3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 15

Hari mulai gelap ketika aku tiba di Rumah Cinta yang sudah Mamie hadiahkan untukku itu.

Tapi setelah mencari-cari, Frida tidak kutemukan.

Sehingga aku membuka pintu kamar Mama Ken yang tampaknya baru selesai mandi. Hanya membelitkan handuk ke badannya.

“Frida ke mana Mam?” tanyaku.

“Ke rumah Mamie. Tadi dipanggil oleh Mamie, entah ada urusan apa.”

“Ohya?! Kok Frida gak ngasih tau aku dulu?”

“Handphonemu gak bisa dihubungi. Terus Frida pergi ke hotel. Di sana juga kamu gak ada,” sahut Mama Ken.

Aku baru teringat bahwa sejak berada dui rumah Eleonora tadi handphoneku sengaja kumatikan.

“Iya… tadi hapeku abis batrenya. Kebetulan nggak bawa charger pula,” sahutku berbohong, “Bisa pinjam hapenya Mam? Mau nelepon Frida.”

Mama Ken mengambil hapenya dari laci meja rias, lalu menyerahkan hape itu padaku.

Tentu saja nomor Frida ada di hape ibunya ini. Lalu kupijat nomor itu. Dan :

“Hallo Mam…”

“Ini aku, bukan Mama.”

“Bang Sam?! Tadi aku call Abang berkali-kali, tapi selalu dibilang hapenya nggak aktif. Terus aku pergi ke hotel. Ternyata di hotel juga nggak ada.”

“Iya. Batre hapeku ngedrop. Gak bawa charger pula. Padahal aku nggak jauh, cuma lagi berunding dengan kontraktor di kantornya,” kataku berbohong, “Sekarang kamu di rumah Mamie, Beib?”

“Iya Bang. Mamie bilang aku harus kuliah. Gimana ya?”

“Ya kalau Mamie bilang begitu, turuti aja. Biar hatinya senang. Jangan pernah membantahnya.”

“Iya Bang. terus, ini aku disuruh nginap di rumah Mamie. Ingin ditemani, karena Papa sedang di laur Jawa. Boleh kan aku nginap di rumah Mamie?”

“Iya, boleh. Mamie kan sedang hamil. Menurut kepercayaan, orang hamil sih nggak boleh dibiarin tidur sendirian.”

“Iya Bang. Jadi aku tidur di rumah Mamie aja yaaa…”

“Iya. Sebelum Papa pulang tidur di rumah Mamie aja dulu.”

“Iya Bang. Lagian pulang juga mau ngapain… aku kan lagi menstruasi. Hihihihiiii…”

Setelah hubungan seluler ditutup, kuserahkan kembali hape itu ke pemiliknya yang masih cuma berbalutkan handuk.

“Frida mau nginap di rumah Mamie,” kataku sambil memeluk tubuh gempal Mama Ken, “Asyiiik… jadi kita bisa main ya Mam.”

“Mmm… kamu udah kangen padaku ya?” tanya Mama Ken sambil tersenyum.

“Iya Mama sayang… rasanya belakangan ini Mama seperti jual mahal terus padaku. Kenapa Mam?” ucapku disusul dengan kecupan hangat di pipi dan bibirnya.

“Bukan jual mahal,” sahut Mama Ken, “Mama sih merasa seperti menghianati anak mama sendiri. Makanya mama suka takut kalau kamu mendekati mama… takut ketahuan pula. Kalau Frida sampai tahu, wah, mama nggak bisa ngebayangin seperti apa marahnya Frida nanti.”

Ucapan Mama Ken itu membuatku teringat pada percakapanku dengan Frida beberapa hari yang lalu. Saat itu aku baru saja selesai menyetubuhinya. Dan Frida membuka pembicaraan yang lain dari biasanya.

“Kalau dipikir-pikir Mama itu kasihan. Sudah belasan tahun dia hidup menjanda. Dan menutup hatinya untuk lelaki mana pun. Alasannya, takut kalau aku punya ayah tiri… takut tidak bisa menyayangiku. Selalu itu alasannya,” kata Frida.

“Terus?”

“Mama kan belum tua-tua benar. Masih kelihatan sexy gitu kan? Aku yakin Mama masih membutuhkan sentuhan lelaki. Tapi setelah kita kawin pun, Mama selalu mengatakan alasan yang sama seperti dahulu. Takut aku punya ayah tiri yang tidak bisa menyayangiku. Padahal sekarang kan aku sudah punya suami yang akan selalu melindungi dan menyayangiku.

“Iya Beib.”

“Mmm… Bang… ini seandainya aja… mmm… Abang jangan marah ya… aku mau mengatakan sesuatu yang rahasia sifatnya… mmm…”

“Mau ngomong apa? Omongin dong. Apa pun yang kamu omongkan, aku takkan marah.”

“Begini Bang… kalau dengan Mama aku rela berbagi… termasuk membagi dirimu Bang…”

“Haaa?! Maksudmu apa? Belum jelas.”

“Aku sangat menyayangi dan merasa kasihan sama Mama. Jadi kalau Mama masih buat Abang, silakan aja gauli Mama.”

“Hahahaaa… kamu ini ada-ada aja Beib. Emangnya kamu gak cemburu kalau aku menggauli wanita lain?”

“Mama kan bukan orang lain. Mama itu ibu kandungku, yang melahirkanku. Masa aku bisa cemburu sama ibu kandungku sendiri?”

“Meski pun Mama masih menarik, Mama kan belum tentu mau sama aku,” kataku mencoba mengelak dari percakapan mendebarkan ini. Karena sebenarnya aku sudah melangkah jauh dengan Mama Ken.

“Masa aku mau tapi Mama gak mau?”

“Mungkin gak maunya karena aku ini menantunya.”

“Rayunya pelan-pelan dong. Lama-lama juga pasti mau. Asalkan pandai-pandai aja PDKTnya.”

“Heheheee… kamu kok mendadak aneh gini sih…” ucapku dengan nada heran. Karena sebenarnya aku takut juga kalau semua ucapannya merupakan pancingan atas dasar kecurigaannya. Ya… siapa tahu dia mencium gelagat yang mencurigakan di rumah ini. Dengan kata lain, siapa tahu dia sudah mencurigaiku ada hubungan rahasia dengan ibunya?!

“Aku serius Bang,” ucap Frida sambil memegang kedua pergelangan tanganku, “Aku kasihan pada Mama. Saking sayangnya dia padaku, sampai merelakan dirinya sendiri kesepian selama belasan tahun. Karena itu aku akan sangat berterimakasih jika Abang mau meluluhkan hati untuk membangkitkan semangat hidup Mama.

Mendengar ucapan serius itu, aku pun masih hati-hati menjawabnya, “Ya… akan kupikirkan dulu, ya Sayang…”

Ya… percakapanku dengan Frida beberapa hari yang lalu itu masih terngiang-ngiang di telingaku. Karena itu aku memeluk Mama Ken sambil berkata setengah berbisik, “Mama tau nggak? Frida malah menyuruhku untuk menggauli Mama.”

“Ah.. masa?! Mama gak percaya. Mana mungkin Frida seperti itu.”

“Begini Mam…” kataku, yang kulanjutkan dengan menuturkan apa yang pernah Frida ucapkan beberapa hari yang lalu itu. Semuanya kuceritakan.

Mama Ken mendengarkan penuturanku dengan seksama. Dengan sorot wajah tampak heran.

“Kalau Mama gak percaya, nanti tanya aja sendiri ke Fridanya,” kataku di akhir penuturanku.

“Sampai segitunya ya rasa sayang Frida ke mama,” sahut Mama Ken serius.

“Pokoknya Mama gak usah merasa takut ketahuan sama Frida segala. Bahkan kalau Frida sedang datang bulan, bisa aja aku tidur sama Mama di sini. Hehehee…”

“Jangan ah… jangan kayak orang Barat di film-film gituan, mereka pada hilang rasa malunya. Mama sih gak mau dientot di depan Frida juga.”

“Iya. Hanya mau ngasihtau aja, Mama jangan punya perasaan takut ketahuan Frida lagi. Karena Frida sendiri menginginkan aku menggauli Mama, supaya semangat hidup Mama bangkit kembali katanya.”

“Iya sih, sejak Sam sering menggauli mama memang terasa mama ini jadi perempuan normal lagi. Semangat hidup mama pun memang bangkit lagi,” kata Mama Ken sambil melepaskan handuk yang membelit di tubuhnya, Sehingga Mama Ken jadi langsung telanjang bulat. Telanjang yang selalu saja mendebarkan dan menyalakan api gairahku.

Yang menyenangkan, Mama Ken selalu ingin diperlakukan keras. Ingin toket gedenya diremas sekuatnya, ingin buah pantatnya ditampari sampai merah kehitaman dan lainnya. Bahkan memeknya juga ingin dientot dengan keras dan kencang, seperti video-video hardcore.

Setelah sama-sama telanjang, aku melompat ke atas perut Mama Ken yang sudah kurindukan berminggu-minggu.

Aku tak mau langsung menerjang memeknya. Aku mencium bibirnya dulu sambil meremas sepasang toket gedenya yang selalu saja menerbitkan gairahku. Namun Mama Ken sepertinya tak sabar lagi. Ketika aku asyik berciuman sambil meremas toketnya, Mama Ken memegang batang kemaluanku yang bertempelan dengan memeknya.

Mungkin Mama Ken sedang horny berat, karena terasa moncong penisku dicolek-colekkan ke mulut memeknya yang sudah basah. Bahkan pada suatu saat ia membisiki telingaku, “Ayo dorong Sayang…”

Aku baru sadar bahwa ternyata kepala penisku sudah berada di dalam liang memek Mama Ken…!

“Mau langsung Mam?”

“Iya… mama udah nafsu sekali… soalnya udah lama gak digauli olehmu, Sayang.”

Maka kudesakkan batang kemaluanku sekuat mungkin… uuuugh… dan terasa melesak masuk ke dalam liang memek ibu mertuaku sampai lebih dari separuhnya. Pantasan dia minta langsung dimasukkan… ternyata liang memeknya sudah basah sekali.

Mama Ken menyambutku dengan dekapan eratnya di pinggangku. Sambil berkata, “Jangan disamakan dengan Frida ya. Memek mama tentu tidak seenak memek Frida.”

“Nggak Mam. Memek Mama dan memek Frida lain-lain enaknya. Tidak bisa dibanding-bandingkan,” sahutku sambil melingkarkan lenganku di leher ibu mertuaku. Lalu kulumat bibibrnya dengan mesra, sementara batang kemaluanku mulai memompa liang memeknya yang empuk tapi legit ini.

Meski sudah mulai kuentot, Mama Ken masih bisa berkata, “Sebenarnya dientot sama kamu ini luar biasa enaknya Sam. Tapi demi anak tersayang, mama mengalah…”

“Mama juga, bukan cuma punya tubuh yang sangat menggiurkan, tapi juga punya memek yang empuk-empuk legit… seperti kue lapis…”

“O, gitu ya? Mmm… Frida belum hamil ya? Apa ikut KB?”

“Nggak ikut KB Mam. Tapi memang belum hamil-hamil juga. Malah sekarang dia sedang mens Mam.”

“Mama sih dulu begitu nikah sebulan langsung hamil.”

“Makanya Mama masih muda, sementara Frida sudah sembilanbelas tahun, ya Mam.”

“Nggak muda lah. Umur mama sekarang sudah tigapuluhtujuh. Kan mama lima tahun lebih tua dari Mamie. Ayo dong entot yang bener… jangan mandeg-mandeg gitu Sayang… !”

Aku tersenyum. Lalu mulai memperlancar entotanku. Batang kemaluanku bermaju mundur secara berirama di dalam liang memek Mama Ken yang empuk-empuk legit ini.

Seperti biasa, aku selalu melengkapi entotanku dengan jilatan dan gigitan kecil di leher ibu mertuaku. Seperti biasa pula jilatan dan gigitan ini kulanjutkan dengan celucupan dan isapanku di pentil toket gedenya. Bahkan ketiaknya pun kujilati disertai gigitan-gigitan kecil yang membuat Mama Ken semakin klepek-klepek.

Rintihan histerisnya pun menjadi-jadi lagi, “Aaaa… aaaa… aaaaahhhh… Saaam… dientot sama kamu ini selalu aja bikin mama kayak melayang-layang gini saking enaknya… ayo entot terus Saaam… entooot… iyaaa… iyaaaaaaa… iyaaaa… enak banget Saaam…”

Tidak seperti waktu menggauli Mamie, menyetubuhi Mama Ken ini aku bisa berbuat semaunya. Maka sambnil mempergencar entotanku, tak kubiarkan sepasang toket gede itu nganggur. Kuremas dan kuremas terus… bahkan remasanku makin lama makin kencang, sesuai dengan permintaan ibu mertuaku.

Mama Ken pun mu;lai menggeolkan pantatnya. Bergerak memutar dan meliuk-liuk. Terkadang bergerak ke atas, lalu menghempas bergedebuk-gedebuk.

Aku pun tak mau kalah. Kugenjot penisku dalam gerakan yang keras dan cepat. Sehingga selangkanganku terus-terusan bertabrakan dengan selangkanan Mama Ken, menimbulkan bunyi unik yang berirama… bleeeekkk… sretttt… blekkkk… sretttttt… blekkkk… sretttt… bleeeekkkk… srettt… blekkkkk…

Aku pun tak ragu lagi menampar-nampar sepasang toket gede Mama Ken. Tangan kiriku digunakan untuk menampar toket kanannya, sementara tangan kananku dipakai untuk menampar-nampar toket kirinya. Plakkkk… plok… plakkk… plokkkk… plakkk… plokkk… plakkkk… plokkkk…!

Mungkin inilah uniknya Mama Ken. Dalam keseharian dia tampak lemah lembut. Tapi pada waktu dientot, dia selalu minta dikasari. Bahkan aku pernah disuruh menampar-nampar buah pantatnya sampai merah kehitam-hitaman.

Aku pernah membaca tulisan ilmiah seorang pakar sex yang menjelaskan kenapa sebagian wanita menyenangi bokongnya ditampar - tampar pada saat bersetubuh, sebagai berikut :

1. Lebih Bergairah

Perlakuan tersebut juga seringkali membuat wanita lebih bergairah. Apalagi bagi kaum wanita yang memang menyukai bagian bokongnya ditampar pasangan. Hal ini memberikan sensasi tersendiri bagi mereka, khusunya bagi wanita yang menyukai jenis bercinta hardcore sex.

_

2. Ingin Mendapatkan Perhatian

Tak sedikit pula wanita yang ingin ditampar bokongnya karena ingin mendapatkan perhatian dari pasangan mereka. Itu karena ketika sedang bercinta, mudah bagi wanita untuk terlalu fokus berkonsentrasi agar mereka bisa mencapai klimaks. Hal tersebut seringkali membuat mereka lupa terhadap pasangan.

3. Ingin Dikendalikan

Terkadang, wanita ingin dikendalikan dalam hubungannya dengan pasangannya saat bercinta. Ditampar bokong oleh pasangan saat bercinta akan memberikan perasaan dominan dan in control dalam diri mereka.

4. Terinspirasi dari Film

Meledaknya novel trilogi Fifty Shade disebut-sebut memicu makin banyak wanita yang secara terbuka mengakui mereka menyukai gaya bercinta yang kasar, seperti spanking alias menampar bokong. Selain itu referensi dari film porno juga membuat wanita jadi penasaran.

5. Menyukai Respon Si Pria

Ada juga wanita yang ingin mendapatkan perlakuan tersebut lantaran mereka menyukai bagaimana respons atau reaksi pasangan mereka. Apalagi jika pasangan mereka menyukainya, tentu gairah wanita akan semakin meluap!

_

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu