3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Harum parfum Mamie semakin nyata tersiar ke penciumanku.

Dan… wajah Mamie mendekati wajahku. Tangannya mencubit hidungku sambil berkata, “Entah kenapa, begitu pertama kali ketemu sama kamu, mamie langsung merasa sayang dan suka sama kamu Sam.”

“Sama Mam. Aku juga gitu,” sahutku.

“Masa?! Berarti nyambung dong,” ucap Mamie dengan tangan merayap ke balik kimono yang sedang kukenakan. Aku pun jadi sadar, bahwa celana dalamku tertinggal di kamar mandi. Dan… Mamie mulai memegang penisku…!

“Kok kita kompak ya?” ucapnya lagi.

“Kompak apanya Mam?”

“Sama-sama gak pake celana dalam…”

“Ohya?”

Tangan kanan Mamie masih menggenggam batang kemaluanku. Tapi tangan kirinya menarik tangan kananku dan menyelinapkannya ke balik kimononya sampai menempel di… kemaluannya!

“Bener kan?” tanya Mamie sambil mengelus-elus puncak penisku yang langsung ngaceng, karena telapak tangan kananku sudah bertempelan dengan kemaluan Mamie yang terasa tiada rambutnya sehelai pun.

“Be… benar Mam… aaah…” sahutku dengan jiwa mulai dicengkeram nafsu.

“Mamie ingin agar kita bisa saling menyayangi sampai kapan pun. Ingin agar kasih sayang kita langgeng. Apakah kamu juga sejalan dengan pikiran mamie?”

“Iya Mam… pikiranku sejalan dengan pikiran Mamie. Hanya saja aku takut ketahuan sama Papa.”

“Papamu takkan marah. Andaikan dia memergoki kita sedang bersetubuh pun, dia takkan marah. Percayalah pada mamie.”

“Iya Mam. Aku percaya pada Mamie.”

“Sam… seandainya mamie ini jadi kekasihmu… apa yang pertama ingin kamu lakukan dalam keadaan seperti sekarang ini?”

“Yang pertama ingin kulakukan… ingin mencium bibir Mamie…”

“Kalau begitu lakukanlah. Ciumlah bibir mamie sepuasmu,” ucap Mamie setengah berbisik, sambil menarik tengkukku sedemikian rupa, sehingga bibirku mendekati bibir Mamie.

Meski agak ragu, akhirnya kucium bibir Mamie yang sensual dan memancarkan pengharum nafasnya… yang mamie sambut dengan pelukan hangat di leherku, sambil menggerakkan tubuhnya sampai celentang total, sehingga aku jadi menghimpitnya, sambil saling lumat dengannya.

Jujur… ini adalah ciuman yang terindah bagiku sejak mengenal nikmatnya tubuh perempuan.

Tapi Mamie tampaknya sudah terangsang berat. Ketika aku masih asyik menggeluti kehangatan bibir dan lidahnya, Mamie malah mengarahkan penisku ke “sesuatu” yang basah licin di bawah perutnya. Aku pun menyadari hal itu. Bahwa dengan sengaja Mamie mencolek-colekkan puncak penisku ke celah kemaluannya yang saat itu belum tau seperti apa rasanya.

Demikian pandainya Mamie mencolek-colekkan puncak penisku ke kemaluannya, sehingga aku tidak sadar lagi bahwa diam-diam batang kemaluanku mulai melesak ke dalam liang kemaluan Mamie… sedikit demi sedikit… sampai akhirnya terdengar bisikan istri muda Papa itu, “Sudah masuk setengahnya Sam… ayo dorong…

Aku baru menyadarinya, bahwa penisku sudah membenam ke dalam liang kewanitaan Mamie. Tadinya kusangka sedang dijepit oleh sepasang paha ibu tiriku yang jelita itu.

“Nggak apa-apa Mam? Maksudku… mmm… aku nggak bermaksud kurang ajar sama Mamie,” kataku ragu.

“Nggak Sayaaang…!” sahut Mamie sambil mengelus rambutku, “Sekarang ini mamie sedang membutuhkanmu… membutuhkan kejantananmu… ayo… jangan sungkan-sungkan… doronglah penismu lebih dalam lagi… lalu entotlah mamie sepuasmu…”

Aku memang tidak merencanakan semua ini. Apalagi saat ini aku dan Mamie masih sama-sama mengenakan kimono. Tapi kami memang sama-sama tidak mengenakan celana dalam, sehingga Mamie diam-diam mengarahkan penisku ke liang kewanitaannya yang sudah basah licin ini.

Meski ada perasaan takut pada Papa sebagai pemilik wanita cantik berdarah campuran Indonesia-Tiongkok ini, akhirnya kuikuti permintaannya. Karena sejujurnya aku pun menginginkannya.

Maka kudorong penisku sekuatnya… sampai hampir full. Lalu aku pun mulai mengentotnya perlahan-lahan dulu. Dengan mata terpejam-pejam aku mulai merasakan enaknya memek Mamie Yun ini.

Gila… mungkin memek Mamie Yun ini lebih enak daripada memek Mama Mien. Membuatku makin lama makin bergairah. Terlebih lagi setelah Mamie merewntangkan kimononya, sehingga toketnya yang berukuran sedang seolah menantang untuk diemut dan diremas.

Itu pun kulakukan. Bahwa ketika penisku sedang menggenjot liang kemaluan Mamie, mulutku mulai menjilati lehernya yang hangat dan harum, tangan kiriku mulai meremas payudara kanannya, sementara tangan kananku meremas payudara kirinya.

Mamie pun mulai merengek-rengek sengau, “Saaaam… duuuuh Saaaam… kontolmu kok enak sekali Saaaam… iya Saaaam… entot terus Saaam… iyaaaa… iyaaaaa… Saaam… dududuuuuuh… Saaaam… ini enak banget Saaaam… !”

Aku pun menyahutnya dengan tersendat-sendat, “Memek Mamie juga… luar biasa enaknya, Maaam… luar biasaaaa… seperti memek gadissss…”

“Sekarang kita… jadi… saling memiliki, ya Sam… mamie sudah menjadi milkmu Saaaam…”

“Iya Maaam… dan aku sudah menjadi milik Mamie… oooh… Mamie…”

Mamie terkejang-kejang… mata sipitnya pun terpejam-pejam… sementara itu kedua lengannya mendekap pinggangku erat-erat. Membuatku semakin kencang mengentot liang memek sempitnya, sambil menjilati lehernya disertai gigitan-gigitan kecil, sementara kedua tanganku semakin asyik meremas-remas sepasang toketnya yang masih terasa kencang ini.

O, adakah persetubuhan yang seindah seperti yang tengah kurasakan ini?

Aku memang merasakan seolah sudah benar-benar menyatu dengan Mamie Yun. Soalnya aku merasa segala yang ada di tubuh ibu sambung kedua ini benar-benar ngepas dengan seleraku. Tubuh yang tinggi semampai, kulit yang putih mulus, sepasang toket yang berukuran sedang dan… memeknya ini… sempit dan mencengkeram…

Belasan menit aku mengentot Mamie dalam posisi missionaris ini. Lalu Mamie minta posisinya diubah jadi WOT. Kuikuti saja permintaannya. Mamie jadi aktif mengayun pinggulnya di atas tubuhku. Sampai keringatan.

Lalu Mamie minta berubah lagi jadi posisi miring, sementara aku mengentotnya dari belakang, sambil mencengkeram sepasang toketnya agak kuat.

Pada momen berikutnya, Mamie seperti ingin memperagakan segala posisi hubungan sex. Mamie ingin melanjutkannya dalam posisi doggy. Kuikuti juga. Sehingga pada detik-detik berikutnya sosok putih mulus itu menungging, sementara penisku menggenjot memeknya sambil berlutut di depan bokongnya yang sangat erotis dan menantang untuk kuremas dan kutepuk-tepuk.

Kami sudah berlepotan keringat. Dan kami tak peduli dengan hal kecil itu.

Namun pada suatu saat… setelah berada dalam posisi tradisional alias missionaris lagi… ketika aku sudah begitu lama mengentot ibu sambung yang jelita ini, aku merasa sudah mulai berada di dalam detik-detik yang krusial. Sehingga aku berbisik terengah di dekat telinga Mamie, “Lepasin di… di mana Mam?

Mamie menyahut spontan, “Di dalam saja, Sayang… Mamie ingin merasakan hangat dan nikmatnya pancaran air manimu…”

Lalu aku seperti pelari yang sudah dekat di garis finish. Kupacu penisku dengan gerakan sprint… yang dengan cepat menggenjot liang kemaluan Mamie yang sudah basah becek ini. Maju-mundur-maju-mundur-maju-mundur… dan akhirnya kutancapkan penisku sedalam mungkin, sambil melumat bibir sensual Mamie…

Crettttt… creeet… croooot… croootttt… crotcrot… crooootttttt…!

Oooh… alangkah nikmatnya menyetubuhi istri muda Papa yang cantik dan baik hati ini.

Lalu aku terkapar di atas perut Mamie yang sudah berlepotan keringat ini. Dengan perasaan puas sedalam lautan…

Esoknya…

Aku bangun terlambat. Jam dua belas siang aku baru membuka mataku, lalu menggeliat dan turun dari bed. Sementara Mamie entah sedang berada di mana.

Aku pun mandi dengan air hangat dari shower. Sehingga tubuhku terasa segar kembali. Kukenakan pakaian gantiku yang kubekal dari kotaku. Lalu menyisir rambutku yang sudah kukeramasi dengan shampoo.

Ketika keluar dari kamar mandi, Mamie muncul di ambang pintu. Menghampiriku dengan senyum manis di bibir sensualnya.

“Nyenyak sekali tidurnya Sam,” ucap Mamie sambil meletakkan kedua tangannya di sepasang bahuku. Lalu mengecup bibirku dengan mesranya.

“Iya Mam. Maaf… aku jadi bangun kesiangan,” sahutku.

“Nggak apa. Tadi malam kamu kan abis nyetir, lalu menggauli mamie pula. Tentu saja kamu kecapean. Terima kasih yaaa… tadi malam mamie sampai tiga kali orgasme. Kamu luar biasa tangguhnya, Sayang. Tapi sekarang lapar kan?”

“Hehehee… iya Mam.”

“Yok kita makan dulu… makan siang, bukan makan pagi lagi, karena sekarang sudah siang.”

Lalu kami melangkah ke ruang makan. Kulihat di atas meja makan sudah terhidang makanan yang cukup banyak jenisnya.

“Banyak sekali makanannya Mam. Siapa yang masak?” tanyaku ketika Mamie menyerahkan piring besar padaku.

“Beli dari resto. Pembantu belum pandai masak.”

“Pantesan lengkap sekali. Ada appetizers, ada main course… ada desserts pula,” ucapku sambil mulai menyantap appetizers.

Mamie cuma tersenyum. Lalu duduk di sampingku dan mulai menemaniku makan.

Pada saat makan itulah Mamie membuka rahasia yang sangat mengejutkanku. Bahwa semua yang kami lakukan tadi malam, memang Papa yang membuat skenarionya.

Aku juga baru tahu bahwa setelah Yoga lahir, Papa men-sterilkan diri. Karena tidak ingin punya anak lagi. Cukup dua saja anaknya, aku dan Yoga.

Mungkin dahulu Papa tidak menduga bahwa hubungannya dengan Mamie jadi berubah. Yang tadinya hubungan dengan boss, menjadi hubungan cinta. Dan akhirnya menjadi suami-istri.

Maka ketika Mamie sudah menjadi istri Papa, masalah itu muncul. Karena mamie ingin punya anak, sementara Papa sudah steril. Tak bisa membuahi lagi.

Setelah aku dipertemukan dengan Mamie di kantornya, Papa seolah mendapatkan solusi. Papa mengajukanku untuk membuahi Mamie, supaya Mamie bisa hamil tanpa harus berselingkuh dengan orang luar. Itulah sebabnya aku disuruh tidur di rumah Mamie selama Papa masih di luar negeri.

“Wow… jadi begitu ceritanya Mam?”

“Iya. Kebetulan pula mamie langsung suka dan sayang padamu setelah Papa memperkenalkanmu pada mamie,” sahut mamie.

“Maaf Mam… sebelum Mamie menikah dengan Papa, apakah Mamie masih gadis atau sudah janda?”

“Masih gadis. Mamie terlalu sibuk mengurus perusahaan, sehingga mamie tidak pernah tertarik untuk berpacaran. Setelah mamie berusia tigapuluhsatu, barulah Mamie sadar. Bahwa Mamie sudah hampir terlambat untuk menerima kehadiran seorang lelaki sebagai suami. Dan pilihan mamie jatuh kepada Papa. Karena mamie sudah tahu benar watak dan perilaku Papa.

“Tapi sebelum menikah dengan Mamie, apakah Papa berterus terang bahwa Papa sudah steril?”

“Iya, “Mamie mengangguk, “Papa selalu jujur mengatakan hal-hal yang sebenarnya. Tapi pada saat itu mamie belum kepikiran ingin punya anak segala. Mamie malah mikir, kalau mau punya anak sih adopsi bayi saja dari yayasan. Tapi… setelah lebih dari setahun, mamie malah jadi ingin punya anak yang mamie kandung dan mamie lahirkan sendiri.

Aku melanjutkan makan sambil memikirkan semuanya itu.

“Papa tidak akan rela kalau mamie berselingkuh dengan orang luar. Tapi setelah kamu datang ke kantor tempo hari, Papa seperti mendapatkan inspirasi. Papa menyarankan agar mamie berhubungan sex denganmu secara intensif. Supaya mami bisa mengandung bayi yang darah daging mamie sendiri.”

“Kalau begitu, Papa tidak akan marah meski pun tau kalau aku menggauli Mamie ya.”

“Iya Sayang,” kata Mamie sambil memegang pergelangan tanganku, “Kamu boleh menyetubuhi Mamie kapan pun. Bahkan meski Papa sedang di rumah, Papa takkan menghalangi kita bercinta. Bagaimana? Apakah kamu senang mendengar rahasia ini?”

“Maaf… usia Mamie sekarang berapa tahun?”

“Tigapuluhdua. Berarti Mamie masih bisa hamil kan?”

“Iya Mam. Saudara sepupu Papa ada yang hamil dan melahirkan di usia empatpuluh lima. Mamie sih masih sangat muda.”

“Kamu mau menggauli mamie secara teratur kan?”

“Siap Mam. Kapan pun Mamie mau, aku siap menggauli Mamie. Kebetulan aku ini pengagum wanita yang usianya lebih tua dariku.”

“Memangnya kamu mau mencintai mamie sebagai seorang kekasih?”

“Mam… tadi malam aku melakukannya dengan perasaan cinta.”

“Ohya?! Syukurlah. Mamie juga menyerahkan semuanya berdasarkan cinta.”

Lalu batinku seolah bertaburkan bunga-bunga surgawi. Bunga-bunga cinta.

O… semuanya memang indah. Meski tak pernah kurencanakan sebelumnya…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu