3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

**

Bagian 04

Ketika kami sudah berada di dalam kamar utama rumah baru yang segalanya serba baru ini, Yoan menelanjangi dirinya dan langsung berjongkok di depanku sambil menurunkan celana pendek corduroy biru tua berikut celana dalamku. Lalu memegang batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini.

Dan… dengan trampil ia menyelomoti penisku sambil mengalirkan liurnya ke batang kemaluanku yang lalu diurut - urutnya dengan tekun. Aku pun menanggalkan baju kaus putihku sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuhku.

Selomotan Yoan membuat nafsuku semakin menggila. Sehingga tak lama kemudian kutarik perawat pribadi Merry itu ke atas bed. Disusul dengan pergumulan kami di atas kasur baru bertilamkan kain seprai putih bersih ini.

Terkadang aku berada di atasnya, sambil meremas toket dan menciumi bibirnya, terkadang Yoan berada di atas sambil menggeser - geserkan memeknya yang sudah bertempelan dengan penisku.

Pada saat lain aku berada di atas lagi, lalu melorot turun, sehingga wajahku berhadapan dengan memek tembemnya yang berwarna coklat muda. Lalu sepasang bibir luarnya kungangakan, sehingga bagian dalamnya yang berwarna merah darah tampak dengan jelas… merah membara dan mengkilap oleh lendir libidonya.

Bagian berwarna merah darah itulah yang mulai kujilati dengan lahapnya.

Yoan pun mulai merintih - rintih erotis, “Aaaaaaa… aaaaah… Baaaaang… aku… aku cinta padamu Baaaang… aaaah… aaaah… aaaa… aaaahhhh… cintaku hanya untukmu Baaaaang… aaaaah… aaaaaah… aaaa… aaa… aaaaahhhhhh… Baaang Saaam…

Telebih lagi setelah aku mulai menjilati kelentitnya secara intensif, sementara jari tengah kananku diselundupkan ke dalam liang memeknya sambil dimaju - mundurkan di situ, makin riuhlah erangan dan rintihan histerisnya.

“Ooooo… oooooohhhh Baaaang… ooooooohhhh… Abaaaaang… ini enak sekali Baaaang… terlalu enaaaaak… ooohhhh… Abang tau aja itilku dijilatin terus gini… bisa - bisa aku lepas sebelum dientot sama kontol Abang… oooo… ooooohhhhhhh Baaaaaaang… !”

Mendengar rintihan terakhir itu, aku pun sigap menanggapinya. Cepat kuletakkan moncong penisku di ambang mulut memek berbibir coklat gelap itu. Dan dengan sekuat tenaga kudesakkan batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini.

Blessss… melesak masuuuuk…!

Aku pun menghempaskan dadaku ke atas dada Yoan. Disusul dengan aksi penisku yang mulai bermaju - mundur di dalam cengkraman liang memek legit itu.

Tanpa sungkan - sungkan lagi Yoan pun melingkarkan lengannya di leherku. Lalu memagut bibirku ke dalam lumatannya yang begitu hangat. Aku pun menanggapinya dengan balas melumat, sementara tangan kiriku masih bisa mewremas - remas toket kanannya yang padat gempal ini.

Kami seperti singa jantan dan singa betina yang sedang sama - sama naik birahi. Kami saling cengkram, saling dekap dan saling pagut.

terkadang Yoan berada di atasku, terkadang juga berada di bawah. Pada saat lain, kamu sama - sama miring dan berhadapan, sementara penisku tetap gencar mengentotnya.

Disetubuhi habis - habisan begini, Yoan pun merintih - rintih dan mendesah - desah terus.

“Baaaang… ooooh Baaaang… entot terus Baaaang… kontol Abang ini luar biasa enaknya Baaaang… oooooh… entot terusss… entooooottttttttt Bang… entottttt… oooo… oooooh… Baaaang… gak nyangka kau bakal merasakan semua keindahan dan kenikmatan ini Baaaaang…”

Aku tak kehabisan kreasi. Aku ingin agar penisku bisa terus - terusan menyundul dasar liang memek Yoan. Karena itu aku mencabut batang kemaluanku, kemudian berlutut sambil mendorong lipatan sepasang lutut Yoan, sehingga kedua lututnya terdorong sampai berada di samping kedua toketnya. Sehingga memeknya jadi tengadah ke atas.

Lalu aku mengentotnya lagi sambil berlutut dan agak membungkuk, sementara kedua tanganku memegangi kedua lipatan lutut Yoan untuk bertumpu.

“Aduuuudududuuuuh Baaaang… ini lebih enak lagi Baaaang… entot terus sampai menyentuh dasar liang memekku Bang… enak sekali Abaaaang… enaaaaaaak… enaaaaaakkkk… gila enaknyaaaaaa… ooooh… oooo… ooooooh… “Yoan merintih dan merintih terus. Entah sudah berapa kali ia orgasme.

Pada suatu saat, ketika keringatku sudah bercucuran, kubenamkan batang kemaluanku sedalam mungkin. Dan tak tertahankan lagi, moncong zakarku memuntahkan air mani di dalam liang sanggama zuster pribadi Merry itu.

Crooootttt… crooottt… croooooootttttt… crot… croooooooootttt… crooooooootttt… crooot… cret… crooootttt…!

Lalu kami sama - sama terkulai lemas, dengan keringat membasahi tubuh kami.

Dan terdengar suara Yoan lirih, “Ooooh… terima kasih Bang… aku seolah dilahirkan kembali, untuk menikmati semuanya ini…”

Aku tersenyum. Lalu mengecup bibirnya dengan mesra. “Terima kasih juga, karena aku bisa merasakan legitnya memekmu…”

Baru juga dua hari aku “menyekap” Yoan, handphoneku berdering. Ternyata Merry yang memanggilku. Lalu :

“Hallo Sayang…”

“Hallo juga Pangeranku… ada sesuatu yang penting nih.”

“Ada apa Mer?”

“Aku mohon Sam pulang sekarang. Zuster Yoan juga, karena kita harus menuju rumah kakak kandungku. Tami akan ditinggalkan di rumah. Bisa kan pulang sekarang?”

“Bisa.”

“Sama Zuster Yoan bilang aja, kalau belum kenyang, bisa dilakukan di sini, di kamar depan lantai bawah itu.”

“Oke… oke. Aku dan Yoan akan segera merapat ke rumahmu, Sayang.”

Pembicaraan di telepon itu kusampaikan kepada Yoan. Untungnya dia sudah cukup “kenyang” digauli olehku, sehingga dia langsung menyatakan siap pulang ke rumah Merry.

Setibanya di rumah Merry, ada sebuah jeep long casis berwarna hitam solid, yang aku tahu harganya sangat mahal. Bahkan lebih mahal daripada sedanku yang hadiah dari Mamie itu.

Ketika aku sedang berdiri di samping jeep hitam long casis itu, tiba - tiba Merry muncul dan memelukku dari belakang.

“Jeep siapa ini Mer?” tanyaku.

“Jeepmu Pangeran…”

“Ohya?!” aku memutar badan jadi berhadapan dengan Merry. lalu kukecup bibirnya disusul dengan ucapan, “Terima kasih Sayang. Aku sering punya niat untuk membeli jeep seperti ini. Tapi aku merasa mobilku masih bagus. Makanya niat itu selalu kupending. Gak taunya bidadariku berkenan untuk menghadiahiku mobil impian hampir semua lelaki ini.

“Jeep ini hanya sebagai tanda terima kasihku, karena Sam selalu mengikuti apa pun yang kuinginkan.”

“Keinginanmu gak pernah ada yang berat kok.”

“Tapi permintaanku kali ini mungkin berat buatmu Honey.”

“Apa tuh permintaanmu?”

“Nanti aja di jalan ngomongnya. Sekarang gak cape kalau kita sedikit ke luar kota?”

“Nggak.”

“Kalau gitu langsung aja berangkat, sambil inreyen jeep barumu ini ya Honey.”

Sesaat kemudian pembantu bernama Atikah datang, menjinjing tas pakaian Merry yang cukup besar. Aku, yang selalu menyimpan tas berisi pakaianku di bagasi sedanku, cepat memindahkannya ke jeep baru ini.

Kemudian, kucium bibir Yoan di depan Merry, sambil berkata, “Jaga diri baik - baik selama kami tidak ada ya.”

“Siap Boss, “Yoan mengangguk sambil tersenyum senang. Lalu aku melompat ke dalam jeep baru itu setelah Merry duluan duduk di dalamnya.

“Merry cemburu melihatku mencium Yoan barusan?” tanyaku setelah jeep itu berada di atas jalan aspal.

“Tentu saja. Tapi trik itu memang bagus. Semoga ampuh untuk mengikat Yoan agar tetap bersama kita.”

“Sekarang kita mau menuju ke mana?”

“Ke rumah Gina,” sahut Merry.

“Siapa Gina itu?”

“Kakak kandungku,” kata Merry sambil menyebutkan suatu tempat yang letaknya di luar kota.

“Kuharap Pangeran bisa membahagiakan hati Gina, karena dia salah satu kakakku yang sangat kusayangi. Tapi keadaannya jauh berbeda dengan kita.”

“Maksudmu?”

“Dia sangat cantik. Aku pun kalah cantik kalau dibandingkan dengan dia. Tapi dia lumpuh,” sahut Merry lirih.

“Ohya?! “seruku perlahan. Tentu saja aku kaget mendengarnya. Karena perempuan secantik dan sekaya Merry ternyata punya kakak kandung yang lumpuh.

“Dia hanya bisa duduk di kursi roda. Aku pernah berusaha mengobatinya ke Jepang, ke China bahkan ke Amerika juga. Tapi kelumpuhannya tak bisa disembuhkan lagi.”

“Apakah dia lumpuh sejak lahir?”

“Tidak. Pada waktu dia baru di SMP, dia jatuh ke jurang, ketika dia sedang cross country dengan teman - teman sekelasnya. Dia dibawa ke rumah sakit terbaik di Jakarta. Dan dokter bilang, kelumpuhannya tak bisa disembuhkan lagi.”

“Kasihan…”

“Memang kasihan. Tidak ada seorang laki - laki pun mau menikahi gadis lumpuh seperti Gina. Setelah dia dewasaa, aku berusaha untuk menjodohkan dia dengan laki - laki yang kupandang baik. Tapi semua laki - laki yang kojodohkan dengan dia mundur semua. Sehingga aku pun jadi patah semangat untuk menjodohkannya.

“Tapi… libidonya normal?”

“Normal. Aku sering membelikannya dildo,” sahut Merry, “Awalnya dia senang memakai dildo untuk memuasi libidonya. Tapi lama kelamaan dia tidak mau memakainya lagi. Semua dildo yang kubelikan, dibuang semua. Dia bilang, dildo malah membuatnya seperti perempuan gila. Tersenyum - senyum sendiri, merintih - rintih sendiri.

“Terus?”

“Aku tidak mau mengajukan sembaragan manusia. Karena takut manusia yang kudapatkan itu berniat jahat. Siapa tau punya tujuan yang ujungnya bisa membahayakanku nantinya. Karena itu aku memilihmu, Pangeranku.”

“Jadi tugasku sekarang harus menyetubuhi kakakmu yang bernama Gina itu?”

“Iya, “Merry membelai rambutku, “Sam tidak keberatan kan?”

“Mmmm… kita lihat saja nanti. Dia sama sekali belum pernah dikasih cowok?”

“Belum pernah. Jadi kalau nanti Sam menyetubuhi dia, berarti Pangeran yang pertama kali menyetubuhinya.”

“Memangnya kemaluan kakak Merry itu tidak mati rasa?”

“Tidak. Hanya kedua kakinya yang lumpuh. Yang lain - lainnya normal semua.”

“Lalu sama siapa dia tinggal di sana?”

“Dengan dua orang perawat dan dua orang pembantu. Terkadang dengan adikku juga.”

Aku memang sudah mendengar bahwa Merry punya kakak dua orang dan adik tiga orang. Semuanya perempuan. Merry tidak punya saudara laki - laki seorang pun.

Ketika hari mulai malam. jeep baruku sudah berhenti di depan sebuah rumah yang di sekitarnya ditumbuhi pohon buah - buahan. Hanya pekarangan depannya yang ditanami bunga - bungaan dan tanaman hias lainnya.

Lalu kuikuti langkah Merry masuk ke dalam rumah bergaya klasik itu. Dua orang pembantu membawakan tas dan barang - barang Merry ke dalam rumah.

Dan tampaklah seorang wanita muda di atas kursi roda, ditemani oleh seorang perawat. Wanita itu… o my God… luar biasa cantiknya!

Sungguh tak kuduga kalau Merry punya kakak sedemikian cantiknya. Tapi kekagumanku disertai perasaan terharu, karena wanita secantik itu menderita kelumpuhan sejak masa SMP, kata Merry.

Dan Merry memperkenalkanku kepada kakaknya, “Ini suamiku Mbak…”

Wanita cantik itu menatapku, lalu berjabatan tangan denganku, “Memangnya kamu sudah kawin lagi Mer?” tanyanya.

“Sudah lama. Malah sudah punya anak seorang darinya,” sahut Merry, “Maaf aku baru ngasih tau sekarang. Soalnya pernikahan kami juga dilakukan secara diam - diam. Mbak juga mengerti keadaanku saat itu kan? Aku selalu menghindari wartawan, karena banyak pertanyaan yang susah menjawabnya.”

“Iya, iya, “kakak Merry yang bernama Gina itu mengangguk - angguk. Lalu menatapku lagi. “Pintar juga kamu milih suami Mer… ganteng gini suamimu… eh siapa namanya tadi?”

“Sammy,” sahutku, “Panggil Sam aja Mbak.”

Perawat yang sedang berdiri di belakang kursi roda disuruh keluar oleh Merry, “Tinggalkan saja kami bertiga. Kakakku sudah mandi kan?”

“Sudah Bu Boss. Barusan ketika Bu Boss datang, Bu Gina baru selesai mandi dan makan malam,” sahut perawat itu.

Setelah perawat itu keluar, Merry menutupkan pintu sekaligus menguncikannya.

“Kita ngobrolnya sambil rebahan di atas bed ya Mbak,” ucap Merry sambil melepaskan ikatan yang seperti ikat pinggang di perut kakaknya. Lalu menoleh padaku, “Tolong bantu angkat Mbak Gina ke atas bed, bisa?”

Aku mengangguk. Lalu membungkuk di depan kursi roda itu sambil melingkarkan kedua lenganku ke pinggang Mbak Gina. Kakak kandung Merry itu pun memeluk leherku pada waktu aku mengangkat badannya. Lalu merebahkannya di atas bed dengan hati - hati.

Merry pun melepaskan sepatunya, lalu naik ke atas bed dan merebahkan diri di samping kakaknya.

Sementara aku duduk di pinggiran bed sambil memnperhatikan terus kakak Merry itu.

Aneh… diam - diam penisku menegang di balik celana corduroy dan celana dalamku.

“Mbak… aku mau ngasih kejutan sama Mbak…” ucap Merry sambil meletakkan lengannya di atas perut Mbak Gina yang saat itu mengenakan kimono sutera putih bersih.

“Kejutan apa?” tanya Mbak Gina.

“Aku mau sharing suamiku dengan Mbak. Demi perasaan sayangku pada Mbak.”

“Sharing? Masa suamimu sendiri mau disharing sama aku? Apa aku gak salah dengar nih?”

“Mbak kan belum pernah merasakan digauli oleh lelaki yang sebenarnya.”

Mbak Gina menatapku lagi, lalu menoleh ke arfah Merry lagi. “Masa kamu mau mengorbankan perasaanmu demi aku?”

“Nggak ada pengorbanan Mbak. Kan suamiku juga bakal merasakan enaknya menyetubuhi Mbak,” sahut Merry sambil melepaskan gaunnya, disusul dengan pelepasan beha dan celana dalamnya. “Apa perlu dikasih contoh dulu oleh kami Mbak?” tanyanya setelah telanjang bulat di samping Mbak Gina.

Melihat Merry sudah telanjang, aku pun melepaskan segala yang melekat di tubuhku sambil berkata, “Iya Mbak… kami sudah sepakat untuk melakukannya bersama Mbak,” kataku sambil naik ke sisi kanan Mbak Gina. sementara Merry berada di sebelah kiri wanita cantik yang lumpuh itu.

Merry melepaskan ikatan tali kimono Mbak Gina, lalu melepaskan kimono putih itu sambil berkata, “Biar suamiku tau betapa indahnya tubuh Mbak dalam keadaan telanjang.”

Ternyata di balik kimono itu tidak ada apa - apa lagi selain tubuh Mbak Gina yang begitu putih dan mulusnya, sehingga aku terpana dibuatnya.

Aku ingin menjamah tubuh putih mulus itu, tapi kubatalkan niatku. Karena aku menunggu reaksi dari Mbak Gina dulu setelah telanjang bulat itu.

“Kalian aja main dulu. Aku ingin nonton dulu,” kata Mbak Gina sambil memegang dan meremas tanganku.

Kulihat Merry mengedipkan matanya sambil memberi isyarat agar aku melangkahi kaki Mbak Gina untuk mencapai Merry yang berada di sebelah kiri kakaknya.

Merry memberi isyarat lagi, agar aku menjilati memeknya dulu seperti biasa. Isyarat itu Merry berikan sambil merentangkan pahanya selebar mungkin.

Tanpa basa - basi lagi kuserudukkan mulutku ked memek Merry. Membuat Merry tersentak, lalu menggeliat - geliat erotis. Mungkin geliatan Merry itu dibuat - buat, hanya agar kakaknya terangsang.

Dan meski hanya bisa celentang, namun Mbak Gina tampak serius menyaksikan perbuatanku yang tengah menjilati memek adiknya ini. Sementara Merry menggeliat - geliat terus sambil merintih - rintih dengan suara yang tidak seperti biasanya. Dan aku semakin yakin bahwa Merry sedang “berakting” belaka. Agar kakaknya terpancing dan mulai horny dibuatnya.

Bahkan pada suatu saat Merry berkata terengah, “Sudah sayaaaang… masukin aja kontolmu… oooooh… memekku sudah basah niii…”

Begitu singkat aku mengoral kemaluan istri keempatku. Tapi mungkin semua ini sudah diatur oleh Merry, agar aku bisa segera menyetubuhi kakaknya.

Aku pun meletakkan moncong penisku di ambang mulut vagina Merry. Kemudian kudorong penisku kuat - kuat. Dan… blesss… terbenam lebih dari separuhnya.

Kulihat Mbak Gina memperhatikan semuanya ini dengan serius, seperti sedang memasukkan benang ke lubang jarum.

Dan Merry mendramatisir persetubuhan ini. Ketika aku mjulai mengentotnya, rintihan - rintihan derotisnya mulai terdengar, “Aaaaa… aaaaaaaah… Saaaaam… aaaaaah… entot terus Saaaaam… aaaaaaah… enak sekali Saaaaam… entrot terusssss… entoooot… entoooooot…”

Aku pun semakin gencar mengentot memek istri keempatku. Sementara Mbak Gina tampak mulai terpancing dengan apa yang sedsang kulakukan bersama adiknya ini. Ya… Mbak Gina mulai mjengusap - usap memeknya sendiri. Maka aku pun mulai memberanikan diri untuk memainkan pentil toketnya yang berada di dekatku.

Sampai pada suatu saat Merry memberi isyarat dnegan matanya, agar aku pindah ke atas perut kakaknya.

Aku pun tidak membantahnya. Lalu kucabut batang kemaluanku darui liang memek Merry. Dan bergeser ke arah Mbak Gina.

Aku melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan terhadap Merry tadi. Kugeser kedua paha Mbak Gina agar merenggang lebar. Lalu aku menelungkup di antara kedua belah paha putih mulusnya (sayang tidak berfungsi).

Wajahku sudah berhadapan dengan memek yang bersih dan agak ternganga kemerahan itu. Mungkin tadi dia melakukan “manual” waktu melihat persetubuhanku dengan Merry yang tidak tuntas itu.

Lalu mulutku menyeruduk ke memek kakak Merry yang luar biasa cantiknya ini.

“Aaaaaah… aaaaaaah… Saaaaaam… aaaaaa… aaaaah Saaaaam… “rintihan Mbak Gina pun mulai terdengar, karena jilatanku di memeknya langsung digencarkan. Bahkan ujung jari tangan kiriku pun mulai menggesek - gesek kelentitnya yang sudha menonjol dan mengkilap itu.

Terasa memeknya sudah basah sekali. Mungkin karena sejak tadi dia sudah horny.

Maka aku pun tak mau menunda - nunda waktu lagi. Mumpung dia sedang horny, kuletakkan moncong penisku di mulut kemaluannya. Lalu kudesakkan sekuatnya.

Blessssss… masuk separohnya…!

Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dada Mbak Gina, lalu mendesakkan lagi batang kemaluanku agar membenam lebih dalam lagi.

“Mbak Gina cantik sekali, “pujiku sambil mendekatkan bibirku ke bibirnya. Mbak Gina pun merengkuh leherku ke dalam pelukannya, sambil memagut bibirku.

Maka sambil melumat bibir wanita yang sangat cantik itu, aku pun mulai mengayun batang kemaluanku… bergerak maju - mundur di dalam liang memek Mbak Gina yang cantik ini.

Merry pun duduk mengangkang, sehingga selangkangannya bertempelan dengan kepala Mbak Gina. Rupanya Merry mau memainkan sepasang toket kakaknya yang masih kubiarkan “menganggur”

“Merry… ooooh… kontol suamimu ini… luar biasa enaknya Meeerrr… aaaah… aaaaaaaah…” desah Mbak Gina sambil menatap wajah Merry yang berada di atas wajahnya.

“Iya Mbak,” sahut Merry, “Nikmatilah sepuasnya… aku sangat sayang kepada Mbak.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu