3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 22

Memang banyak wanita yang ingin sekalian disakiti waktu sedang disetubuhi. Karena rasa sakit itu jadi sesuatu yang nikmat, katanya.

Demikian juga halnya dengan Mbak Yati Muryati yang berbokong gede ini.

Buah pantatnya sudah merah - merah kehitaman. Tapi ia malah lebih bersemangat menikmatinya. Bahkan dalam keadaan menungging pun Mbak Yati masih bisa menggeol - geolkan pantatnya sedemikian rupa, sehingga lagi - lagi penisku dibawa ke sana - sini, mengikuti liang memeknya yang sedang membesot - besot batang kemaluanku ini.

Cukup lama juga aku mengentot Mbak Yati dalam posisi doggy ini. Sampai akhirnya Mbak Yati tersungkur ambruk… orgasme keduanya sudah tecapai…!

Tapi aku sedang enak - enaknya merasakan liang memek yang sempit tapi licin itu. Maka setelah Mbak Yati menelentang, kubenamkan lagi penisku ke liang memeknya.

Kemudian kulanjutkan lagi menyetubuhi Mbak Yati dalam posisi biasa (missionaris) ini.

Meski sudah orgasme dua kali, Mbak Yati tetap meladeniku dengan yang pinggulnya yang aduhai itu.

Aku pun ingin memberikan apa yang bisa kulakukan untuk membuat Mbak Yati benar - benar nikmat digauli olehku. Karena di dalam sex harus ada take and give. Harus menyingkirkan sikap dan perasaan ego.

Pada waktu mulai gencar mengentotnya lagi, aku pun tak ragu untuk menjilati lehernya yang sudah basah keringat itu, disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Ini membuat Mbak Yati merintih - rintih histeris lagi. “Bossss… ooooh Bossss… saya tak pernah disetubuhi seenak ini Bosssss… silakan entot sekencang dan sekeras mungkin Boss…

Kemudian mulutku berpindah sasaran. Untuk menjilati ketiak kirinya, sementara tangan kiriku meremas toketnya sekuat mungkin.

Lagi - lagi Mbak Yati memperlihatkan rasa senangnya ketika toket kanannya kuremas - remas sekuat mungkin ini… berarti seleranya memang sama dengan Mama Ken. Mbak Yati hanya akan benar - benar puas kalau disetubuhi dengan hardcore…!

Ketika toketnya kuremas - remas terus sekuatnya, matanya malah terbalik - balik, mulutnya pun ternganga - nganga, seolah tengah merasakan sesuatu yang luar bisa nikmatnya…!

Bahkan pada suatu saat ia berucap terengah, “Sa… saya mau lepas lagi Boss… aaaaa… aaaaa…”

Kebetulan pada saat itu aku pun sedang berada di detik - detik krusial. Maka kupercepat gerakan penisku… cepat sekali… sampai akhirnya kutancapkan penisku sedalam mungkin… sambil menghayati nikmatnya geliang - geliut dan kedat - kedut liang memek Mbak Yati dalam tubuh kejangnya.

Pada saat yang sama penisku pun mengejut -ngejut sambil menembak - nembakkan air mani dalam liang licin ini.

Crooootttttttt… croot… croooottttttttt… crot… crot… croooooootttt…!

Lalu kami sama -sama terkulai, dengan senyum di bibir kami.

Setelah mencabut penisku dari liang memek Mbak Yati, kutepuk - tepuk memek tembem yang telah memberikan kepuasan bagiku ini. Plok… plok… plok…!

“Memek Mbak luar biasa enaknya.”

Mbak Yati bangkit, lalu menckiumi penisku sambil berkata, “Punya Boss ini juga luar biasa enaknya… !”

Namun ternyata Mbak Yati bukan hanya menciumi penisku. Mbak Yati pun menjilati moncong dan leher penisku, lalu… happpp… dikulumnya penisku yang masih berlepotan sperma bercampur dengan lendir libido wanita setengah baya itu…!

Kemudian diselomotinya dengan lahap dan binal sekali.

Aku agak bingung awalnya. Apakah Mbak Yati ini wanita hypersex atau memang ingin memberikan kepuasan padaku yang sepuas - puasnya?

Entahlah. Yang jelas, demikian pandainya Mbak Yati mengoral penisku, dalam tempo singkat saja senjata pusakaku ini sudah bangun lagi. Sudah siap tempur kembali.

“Sudah ngaceng lagi Boss…” ucapnya sambil melepaskan penisku dari mulutnya, namun masih mengurut - urutnya dengan trampil sekali.

“Ayo kita mainkan lagi,” sahutku sambil tersenyum. Lalu duduk sambil memainkan toket perempuan setengah baya itu.

“Boleh saya main di atas Boss?”

“Boleh, “aku mengangguk lalu melentang kembali.

Mbak Yati tahu benar apa yang harus dilakukannya.

Dan begitulah… di ronde kedua ini beberapa posisi kami lakukan. Banyak juga posisi yang sulit menggambarkannya, sehingga terpaksa diskip saja.

Namun yang jelas, aku menilai Mbak Yati ini adalah “sesuatu” banget. Bahkan aku ingin membuatnya sebagai kekasih rahasiaku, karena “rasanya sesuatu banget”.

Tapi aku menguatirkan sesuatu, jika Mbak Yati ditugaskan di villa pada hari - hari wife swap itu. Masalahnya Wulan pasti hadir. Sedangkan Wulan itu atasan Mbak Yati.

Biar bagaimana aku harus menjaga wibawa dan kehormatan Wulan di hotelku. Kalau Mbak Yati tahu apa yang sebenarnya terjadi, bisa timbul gossip mengenai Wulan nanti di hotelku.

Itulah sebabnya, setelah lewat tengah malam, dalam perjalanan pulang dari villa aku berkata di belakjang setir mobilku, “Setelah dipikir - pikir, nanti Mbak gak usah bekerja di kitchen villa deh. Nanti tamu - tamuku akan kuajak makan di rumah makan yang dekat pasar itu aja.”

“Siap Boss,” sahutnya tanpa bertanya kenapa dan bagaimana lagi.

“Mbak Yati konsentrasi kerja di kitchen hotel aja. Apalagi pada hari - hari aku berada di villa, Wulan pun akan kubawa. Karena istri - istriku sedang pada sibuk dengan bisnisnya masing - masing.”

“Iya Boss.”

“Coba buka laci dashboard itu… ada amplop besar, keluarin.”

Mbak Yati mengikuti perintahku. Membuka laci dashboard dan mengeluarkan amplop besar berwarna coklat. Isinya uang dalam jumlah yang cukup banyak.

Setelah amplop besarf itu dikeluarkan, aku berkata, “Amplop itu berisi uang. Lebih dari tiga bulan gaji Mbak di hotel. Ambillah semuanya, untuk menutupi kebutuhan Mbak sehari - hari.”

Mbak Yati membuka amplop itu. Dan matanya terbelalak. “Boss… ini uangnya… banyak sekali… !” gumamnya dengan nada senang.

“Iya,” sahutku, “Itu sebagai tanda sukanya aku sama Mbak. Hitung - hitung ikatan hubungan rahasia kita di hari - hari berikutnya ya.”

“Iya Boss. Kalau Boss mau, saya mkinta cerai juga pada suami saya gak apa - apa. Biar bisa sepenuhnya meladeni Boss.”

“Gak usah minta cerai segala. Kasian suami Mbak, lagi berjuang mencari nafkah di seberang lautan, masa mau minta cerai?”

“Sebenarnya saya sudah curiga juga sama dia Boss. Orang - orang yang bekerja di pertambangan, rata - rata gede gajinya. Tapi yang dia tansfer hanya sejuta sebulan. Mana cukup? Makanya saya bekerja juga, karena ingin menutupi kekurangan - kekurangan untuk biaya kedua anak saya.”

“Nanti kan kekurangan - kekurangan Mbak akan kubiayai.”

“Iya Boss. Terima kasih… terima kasih…”

Mobilku meluncur terus menyeruak di tengah kegelapan malam.

Pada hari Sabtu yang dijanjikan pagi - pagi sekali aku dan Wulan sudah menuju villa di puncak bukit itu. Semua kamar kami periksa, terutama kebersihan dan kerapiannya. AC pun dinyalakan di semua kamar.

Tak lama kemudian Bimo dan Galih pun sambil membonceng istrinya masing - masing. Prihatin juga aku melihatnya. Hari gini teman seangkatanku masih pada naik motor.

Kemudian Bimo memperkenalkan istrinya yang bernama Tina Agustina, lalu Galih pun memperkenalkan istrinya yang bernama Vera Veronica.

Wulan merasa sebatgai tuan rumah, lalu mengajak istri Bimo dan Galih itu mengobrol di ruang cengkerama. Dalam tempo singkat mereka kelihatan akrab. Padahal baru saat itulah aku berjumpa dan diperkenalkan dengan istri Bimo dan istri Galih.

Setelah ketiga wanita itu duduk agak jauh dari kami (aku, Bimo dan Galih), Bimo berkata padaku, “Sebenarnya Tomi dan istrinya sedang berada di kota kita. Dia juga ingin gabung dengan kita. Tapi gue bilang harus minta kesepakatan pada Sammy dulu.”

“Tapi udah lu terangin soal kondisi gue yang terpaksa bawa bini adik gue?” tanyaku.

“Udah. Dan Tomi setuju aja.”

“Ya udah, kalau gitu panggil aja Tomi ke sini. Kebetulan villa gue ini ada empat kamarnya. Daripada yang satu nganggur, mendingan ditambah dengan Tomi.“

“Heheheee… sebenarnya si Tomi menunggu di dekat belokan jalan raya menuju ke bukit ini.”

“Ah, lu kenapa pake banyak basa - basi gitu? Ayo panggil dia, Bim.”

Bimo pun mengeluarkan hape dari saku jaket jeansnya, lalu menjauh dulu dari aku dan Galih.

Pada waktu Bimo sedang menelepon, Galih berkata padaku, “Kalau pesertanya empat pasang, berarti harus nambah waktunya. Bisa Senin siang kita baru bisa pulang.”

“Lu bolos sehari aja gak apa - apa kan?”

“Gakpapa.”

“Ya udah, berarti gakda masalah kalau kita pulang Senin siang kan?”

Galih mengangguk sambil tersenyum.

Bimo sudah selesai menelepon Tomi, yang katanya menunggu di pertigaan jalan menuju puncak bukit ini.

Beberapa saat kemudian sebuah mobil Eropa yang sudah belasan tahun usianya, berbelok ke pekarangan villa ini.

Aku yang sedang menunggunya di bawah, langsung mengarahkan, agar Tomi memasukkan mobil itu di lantai dasar.

Setelah memarkir mobilnya di lantai dasar, Tomi turun dari mobil itu sambil berkata, “Aduuuh… berdampingan dengan mobil yang sangat mahal gitu, gue jadi minder Sam… !”

Aku cuma tersenyum. Karena kalau aku jadi Tomi, pasti aku pun akan merasa minder. Tapi aku tidak menanggapi ucapannya. Langsung menghampirinya sambil berpelukan, sebagaimana layaknya dua sahabat lama berjumpa lagi setelah sekian lama tidak berjumpa. Kemudian Tomi memperkenalkan istrinya yang bernama Sasha Marisha.

Cantik istri Tomi itu. Tapi Wulan tak kalah cantik olehnya. Sementara aku berkata di dalam hatiku, Nanti memekmu juga akan gue embat, Sasha…!

Kemudian aku mangajak Tomi dan istrinya naik ke lantai dua, di mana Bimo dan Galih beserta istrinya masing - masing sedang menunggu.

Wulan pun berjabatan tangan sambil cipika - cipiki dengan Sasha. Kemudian istri Tomi itu diajak gabung dengan dua wanita muda lainnya, istri Bimo dan istri Galih.

Sementara aku berunding dengan Bimo, Galih dan Tomi, tentang teknis pelaksanaan wife swap itu.

Kami sepakat untuk mengundi kamar mana yang akan ditempati oleh istri kami masing - masing. Karena nantinya kamar itu akan ditempati oleh mdereka secara tetap, sampai wife swap itu selesai. Jadi, kalau di “putaran pertama” ini aku kebagian istri si A, maka besok aku yang harus pindah ke “jatah” berikutnya, sementara istri si A tidak usah pindah kamar, supaya tidak ribet memindahkan tas pakaian dan peralatan make upnya.

Undian itu dilakukan seperti sedang arisan. Dan… Wulan mendapatkan kamar di lantai dua yang di sudut. Vera (istri Galih) kebagian kamar di lantai tiga yang di sudut juga. Tina (istri Bimo) kebagian kamar di lantai dua, berdampingan dengan kamar Wulan. Sementara Sasha (istri Tomi) kebagian kamar di lantai tiga, berdampingan dengan kamar Vera.

Kemudian kami mengundi pasangan kami untuk hari pertama, kedua dan ketiga. Akhirnya aku mendapatkan pasangan Vera di hari pertama. Sasha di hari kedua dan Tina di hari ketiga.

Bimo mendapatkan pasangan Wulan di hari pertama, Vera di hari kedua dan Sasha di hari ketiga.

Sedangkan Tomi mendapatkan pasangan Tina di hari pertama, Wulan di hari kedua dan Vera di hari ketiga.

Galih mendapatkan pasangan Sasha di hari pertama, Tina di hari kedua dan Wulan di hari ketiga.

Kemudian kami berkumpul semua, duduk berdampingan dengan pasangan masing - masing untuk hari pertama. Aku duduk berdampingan dengan Vera, Bimo berdampingan dengan Wulan, Galih berdampingan dengan Sasha dan Tomi bersampingan dengan Tina.

Untuk saling mengakrabkan diri, kukeluarkan beberapa botol minuman beralkohol dari kulkas. Lalu kami semua minum, tapi tidak banyak - banyak. Hanya untuk mencairkan kecanggungan kami saja.

Aku pun memberitahu bahwa seandainya mereka lapar dan mau makan, kupersilakan untuk makan di kitchen dengan persediaan seadanya. Mungkin persediaan itu akan habis di hari pertama. Di hari - hari berikutnya, kupersilakan untuk mencari makan dengan pasangannya masing - masing, di rumah makan yang berada di jalan raya, tak jauh dari pasar.

Kami juga sudah sepakat untuk bebas mengajak pasangannya masing - masing kalau ingin berjalan - jalan ke sekitar villa atau mau nongkrong di tempat yang cocok untuk menikmati keindahan panoramanya. Pokoknya siapa pun yang ingin mengajak pasangannya keluar dari villa, tidak usah minta izin lagi kepada suami pasangannya itu.

Kami juga sepakat untuk menganggap wife swap ini sebagai refreshing belaka. Hanya untuk mengurangi kejenuhan. Tidak boleh menjadi sumber keretakan dengan istrinya masing - masing. Bahkan kami berharap wife swap ini untuk melanggengkan hubungan dengan istrinya masing - masing.

Demi keakraban, kami akan saling panggil nama saja. Takkan menggunakan istilah Bang atau Kang atau Mas dan sebagainya. Begitu juga dari pihak pria kepada pihak wanita, takkan menggunakan istilah Teh atau Ceu atau Mbak dan sebangsanya.

Aku pun mempersilakan kalau ada yang mau berenang di kolam renang yang berada di lantai dasar. Kolam renang itu tidak bisa dilihat dari luar villa, sehingga berenang dalam keadaan telanjang pun bisa, tanpa kuatir ada yang mengintip dari luar.

Ketika jam dinding memperlihatkan pukul 10.15 pagi, kami masuk ke dalam kamar “istri baru” masing - masing. Aku masuk ke dalam kamar sudut di lantai tiga, bersama istri Galih yang bernama Vera Veronica itu.

Setelah berada di dalam kamar yang pintunya sudah ditutup dan dikuncikan, Vera tampak salah tingkah.

“Kita harus ngapain aja setelah berduaan begini?” tanyanya sambil menatapku dengan sorot canggung.

Aku tersenyum sambil memegang kedua pergelangan tangannya. “Selama kita berdua di sini, Vera kan jadi istri baruku,” sahutku sambil menarik kedua pergelangan tangan istri Galih itu.

Vera mendadak memeluk pinggangku sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku. Lalu terdengar suaranya, “Nasibku baik sekali ya. Di hari pertama pasanganku adalah boss wife swap ini.”

“Bukan aku bossnya. Aku hanya menyediakan tempat aja,” sahutku sambil mengepit sepasang pipinya dengan kedua tanganku, agar ia bisa saling tatap denganku dari jarak yang sangat dekat.

Pandai juga Galih mendapatkan istri yang cantik begini. Dengan kedua bola mata yang bening, hidung yang mancung meruncing, bibir tipis merekah dan kulit yang putih bersih begini. Tentang kemulusan tubuhnya, sebentar lagi aku akan menyaksikannya, setelah dia telanjang bulat.

Dan… bibir kami makin lama makin mendekat. Lalu saling kepit dan saling lumat dengan mesranya. Kedua tangan Vera bahkan menggapai - gapai dan mengusap - usap punggungku. Mungkin karena dia berciuman dengan sepenuh perasaannya.

Lalu kudengar bisikannya, “Emangnya kita mau langsung ML?”

“Galih juga pasti langsung ML dengan istri Tomi,” sahutku, “Masa kita mau buang - buang waktu?”

Vera menunduk. Lalu berkata perlahan, “Aku punya khayalan yang sampai saat ini belum kesampaian.”

“Khayalan apa?” tanyaku.

“Ingin ML di alam terbuka atau di dalam mobil,” sahutnya dengan sikap malu - malu.

Aku berpikir sejenak. Lalu menjawab, “Ayo… dua - duanya bisa kita lakukan sekarang. Aku akan menyetubuhimu di kebunku, kemudian di dalam mobilku.”

“Kebun Sam jauh dari sini?”

“Dekat. Tapi memang harus pakai mobil untuk menuju ke sana.”

“Aman? Maksudku gak akan ada orang yang lihat?”

“Sangat aman. Karena kebunku ditutup dengan pagar kawat berduri. Hanya tukang merawat kebun yang bisa masuk ke sana. Tapi sekarang tukang kebunku sedang pulang ke kampungnya.”

“Ayo ke sana sekarang,” ucapnya bersemangat sambil memegang tanganku.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu