalah. Aku juga gak mau terang-terangan di depan Mamie. Tapi sedikitnya, perasaan bersalahku jadi hilang. Kalaupun tertangkap basah oleh Mamie, aku tidak takut lagi.”

Tante Ken tidak bicara lagi. Terlebih setelah aku melanjutkan ayunan penisku di dalam liang kewanitaan yang empuk tapi legit menjepit ini, Tante Ken mulai mendesah dan merengek manja lagi.

“Iya Sam… oooh… kontolmu membuat tante lupa segalanya Saaam… oooh… aaaaah… Saaam… uuuuh… aaaah… Saaaam… oooh… Saaam…”

Tante Ken terus-terusan menggeliat dan mengelojot. Sampai akhirnya dia terkejang-kejang lagi sambil menahan nafasnya, sementara perutnya terangkat lagi ke atas. Prediksiku, tadi waktu aku sedang menerima telepon dari Mamie, diam-diam Tante Ken menghayati penisku yang masih menancap di liang memeknya.

Tante Ken terkulai lemas sambil berkata, “Kamu memang luar biasa Sam. Gak salah kalau adik Tante punya hubungan istimewa denganmu. Kamu belum ngecrot juga nih?”

“Belum Tante. Kenapa? Tante kecapean? Kalau kecapean, bisa istirahat dulu kok.”

“Iya. Maunya istirahat dulu. Haus juga nih. pengen minum dulu.”

“Oke… santai aja Tante. Kita kan gak dikejar waktu,” sahutku sambil mencabut penisku dari liang kemaluan Tante Ken.

Kakak Mamie itu pun bangun, lalu turun dan melangkah ke luar dalam keadaan telanjang. Aku pun turun dari bed dalam keadaan tetap telanjang. Dan mengikuti langkah Tante Ken menuju kulkas di ruang keluarga.

Kuperhatikan tubuh sexy Tante Ken yang tampak mengkilap oleh keringatnya yang sudah bercampur baur dengan keringatku. Dalam keadaan seperti itu Tante Ken justru tampak semakin menggiurkan. Terutama bokong semoknya itu, membuatku senang menjamah dan menepuk-nepuknya dari belakang.

Tante Ken cuma tersenyum. Lalu mengeluarkan sebotol air mineral dari alam kulkas. Lalu meminum isi botol plastik itu sambil duduk di sofa ruang keluarga. Aku pun melakukan hal yang sama. Mengeluarkan sebotol air mineral dari kulkas, lalu duduk di samping Tante Ken, sambil meneguk isi botol itu.

“Mungkin tante harus mandi dulu,” kata Tante Ken sambil memegang penisku yang masih ngaceng berat, “biar badan tante gak penuh keringet gini.”

“Jangan Tante. Justru dalam keadaan penuh keringat gini Tante tampak semakin menggiurkan,” sahutku sambil mengeluspangkal pahanya yang terasa padat sekali.

“Kamu kok kuat sekali Sam. Rasanya tante seperti disetubuhi berkali-kali olehmu. Padahal kamu belum ejakulasi. Pantesan adik tante jatuh hati padamu. Tapi kalau ketahuan sama papamu nanti gimana?”

“Justru Papa yang nyuruh aku menggauli Mamie.”

“Haaa?! Apa tante gak salah dengar nih?”

“Nggak Tante. Papa kan sudah disterilkan. Jadi Papa takkan bisa membuahi Mamie. Sedangkan Mamie ingin punya anak. Makanya Papa menugaskanku untuk menghamili Mamie.”

“Wow… tugas yang aneh ya? Jadi kamu bisa seenaknya berhubungan sex walau di depan mata papamu sekali pun?”

“Iya Tante. Tapi Mamie gak tega mellakukannya di depan mata Papa. Itulah sebabnya Mamie menempatkanku di sini. Jadi nantinya Mamie akan datang ke sini kalau merasa kangen padaku.”

“Kok sampai sekarang mamiemu gak datang-datang ke sini.”

“Sekarang dia lagi datang bulan Tante. Nanti kalau sudah bersih, pasti datang ke sini.”

“Oooo… jadi begitu ceritanya ya. Jadi kalau mamiemu hamil nanti, berarti kamu bakal punya anak sekaligus adik ya.”

“Iya Tante. Tapi ini rahasia. Jangan sampai orang lain tau. Anak Tante juga jangan dikasih tau.”

“Tentu aja. Itu rahasia besar. Keluarga tante jangan sampai ada yang tau,” ucap Tante Ken sambil membungkuk dan mendekatkan mulutnya ke penisku yang sedang digenggamnya. Tiba-tiba dia mengulum batang kemaluanku…!

“Katanya Tante belum pernah main oral,” kataku dalam kaget tapi menyenangkan.

Tante Ken melepaskan penisku dari mulutnya sambil berkata, “Almarhum suamiku memang suka diselomotin kontolnya. Tapi memek tante belum pernah dijilatin olehnya. Paling juga cuma dimainin pakai tangannya.”

Lalu Tante Ken melanjutkan “pekerjaannya”. Menyelomoti leher dan puncak kontolku sambil mengurut-urut badan penisku.

Dan gilanya… permainan mulut Tante Ken enak sekali. Sehingga aku terkejang-kejang dibuatnya. Bahkan Tante Ken melanjutkan aksinya sambil berjongkok di lantai, di antara kedua lututku. Dan aku duduk saja di sofa, sambil menikmati enaknya dioral oleh kakak ipar Papa itu.

Namun pada suatu saat Tante Ken bangkit, berdiri membelakangiku sambil memegang penisku. Tahu-tahu penisku dibenamkan ke dalam memeknya, sambil menduduki sepasang pahaku. Tak cuma itu. Bokong semoknya mulai naik turun, sehingga kontolku dibesot-besot oleh liang kemaluannya yang legit itu.

Diperlakukan seperti ini, aku tak bisa mempertahankan diri lagi. Setelah lebih dari seperempat jam Tante Ken beraksi, akhirnya aku merasakan sesuatu… merasakan mau berejakulasi…!

Maka kupeluk Tante Ken dari belakang, atau tepatnya aku memegang sepasang payudara montoknya dari belakang, disertai remasan-remasan gemasku.

Dan akhirnya moncong penisku memuntahkan laharnya, crot… crooootttt… crooootttt… crooootttt… croooottttt… croooootttttt… crotcrot… crooooooooottttttttt…!

Tante Ken malah jadi gila-gilaan mengayun bokongnya… sampai akhirnya dia berhasil… berhasil mencapai orgasmenya yang ketiga…!

Untuk pertama kalinya aku mandi bareng dengan Tante Ken. Kemudian kami tidur sambil berpelukan di dalam kamar Tante Ken. Waktu kami tidur ini, Tante Ken sudah mengganti dasternya dengan kimono. Sementara aku tetap mengenakan baju dan celana piyama lagi.

Menjelang subuh, aku terjaga dan merasakan sesuatu yang bangkit di bawah perutku. Ternyata si dede sudah bangun lagi. Ingin mengentot Tante Ken lagi…!

Aku tahu bahwa Tante Ken tidur tanpa mengenakan beha mau pun celena dalam. Kebetulan pula kimononya tersingkap agak tinggi, sehingga aku bisa menggerayangi bokongnya, sampai menyentuh kemaluannya. Ketika kutemukan yang kubutuhkan pagi itu, ternyata liang kemaluannya basah.

Maka diam-diam kupelorotkan celana piyamaku, sehingga penis ngacengku tersembul dan kuarahkan ke arah liang basah itu. Lalu aku berusaha memasukkan penisku ke dalam liang kemaluan Tante Ken.

Berhasil… sedikit demi sedikit penisku bisa kubenamkan ke dalam liang kemaluan Tante Ken. Lalu aku mulai mengentotnya perlahan-lahan.

“Sam?! Udah ngaceng lagi?” tanya Tante Ken tanpa menoleh ke arahku.

“Iya,” sahutku, “Biasanya ngentot menjelang subuh gini suka enak Tante.”

“Daripada begini mendingan doggy aja yuk.”

“Iya Tante,” sahutku sambil mencabut dulu penisku, agar Tante Ken bisa menggerakkan tubuhnya secara leluasa.

Tante Ken melepaskan kimononya. Lalu dalam keadaan telanjang ia menungging sexy. Aku pun melepaskan celana piyamaku. Kemudian mendekatkan moncong penisku ke arah kemaluan Tantre Ken yang sedang menungging itu. Sambil berlutut di depan bokong semok itu, kubenamkan penisku ke dalam liang kewanitaan Tante Ken.

Tante Ken tetap menungging sambil memeluk bantal yang menahan dadanya. Sementara aku mulai mengentotnya dengan gencar.

“Sam…”

“Ya?”

“Kontolmu bakal bikin tante ketagihan nanti…”

“Memek legit Tante juga bakal bikin aku ketagihan…”

“Sambil tempelengin pantat tante sampai merah Sam.”

Meski heran, kujawab juga, “Iya Tante…”

Lalu, sambil berlutut dan mengentot memek Tante Ken, aku pun mulai menampar sepasang buah pantat Tante Ken… plak… plaaak…!

“Kurang keras Sam. Yang kuat dong namparnya… “pinta Tante Ken.

Maka spontan kutampar pantat Tante Ken sekuat tenaga… plaaaaak… plaaaak!

Tante Ken malah berkata, “Naaah… gitu… terus tamparin yang kuat, sampai merah seperti bekas kerokan… tante suka digituin…”

Aku sengaja menghentikan dulu entotanku, untuk menampar-nampar pantat Tante Ken seperti yang diinginkannya. Plaaaaakkkk… plaaaaakkkkk… plaaaaaak… plaaaaak… plaaaaakkkkk…

Dalam tempo singkat saja buah pantat Tante Ken mulai merah. Lalu kulanjutkan lagi entotanku sambil menampar-nampar terus plaaaak… plaaaaak… plaaaaak… plaaaak… plaaaak… plaaak… plaaak…!!!

Aku memang sering melihat bokep yang pantat ceweknya ditampari terus menerus oleh cowoknya, sampai merah kehitam-hitaman. Mereka menyebut hal itu sebagai spanking. Mungkin banyak juga perempuan yang ingin diperlakukan seperti Tante Ken ini.

Kudengar juga dari teman-teman, bahwa perempuan banyak yang ingin dicupang pada waktu disetubuhi. Bahkan ada yang lehernya ingin digigit sampai berdarah pada waktu menikmati enaknya dientot lelaki.

Apa yang menyebabkan hal seperti itu? Entahlah, karena aku bukan psikolog.

Yang jelas, pantat Tante Ken sudah merah kehitaman, sehingga aku tak tega untuk menamparnya lagi. Lalu melanjutkan entotanku yang makin lama makin massive.

Namun tak lama kemudian Tante Ken memekik tertahan, “Aaaaa… aaaaaahhhhhh… !”

Lalu Tante Ken ambruk. Dan aku tau bahwa Tante Ken sudah orgasme. Maka kucabut penisku dari dalam liang kemaluan Tante Ken.

Lalu Tante Kenpun memutar tubuhnya, jadi menelentang. Dengan leher basah oleh keringat.

Tanpa ragu-ragu kudekatkan penisku ke memek Tante Ken. Lalu kupukul-pukulkan penisku ke permukaan memek tembem yang sudah ternganga merah itu.

Tante Ken malah tersenyum sambil menatapku. Dan… blessss… penisku membenam kembali ke dalam liang vagina Tante Ken.

“Kamu memang luar biasa Sam,” ucap Tante Ken sambil meraih leherku ke dalam pelukannya, “belum pernah tante merasakan disetubuhi sepuas ini.”

Lalu Tante Ken mencium bibirku dengan hangatnya. Hangatnya wanita yang sudah mencapai orgasmenya.

Dan penisku bergerak-gerak terus… maju mundur seperti gerakan pompa manual.

Memang rumah ini lebih leluasa untuk melakukan apa pun. Karena di rumah ini hanya berpenghuni dua orang. Hanya ada aku dan Tante Ken.

Namun di rumah Mama pun aku bisa melakukannya, meski harus sembunyi-sembunyi.

Karena itu tak salah kalau aku berkata di dalam hatiku, “Rumah kami surga kami.”

Hampir sejam aku mengentot Tante Ken, sehingga keringatku bercucuran. Padahal melakukan semua ini pada waktu hari masih gelap menjelang subuh, pada waktu udara di luar masih dingin.

Sebenarnya aku bisa melakukannya lebih lama lagi. Tapi aku sudah letih. Sehingga aku tak mau menahan-nahan lagi ketika aku sudah merasakan ejakulasiku sudah doi ambang pintu, aku pun mempercepat gerakan batang kemaluanku. Makin lama makin cepat… sampai akhirnya kutancapkan batang kemaluanku sedalam mungkin, sambil meremas toge Tante Ken sekuatnya.

Lalu aku merasakan air mani berlepasan dari moncong penisku. Croooot… croooottt… crotcrot… crooooooootttttt…!

Aku terkapar di atas perut Tante Ken, yang disambut dengan ciuman hangat kakak Mamie itu.

Beberapa saat kemudian aku dan Tante Ken mandi bersama di kamar mandi. Menyenangkan juga karena bisa salingmenyabuni. Aku bisa menyabuni toket tante dan kemaluan Tante Ken sampai benar-benar bersih. Sementara tante Ken pun menyabuni sekujur tubuhku, lalu menyabuni batang kemaluanku sambil bertanya, “Sebenarnya kontolmu diapain Sam?

“Nggak diapa-apain Tante,” sahutku, “memang tadinya gak segede ini. Tapi dalam beberapa bulan belakangan ini berkembang dan jadi segede ini. Mungkin setelah dewasa nanti takkan ngegedein lagi.”

Setelah menghanduki tubuh sampai kering, Tante Ken memelukku dari belakang, “Tante benar-benar ketagihan sama kontolmu Sam. Dientot tiap malam juga tante mau…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu