2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

**Part 32

Ketika kontolku mulai lancar mengentot liang memek Bu Eti, masih sempat aku membisiki telinga ibunya Marsha itu, “Memek Ibu luar biasa legitnya. Karena itu aku ingin memiliki Ibu seumur hidupku.”

Bu Eti tersenyum dan menyahut bercampur desahan, “Aaaaaaa… aaaaaaahhhh… kontol Donny jugaaaaa… luar biasa nikmatnyaaaaa… ibu berjanji takkan menikah lagiiii… biar ibu jadi simpanan Donny aja seumur hidupppp… aaaaaaaah… aaaaaaah… ini luar biasa nikmatnya Doooon… serasa tengah berada di surgaaaaaa …

Lalu bokong semok Bu Eti mulai bergoyang erotis. Memutar - mutar, meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Pada waktu bokongnya terangkat lalu menghempas itu, memeknya jadi menukik, sehingga kelentitnya bergesekan dengan batang kemaluanku.

Hal itu terus - terusan terjadi. Membuatku yakin bahwa sebentar lagi juga Bu Eti akan menikmati orgasme pertamanya.

Benar saja. Baru belasan menit aku menyetubuhinya, Bu Eti mulai berkelojotan. Lalu mengejang teganhg… tegang sekali. Aku pun menancapkan kontolku sedalam mungkin. Sampai terasa menyundul dasar liang memek ibunya Marsha itu.

Lalu detik - detik indah itu pun terjadi. Liang memek yang licin tapi legit ini terasa berkedut - kedut, disausul gerakan seperti spral yang seolah mau memuntahkan kontolku. Tapi tentu saja kontolku tidak termuntahkan. Karena aku mendesakkan kontolku sekuat mungkin sampai mentok di dasar liang memek Bu Eti.

Pada saat itulh aku teringat sesuatu yang kubekal dari rumahku tadi, yang kini tersimpan di saku baju piyamaku. Kebetulan baju piyamaku tergeletak tidak jauh dariku. Sehingga ketika Bu Eti sedang terkapar dengan mata terpejam, diam - diam kuambil sesuatu itu. Sebuah vibrator sebesar telur puyuh. Lalu kucabut kontolku perlahan - lahan.

Wanita setengah baya yang seksi abis itu tidak menyadari apa yang tengah kulakukan. Pada saat itulah kubenamkan lagi kontolku ke dalam liang memek Bu Eti, sehingga moncong kontolku mendorong vibrator itu. Pada saat iktulah kupijat tombol di kotak kecil yang sedang kupegang. Dan vibrator mini itu pun bergetar kencang, sampai terasa menggetarkan moncong kontolku juga …

Bu Eti terkejut dan bergumam, “Adududududududuuuuh… ini apa yang bergetar di dalam memekku Don? Apa iniiiiiiii?”

“Kontolku yang bergetar Bu… santai aja… nanti Ibu akan mengalami squirt yang belum pernah Ibu rasakan…” sahutku sambil mendorong kontolku lebih dalam lagi. Sehingga vibrator itu berada di dasar liang memek ibunya Marsha.

“Adududuuuuh… alalalaaaaah… adududuuuhhhh… alaaalaaalaaaaaah… ini… ter… terlalu enak Don… adudududuuuuh… alalalaaaaah… adududuuuuh… alalaaalaaaah… adudududuuuh Doooon… alalalaaaaah Dooon… adududuuuuh Doooon…”

Bu Eti tergetar - getar, mungkin saking nikmatnya. Tapi aku sendiri merasakan yang sama. Getaran vibrator yang bertempelan dengan moncong kontolku, memang terlalu enak. Bahkan jangan - jangan aku bakal ejakulasi dini.

Karena itu secepatnya kucabut kontolku, sementara vibrator itu masih berada di dalam memek Bu Eti.

Dan… tiba - tiba Bu Eti mengejang dengan perut sedikit terangkat. Lalu srrrr… cairan putih bening menyembur dari memek Bu Eti…!

Takut dipersalahkan, aku pun cepat mencabut kabel vibrator itu. Lalu ketika Bu Eti terkapar dengan wajah pucat pasiu, cepat kumasukkan kembali vibrator itu ke saku baju piyamaku.

Tanpa peduli kain seprai yang basah akibat squirting Bu Eti tadi, aku merayap lagi ke atas perut Bu Eti yang tampak masih terkapar dengan wajah masih pucat pasi. Lalu ketika aku memagut bibirnya ke dalam lumatan penuh nafsu, ia membuka mata beningnya… menatapku dengan sorot sejuk.

Setelah lumatanku terlepas, ia berkata dengan suara terdengar merdu di telingaku, “Terima kasih Don. Yang barusan benar - benar luar biasa. Donny telah membawaku tamasya ke surga dunia…”

“Tapi masih kuat untuk melanjutkannya kan? Aku belum ngecrot Bu Eti Sayang…” bisikku disusul dengan ciuman mesra lagi di pipinya.

“Sampai pagi pun ibu masih siap untuk meladenimu Sayang…” sahutnya dengan dekapan erat di pinggangku.

“Tapi aku ingin melanjutkannya di bawah… di ruang makan… supaya gak jenuh.”

“Di ruang makan? Nanti kalau Marsha bangun gimana?”

“Biar aja bangun. Biar dia menyaksikan bahwa aku sudah melaksanakan permintaannya.”

“Tapi ibu malu… Marsha kan anak ibu…”

“Ayolah… jangan pake malu - malu. Lagian Marsha pasti sudah nyenyak sekali tidurnya. Aku ingin sesuatu yang baru. Ingin ngentot Ibu di atas meja makan.”

“Hihihiii… Donny sih ada - ada aja… “Bu Eti akhirnya bangkit juga. Mengenakan kimononya sambil menungguku mengenakan baju piyamaku. Tapi celana piyamaku hanya kukepal dan dibawa turun ke lantai bawah… ke ruang makan.

“Ibu celentang di atas meja makan ini. Aku akan mengentot sambil berdiri di lantai,” ucapku sambil menunjuk ke meja makan.

Bu Eti naik ke meja makan, lalu celentang di situ sambil melepaskan ikatan tali kimononya. Kutarik kedua kakinya, agar bokongnya berada di pinggiran meja makan.

Meski aku tahu bahwa liang memek Bu Eti sudah basah, tapi setelah kimononya dilepaskan, aku jadi ingin menjilati memeknya lagi. Maka kutarik kursi makan ke depan kedua kaki Bu Eti yang tergantung di pinggiran meja makan. Lalu aku duduk di kursi itu, sehingga wajahku berhadapan dengan memek Bu Eti yang sudah tidak dihalangi oleh jembut lagi itu.

Awalnya kujilati jengger yang muncul dari dalam memeknya itu. Menyenangkan juga menjilati memek berjengger ini rasanya. Kemudian kungangakan memek Bu Eti dengan kedua tanganku. Dan kujilati bagian dalamnya yang berwarna pink itu, sementara kedua tanganku terjulur ke arah sepasang toketnya yang masih lumayan kenyal dan agak kencang.

Ini merupakan hal yang mengasyikkan juga. Bisa duduk di kursi makan sambil menjilati memek Bu Eti, sambil meremas - remas sepasang toketnya pula.

Setelah puas menjilati memek Bu Eti, aku pun berdiri sambil memegang kontolku yang masih ngaceng berat ini. Namun diam - diam tangan kiriku memegang handphone dan mengirim WA untuk Marsha. Isinya, “Aku ngentot Ibu di ruang makan. Ke sini !”

Kemudian hapeku dimasukkan lagi ke dalam saku baju piyama yang sudah kulepaskan.

Sebelum kontolku dimasukkan, kupukul - pukulkan dulu kontol ngacengku ke permukaan memek Bu Eti. Lalu kuarahkan moncongnya ke belahan memek yang sudah ternganga kemerahan itu. Dan sekali dorong kontolku langsung ambles seluruhnya ke dalam liang memek yang empuk - empuk kenyal dan sangat mengesankan itu.

Moncong kontolku mentok di dasar liang memek ibunya Marsha.

“Aaaaaaaaahhhhh… sampai terasa menyundul gini Dooon…” ucap Bu Eti dengan mata terbeliak. Tapi lalu terpejam erat - erat ketika aku sudah mulai mengentotnya, sementara jemariku mencari - cari kelentitnya. Dan setelah kelentitnya kutemukan, ujung jariku menggesek - geseknya dengan agak kuat.

Karuan saja Bu Eti mulai merintih - rintih histeris lagi, “Oooooohhhhh… Dooooonnniiiii… ooooooooohhhhh… kontol Donny memang luar biasaaaaa… enak sekali… sambil gesek terus itilnya Dooon… itilnyaaaaa…”

Pada saat itulah kulihat Marsha keluar dari kamarnya dan sedang melangkah ke dekat kepala ibunya. Tapi Bu Eti belum sadar kalau Marsha sedang tersenyum - senyum di dekat kepalanya.

“Doooonnnniiiii… ini luar biasa enaknya Doooon… itilnya gesek terus Doooon… ooooohhhhh… ibu jadi makin sayang sama kamu Doooon… entropt terus sambil gesek - gesek itilnyaaa… itilnyaaaa… itiiiiilllll…”

“Memek Ibu juga luar biasa enaknya Bu,” ucapku tanpa menghentikan entotanku. Sementara Marsha agak menjauh dari kepala ibunya. Mungkin agar jangan kelihatan oleh Bu Eti bahwa Marsha sudah hadir di ruang makan ini. Agar jangan mengganggu kenikmatan yang tengah dirasakan oleh sang Ibu.

Bahkan lalu Marsha duduk di sofa, dengan pandangan tetap tertuju ke meja makan, ke arah ibunya yang sedang menikmati entotan dan gesekan itilnya.

Ternyata Marsha bukan sekadar ingin menyaksikan persetubuhanku dengan ibunya. Marsha pun duduk menyandar di sofa sambil membuka belahan kimononya, kemudian mengelus - elus memeknya sendiri…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu