3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Beberapa saat kemudian Vera sudah duduk di samping kiriku, di dalam mobil yang sudah kukeluarkan dari villa menuju kebunku di bawah sana.

Kebun buah - buahanku memang dipagari dengan spandek (baja ringan yang bentuknya bergelombang) yang bagian atasnya dipasangi kawat berduri.

Mobilku bisa dimasukkan ke dalam kebun, karena kunci pintunya ada di tanganku, sementara kunci cadangan dipegang oleh Mang Suta.

Kuhentikan mobilku di antara pohon nangka dengan pohon dukuh. Kedua pohon itu sangat rimbun, sehingga mobilku pun takkan bisa dilihat dari kejauhan.

Vera yang saat itu mengenakan gaun terusan putih bersih, langsung berseru girang, “Wooow! Kebun punyamu ini lengkap sekali. Ada jeruk, ada jambu batu, jambu air, mangga dan sebagainya. Sayang gak sedang berbuah.”

“Tiga bulan lagi baru akan berbunga… kemudian berubah jadi pentil - pentil kecil… kemudian jadi buah. Nanti kalau sedang musim panen aku akan mengajakmu ke sini, kalau kamu mau,” sahutku sambil memeluknya dari belakang. Namun tanganku sedang berusaha menyelinap ke balik gaun putihnya. Berhasil…

Vera diam saja. Begitu juga setelah jemariku mulai menyentuh kemaluannya yang seperti baru habis dicukur. Bersih tapi ada bintil - bintil calon tumbuhnya jembut baru.

Dan ketika aku mulai mengelus - elus tonjolan kecil yang aku yakin sebagai kelentitnya, Vera pun berkata perlahan, “Sam… aku jadi horny…”

“Sebentar,” sahutku sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana Vera, Lalu kubuka bagasi mobilku. Kukeluarkan selimut tebal yang selalu kusiapkan, kalau - kalau berada di kota yang sangat dingin.

Selimut itu kugelar di atas rumput sambil berkata, “Pakai alas darurat ini supaya badan kita nggak gatal.”

“Iyaaaa… hihihiiii… kebetulan Sam menyiapkan selimut ini buat pengganti tikar ya?”

“Aku selalu menyimpan selimut ini di bagasi mobilku. Supaya kalau kebetulan mengunjungi kota yang sangat dingin udaranya, bisa tidur nyenyak.”

Vera berlutut di atas selimut itu sambil menurunkan ritsleting celana jeansku. Kemudian dia menurunkan celana jeans sekaligus celana dalamku. Sehingga penisku yang sudah ngaceng ini langsung “menunjuk” ke arah wajah Vera…!

Vera terbelalak sambil memegang penisku dengan tangan gemetaran, “Onde mandeh… sabana gadang kalempong wa ang ni Saaam… !“serunya sambil menempelkan penis ngacengku ke pipi hangatnya.

Lalu dengan sikap bersemangat Vera menanggalkan gaun putihnya. Sehingga tinggal beha dan celana dalam yang masih melekat di tubuhnya.

Karena celana jeans dan celana dalamku sudah telanjur dipelorotkan oleh Vera tadi, sekalian saja kulepaskan dari kedua kakiku. Bahkan baju kausku pun kutanggalkan. Lalu kuterkam tubuh Vera yang tinggal berbeha dan bercelana dalam itu.

Melihatku sudah telanjang, Vera duduk sambil menepiskan pelukanku. “Sebentar… aku juga mau telanjang ah… biar sip… !”

Lalu Vera melepaskan beha dan celana dalamnya, sehingga tubuh mulusnya jadi telanjang bulat, seperti aku.

Dan aku merasa bahwa Vera sudah mulai enjoy dengan suasana baru ini. Suasana bahwa ia harus bersikap seolah punya suami baru. Atau mungkin lebih dari itu. Bahwa aku telah berhasil membangkitkan nafsunya dengan sangat cepat, sehingga waktu aku baru fingering (memainkan liang memeknya dengan jari tengahku), maka liang surgawinya pun basah dengan cepatnya.

Maka tanpa basa - basi lagi langsung kuletakkan moncong penisku di ambang mulut vaginanya. Dan dengan dorongan kuat… sedikit demi sedikit penisku mulai membenam ke dalam liang memeknya…!

“Sam… ooooh… kontolmu ini gede banget Saaam, sampai terasa seret gini… oooh… “sambut Vera sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu mencium bibirku dengan ketatnya.

Sambil memegang sepasang payudaranya yang masih kenyal padat, aku pun mulai mengayun penisku, bermaju mundur di dalam liang memek Vera.

“Saaam… ooooh… Saaaam… ini… luar biasa enaknya Saaaam… oooo… ooooo… oooooohhhh… Saaaam… oooooh… Saaaam… oooooh… “rintih Vera berlontaran begitu saja ketika penisku mulai gencar mengentot liang memeknya.

Terlebih lagi setelah aku menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil… makin bergeliang geliutlah tubuh seksinya, meliuk - liuk seperti belut dipegang kepalanya.

Pada saat itulah aku berkata di dalam hati, bahwa setgiap wanita yang kudapatkan, ada saja kelebihannya masing - masing. Seperti gerakan pinggul Vera ini, sangat agresif dan lentur. Sehingga penisku serasa dibesot - besot oleh liang licinnya, yang membuatku semakin bergairah untuk mempergencar entotanku.

Seperti biasa, aku suka melengkapi entotanku dengan aksi mulutku. Tak cuma pentil toket Vera yang kuemut dan kuisap - isap. Aku pun menjilati ketiaknya yang harum parfum kelas menengah ke bawah. Demikian gencarnya aku menjilati ketiaknya, membuat Vera semakin mendesah dan merintih histeris, “Saaam…

Vera gedebak - gedebuk, meliuk - liuk dan akhirnya mengejang tegang. Aku pun ingin ikut menikmati reaksi memek Vera pada detik - detik pencapaian orgasmenya.

Ya… aku merasakan kedutan - kedutan kencang di dalam liang memek Vera. yang kusambut dengan remasan sepasang toketnya.

Lalu nafas yang tertahan itu dihembuskan… “Aaaaaaah… Sam… ini persetubuhan yang paling enak di dalam hidupku… ooooh… luar biasa nikmatnya,” ucap Vera lirih, yang kusambut dengan ciuman hangat di bibir sensualnya.

“Memekmu seperti belum pernah melahirkan,” ucapku sambil memainkan pentil toketnya yang masih tegang.

“Memang belum,” sahutnya.

“Terus… sekarang ikutan KB?”

“Nggak. Aku kan pengen hamil. Eh… Sam belum ngecrot ya?”

“Belum,” sahutku, “nanti aku harus lepasin di mana?”

“Di dalam aja.”

“Kalau hamil nanti gimana?”

“Biarin aja. Itu resiko yang harus diterima oleh Galih. Kan dia yang maksa aku ikutan wife swap ini.”

“Jadi Vera sekarang merasa terpaksa?”

“Nggak sih. Soalnya kebetulan aku dapat pasangan yang aku sukai.”

“Aku juga senang, karena pasangan di hari pertama ini kamu Ver,” sahutku berbohong. Padahal di antara istri teman - teman lamaku itu, istri Tomi yang bernama Sasha itu paling menarik bagiku.

“Ohya?! Terus… kalau aku jatuh cinta padamu nanti gimana ya? Soalnya begitu berjumpa denganmu, ada perasaan lain di dalam hatiku. Apalagi setelah melangkah sejauh ini.”

“Tidak ada yang melarang cinta di sini. Hanya saja jangan menyakiti hati suaminya masing - masing.”

“Iya… aku akan mencintai Sam secara rahasia aja… emwuaaaaah… !“Vera mencium bibirku dengan mesranya, seolah sedang mencium bibir kekasihnya.

Batang kemaluanku yang masih tegang kencang ini pun mulai kuayun lagi. Tapi aku teringat bahwa Vera terobsesi untuk bersetubuh di dalam mobil. Maka kuhentikan lagi entotanku sambil bertanya, “Mau dilanjutkan di dalam mobil aja?”

“Iya… mauuuu…” sahut Vera bersemangat.

Lalu kucabut penisku dari liang kemaluan Vera. Dan membuka pintu mobilku. Menghidupkan mesin dan ACnya. Lalu merebahkan seat depan kiri saampai rata dengan seat belakang. Selanjutnya kuhidupkan musik dari audio mobil. Album campuran Kygo, Ed Shearan, Camila Cabelo dan sebagainya.

Selimut dan pakaian kuleparfkan ke bagasi mobilku. Lalu masuk lagi ke dalam mobilku.

Vera pun masuk dan tercengang menyaksikan keadaan di dalam mobilku, karena seolah ada bed baru yang dimasukkan ke dalam mobilku.

“Mobil mahal sih dibikin apa juga bisa ya?” ucapnya sambil menelentang di seat yang sudah direbahkan itu.

“Gak mau main di atas?” tanyaku setelah menutupkan pintu mobil.

“Gak ah. Kalau main di atas suka cepat orgasme,” sahutnya sambil mengusap - usap memeknya.

Tangan yang sedang mengusap - usap memek itu kusingkirkan, karena aku sudah mau membenamkan kembali batang kemaluanku yang masih ngaceng berat ini.

Bleeessssss… penisku membenam lagi ke dalam liang memek Vera yang masih basah karena belum lama ia mencapai orgasme pertamanya.

Kemudian senjata pusakaku mulai mengentot liang memek Vera lagi. Disambut dengan pelukan dan ciuman hangatnya.

“Iyaaaaa… iyaaaa… aaaaa… aaaaah… kontolmu luar biasa enaknya Saaam… ayo entot terus Sam… entot teruuussss… entoooottttttt… entooooootttttttt… aaaaa… aaaah… entooooootttttttt… aaaaaah… entooootttt…”

Suara histeris itu diiringi oleh bunyi musik dari audio mobilku. Membuat suasana semakin erotis. Maka sambil mengentot memeknya, aku pun semakin lahap menyedot - nyedot pentil toket Vera yang terasa tegang ini.

Geliat - geliat Vera pun lalu menjelma jadi geolan - geolan pinggulnya, yang membuat penisku terasa dibesot - besot. Seolah dipaksa agar cepat ngecrot.

Tapi aku tidak selemah itu. Aku malah semakin bersemangat menggenjot penisku bermaju - mundur di dalam jepitan dan besotan liang memek Vera.

Tampaknya Vera lebih banyak menghempas - hempaskan pinggulnya, sehingga kelentitnya bergesekan tgerus dengan penisku. Hal itu membuatnya semakin histeris, “Saaam… ooooh… Saaam… kontolmu seolah sengaja diturunkan dari langit untuk memuasiku Saaam… iyaaaaa… iyaaaaaa… entot terus Saaaaam…

Aku bahkan mulai menggenjot penisku dengan gerakan keras, supaya lebih “terasa” oleh istri Galih ini. Dan ia tetap menikmatinya dengan mata merem melek, dengan geolan pinggul yang sdemakin menjadi - jadi…!

Dan… untuk kedua kalinya Vera berkelojotan… lalu mengejang tegang sambil menahan nafasnya. Aku pun menancapkan batang kemaluanku, karena ingin menikmati erotisnya liang memek pada waktu sedang orgasme. Lalu… terasa liang memek Vera seperti spiral yang bergerak memutar seolah membelit dan memilin batang kemaluanku, disusul dengan kedutan - kedutan erotis yang membuatku terpejam juga saking nikmatnya.

“Aaaaaaaah… aku sudah orgasme lagi Saaam… “rintih Vera terdengar lirih. Namun wajahnya tampak seperti memancarkan sinar kecantikannya. SInar abstrak yang hanya bisa dilihat pada wanita yang baru mencapai orgasme.

Ketika kucium bibir sensualnya, Vera menyambutnya dengan lumatan hangat. Lalu terdengar suaranya, “Terima kasih Sam. Sedikit pun aku tak menyangka akan merasakan puas yang benar - benar puas seperti ini…”

Aku hanya mengelus rambutnya yang sudah basah oleh keringat.

Vera pun berkata lagi, “Sam… kalau bisa aku ingin berjumpa secara rutin denganmu. Bisa kan?”

“Nanti ketahuan Galih gimana?”

“Galih kan kerjanya di Tangerang. Dia hanya pulang seminggu sekali. Hari Sabtu siang datang, hari Minggunya udah pulang lagi ke Tangerang.”

“Oke. Nanti kita atur jadwalnya ya. Vera bisa kan datang ke hotelku?”

“Iya deh. Hitung - hitung nganterin catering aja. Hihihihiii…”

Aku cuma tersenyum mendengar istilah “catering” itu.

“Kamu kok belum ngecrot juga Sam?” tanya Vera pada suatu saat.

“Nanti ejakulasinya di villa aja,” sahutku sambil mencabut batang kemaluanku dari liang memek Vera. Kemudian duduk di belakang setir. Dan menggerakkan mobilku ke luar area kebunku, dalam keadaan masih sama - sama telanjang bulat.

“Hihihihiii… aku masih telanjang, Sam juga masih telanjang… bagaimana kalau kelihatan orang dari luar nanti?”

“Kacanya gelap sekali Ver. Dari luar takkan bisa melihat kita,” sahutku, “Ohya… kenapa kamu terobsesi untuk bersetubuh di dalam mobil?”

Vera terdiam sesaat. Lalu menyahut, “Karena kami belum punya mobil. Makanya kalau nonton bokep yang ML di dalam mobil, selalu saja aku membayangkan betapa enaknya kalau dientot di dalam mobil seperti itu.”

“Sekarang kamu sudah merasakannya kan?”

“Iya. Sekalinya merasakan di dalam mobil semewah ini pula…”

Mobilku meluncur terus… menuju puncak bukit, di mana villaku berdiri dengan teguhnya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu