3 November 2020
Penulis —  Neena

Rumah Kami Surga Kami - Petualangan Hot - Langkah Langkah Jalang

Bagian 16

Meski Ceu Inar celentang mengangkang di atas meja makan, sementara aku mengentotnya sambil berdiri, aku bisa merasakan nikmatnya permainan surgawi dengan calon manager restoran di resort dan pemancingan itu.

Bahkan kimono kami sudah bergeletakan di lantai, tanpa kami pedulikan.

Yang jelas, gesekan antara batang kemaluanku dengan dinding liang memek Ceu Inar, luar biasa nikmatnya. Meski liang memek Ceu Inar tidak sesempit memek gadis, namun liang kenikmatannya bisa empot - empotan terus, sebagai gerakan reflex pembawaannya. Bukan karena sengaja diempot - empotkan seperti mulut pantat ayam waktu ditiup - tiup oleh majikannya.

Ceu Inar pun mulai meraung - raung histeris, tidak terkendalikan lagi.

“Booooossss… oooooh… Bossss… ini luar biasa enaknya Boooossssssss… kontol Boss. enak sekali… enaaaaaaaaak… entot terus Bossss… entooot… entooottt… entoooottttttttt… oooooooooh… enak sekali Bossss…”

Terlebih lagi ketika aku mengentotnya sambil mengelus - elus kelentitnya dengan ujung jari tangan kiriku, semakin gaduh juga Ceu Inar dibuatnya, “Iyaaaaaaa… itilnya tolong elus terus Bossssss… ooooh enaknyaaaaaa… elus terus itilnya Bossss… ooo… ooooohhhhhhhhh… entot teruis Boss…

Namun belasan menit kemudian Ceu Inar mulai klepek - klepek. Berkelojotan, lalu mengejang tegang… tegang sekali. Aku tahu bahwa dia akan mencapai orgasme. Tapi kali ini aku tak peduli. Karena aku sedang asyik merasakan nikmatnya liang memek Ceu Inar yang empot - empotan terus, seolah sedang mengunyah penisku yang tak habis -habis.

Tiba - tiba mulut Cdeu Inar ternganga dengan nafas tertahan. Lalu nafasnya dihembuskan sambil menggeliat, “Aaaaahhhhh… saya udah lepas Boss…”

Aku merasa kasihan juga melihatnya yang tampak sudah lemas. Lalu kucabut batang kemaluanku dari liang memeknya. Kutarik dan kuangkat tubuhnya. Lalu kupeluk dan kubawa ke dalam bedroom.

Ketika kuletakkan tubuh telanjangnya di atas bed, sepasang mata Ceu Inar masih tampak sayu. Tapi setelah aku merayap ke atas perutnya, sepasang mata wanita setengah baya itu seperti sudah bergairah kembali. Terlebih setelah kubenamkan penisku ke dalam liang memek beceknya, ia langsung mendekapku dengan senyum dan sorot pandangan hangat kembali.

Dengan nafsu yang masih bergolak, aku pun mulai mengentotnya kembali, sambil memeluk lehernya yang sudah keringatan.

“Oooh… Boss… saya benar - benar gila sama Boss sekarang. Boss adalah lelaki muda yang lengkap dalam segalanya… silakan entot sepuasnya Boss… saya siap meladeni Boss sampai pagi sekali pun… iyhaaaaaaa… iyaaaaaaa… aaaa… aaaahhhhhh… ini benar - benar nikmat Booosssss …

“Teriaklah sepuasanya Ceu. Kamar ini kedap suara. Meski Ceu Inar menjerit - jerit, takkan terdengar ke luar…” ucapku sambil mempercepat entotanku.

Sepasang toket gedenya pun mulai jadi sasaran sampinganku. Toket kanannya kuremas - remas dengan tangan kiriku, sementara pentil toket kirinya kuemut dan kusedot - sedot sekuatnya.

Terkadang mulutku menyasari lehernya yang sudah keringatan. Dengan jilatazn dan gigitan - gigitan kecil, membuat mata Ceu Inar merem melek.

Pada saat berikutnya, kuciumi dan kujilati ketiak kirinya, sementara tangan kiriku meremas - remas toket kanannya… sekuatnya.

Namun Ceu Inar tidak mengerang kesakitan. Mungkin dia ini “sealiran” dengan Mama Ken. Yang menyukai persetubuhan hardcore. Itu akan kubuktikan nanti.

Ya… pada suatu saat kami mainkan posisi doggy. Ceu Inar menelungkup dan menunggingkan bokong gedenya, sementara aku mengentotnya sambil berlutut di depan bokong gedenya.

Kutampar - tampar sepasang buah pantatnya dengan tamparan yang lumayan keras. Ternyata Ceu Inar justru menyukainya.

“Iya Boss… enaaak… kemplangin aja pantat saya Boss… lebih keras lagi… lebih keras lagiii…”

Ya, sambil mengentot memeknya, kedua telapak tanganku sibuk mengemplangi sepasang buah pantat Ceu Inar. Plaaaaak… plokkkk… plaaaaakkkkk… ploookkk… plaaaakkkkkkk… plooooookkkk… plaaaakkkkkk…!

Sehingga bokong gede yang indah dan seksi itu jadi merah padam kehitam - hitaman.

Tapi Ceu Inar tidak kesakitan. Bahkan semakin bergairah untuk menggerak - gerakkan bokongnya maju mundur, berlawanan dengan arah batang kemaluanku. Ketika batang kemaluanku ditarik, memeknya pun menjauh. Dan ketika batang kemualuanku didorong memek Ceu Inar mendekat.

Hmmm… aku jadi membayangkan seolah tengah menyetubuhi Mama Ken, ibu mertuaku yang selalu penuh pengertian itu. Karena aku sudah tahu benar betapa Mama Ken sukanya kalau disetubuhi sambil “disakiti” olehku, dengan kemplangan keras di bokongnya, dengan gigitan keras di lehernya dan sebagainya.

Namun akhirnya Ceu Inar ambruk lagi, karena telah mencapai orgasme kedua kalinya, sementara penisku masih jauh dari ejakulasi.

Terpaksalah kulanjutkan persetubuhan ini dalam posisi missionaris kembali.

Kubenamkan penisku kembali ke dalam liang memek Cdeu Inarf yang semakin basah. Lalu menghempaskan dadaku ke atas dadanya. Dan mengentotnya kembali secara berirama.

Dalam posisi missionaris inilah kumuntahkan air maniku di dalam liang memek Ceu Inar yang sudah sangat becek, setelah orgasme lagi untuk ketiga kalinya.

Setelah bersih - bersih di kamar mandi, kami memngenakan kimono lagi. Lalu sama - sama merebahkan diri di atas bed.

“Yang namanya Sinta itu siapa?” tanyaku sambil mengelus perut Ceu Inar di balik kimononya.

“Anak saya. Kok tau namanya?”

“Tadi kulihat di gallery foto - foto hape Ceu Inar.”

“Owh… ya itulah anak saya satu - satunya Boss.”

“Di Jakarta kerja di mana?”

“Di apotek Boss.”

“Gede gajinya?”

“Yah… cuma sesuai dengan UMR aja Boss. Kalau Boss bisa menempatkannya di perusahaan Boss, bisa aja saya panggil agar pindah ke perusahaan Boss.”

“Dia menguasai komputer nggak?”

“Sangat menguasai Boss. Di Jakarta juga dia ditempatkan sebagai kasir, karena dia sangat menguasai komputer Boss.”

“Kalau jadi sekretaris pribadiku, gajinya bisa tiga atau empat kali lipat UMR Jakarta. Karena patokannya tergantung keuntungan perusahaan.”

“Kalau Boss berkenan sih, saya akan manggil dia. Biar saya tidak berjauhan dengan anak satu - satunya.”

“Tapi kalau aku kebablasan sama dia kan berabe juga Ceu.”

“Kebablasan?! Ooooh… soal itu maksud Boss? Mmm… gak apa juga Boss. Asalkan Boss sudi memperhatikan masa depannya aja sih.”

“Soal masa depan sih aku jamkin. Takkan mengecewakan. Tapi kita berdua kan sudah punya hubungan begini… bagaimana kalau dia tau nanti?”

“Hubungan kita sih rahasiakan aja Boss. jangan sampai SInta tau.”

Aku tercenung. Pasti ucapan Ceu Inar itu bertujuan untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Tapi apa salahnya kalau dia bersedia kusetubuhi atas dasar kebutuhannya yang belum terpenuhi? Toh di manusia mana pun selalu membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Yang janggal adalah, Ceu Inar seolah menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya tentang masa depan anak tunggalnya itu.

“Ceu Inar sebulan lagi kan harus tinggal di resort dan pemancingan itu. Berarti tetap jauh dari SInta kan?”

“Gak apa Boss. Yang penting masa depannya terjamin.”

Aku terdiam lagi. Memang setelah melihat foto - foto Sinta di hape Ceu Inar tadi, hatiku langsung tertarik. Karena itulah barusan aku menanyakan bagaimana seandainya aku “kebablasan” nanti. Tapi mungkin Ceu Inar terlalu mengagungkan diriku sebagai sosok yang selalu bisa memecahkan masalah serumit apa pun.

“Ya udah. Kapan Ceu Inar mau manggil dia?” tanyaku.

“Dia liburnya hanya pada hari Minggu Boss.”

“Jadi hari Minggu yang akan datang dia bakal dipanggil?”

“Betul Boss.”

“Ya udah. Atur - atur aja sama Ceu Inar.”

“Boss…! Kok… ininya sudah ngaceng lagi?!” ucap Ceu Inar yang sedang memegangi penisku di balkik kimono putih yang kukenakan.

“Iya Ceu. Masih kuat main lagi?”

“Ayo deh… hihihiiii… demi Boss tercinta, saya akan selalu siap untuk digauli kapan pun.”

Sesaat kiemudian, kami sudah telanjang lagi. Penis ngacengku pun sudah membenam lagi ke dalam liang memek Ceu Inar yang bisa empot - empotan itu…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu