2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

Agak lama Tante Neni meninggalkanku. Sayup - sayup kudengar suara Tante Neni berbicara dengan seorang wanita. Pasti itu suara pembantunya.

Aku pun duduk di sofa berwarna coklat tua, sebagai satu - satu nya sofa yang berada di dalam kamar Tante Neni ini.

Akhirnya Tante Neni muncul dan menghampiriku, “Sekarang aman sudah. Dia sudah pulang ke kampungnya. Besok sore baru kembali lagi ke sini,” kata Tante Neni.

“Kenapa Tante seperti takut benar sama pembantu?” tanyaku.

Tante Neni menjawab, “Bukan takut. Tante hanya menghindari tersebarnya gossip mengenai diri tante. Soalnya si bibi itu paling suka nyebar gosip yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Sedangkan tante di daerah ini terkenal sebagai wanita yang baik dan disegani.”

“Owh begitu ya. Aku juga menganggap Tante sebagai wanita baik dan… menggiurkan,” sahutku sambil berdiri dan merangkul pinggang Tante Neni ke dalam dekapanku.

Tante Neni tersenyum dengan wajah cantiknya yang dekat sekali dengan wajahku. Lalu semakin dekat, sehingga pori - pori kulit wajahnya kelihatan jelas di mataku. Dan akhirnya tiada batas lagi ketika ia memagut bibirku ke dalam ciuman dan lumatan hangatnya…!

Cukup lama Tante Neni melumat bibirku, sampai akhirnya ia menarik badanku menuju bed lebarnya. Di situlah ia melepaskan kimono, bra dan celana dalamnya. Lalu menelungkup di atas bed, seolah ingin memamerkan betapa gedenya bokong tanteku itu.

Aku pun menghampirinya, lalu menepuk - nepuh kedua buah pantatnya yang gede itu sambil berkata, “Pantat Tante gede banget.”

Yang cuma dijawab dengan ketawa centil tanteku itu. Sementara aku berpikirf, Tante Neni berbokong gede banget gitu, pasti enak kalau kuentot dengan posisi doggy…!

Tapi Tante Neni lalu menelentang di atas bed sambil mengusap - usap memek tembem itu dengan tangan kanannya dan meremas - remas toket dengan tangan kirinya, dengan senyum yang sangat menggoda.

“Tante nggak percaya kalau kamu belum pengalaman dalam soal perempuan. Bahkan mungkin kamu sudah lebih berpengalaman daripada tante, karena duitmu yang berlimpah ruah, membuatmu bisa melakukan apa saja,” kata Tante Neni ketika aku sedang melepaskan baju kaus, celana jeans dan celana dalamku.

“Pokoknya yang terpenting bisa merasakan memek tembem yang sangat indah dan menggiurkan ini,” kataku sambil menepuk - nepuk memek Tante Neni.

Tante Neni pun merentangkan kedua paha putih gempalnya, seolah memberitahu bahwa ia ingin memeknya kujilati.

Dan memang mulutku langsung menyeruduk memeknya tanpa banyak basa - basi lagi. Lalu menjilati mulut memeknya yang agak ternganga karena kedua pahanya dipentang lebar sekali. sementara jemari tangan kiriku langsung menggesek - gesek kelentitnya yang lebih kecil daripada itil Umi Faizah.

“Oooo… ooooooh… dari cara menjilati memek aja udah keliatan… kamu udah pandai mengoral memek Don… ooooohhhh… luar biasa enaknya… elus terus itil tante Don… oooooohhhh… enak sekali… Dooonny…”

Dalam tempo singkat saja liang memek Tante Neni terasa sudah basah sekali. Sehingga aku pun tak mau mengulur waktu lagi.

Aku merayap ke atas perutnya yang kempes, meski tubuhnya montok. Lalu kuletakkan moncong penisku yang lalu dipegangi pula oleh Tante Neni, untuk menempatkan pada “sasaran tembak” yang tepat.

Lalu dengan sekuat tenaga kudorong penisku… dan… blessss… terbenam amblas ke dalam liang memek yang empuk dan hangat ini…!

Tante Neni menyambutku dengan merengkuh leherku ke dalam pelukan hangatnya, sambil berkata setengah berbisik, “Kontolmu gede banget Don… pasti mantep digenjot sama kontol segede dan sepanjang ini sih. Ayo entot sepuasmu Don… mau sepuluh set juga ta ladeni. Hihihiiiii…”

Sambil mulai mengentotnya, kusahut, “Wow… ternyata memek Tante legit begini ya?”

“Legit? Emangnya dodol?!”

“Heheheee… memek Tante sih jauh lebih enak daripada dodol,” sahutku yang kulanjutkan dengan menjilati leher Tante Neni disertai dengan gigitan - gigitan kecil, sementara entotanku mulai kugencarkan.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya Don,” ucap tante Neni, “Ooooh… Dooon… kalau begini sih tante pasti ketagihan sama kamu nanti.”

“Gampang Tante… kalau kangen sama aku tinggal call aja nanti… duuuh… memek tante ini enak banget…” ucapku terengah sambil meremas toket gedenya Tante Neni. Dan… diam - diam aku membuktikan suatu reaksi… bahwa setiap kali kusentuh ketiaknya, Tante neni mengejut - ngejut. Mungkin ketiak Tante Neni ini termasuk sangat peka baginya.

Dan aku paling suka mengeksplore bagian peka di tubuh pasangan seksualku. Maka ketika entotanku mulai gencar, kujilati ketiak kiri Tante Neni sambil meremas toket kanannya.

Benar saja. Ternyata ketiak Tante Neni merupakan bagian yang sangat peka di tubuhnya. Begitu aku menjilati ketiaknya, Tante Neni langsung menggeliat - geliat sambvil berdesah dan merintih erotis, “Ooooo… oooo… oooooohhhhh… Dooooon… oooooooh… ini luar biasa enaknya Doooon… entoooot teruuuusssss…

Tante Neni gedebak gedebuk terus sambil mencengkram sepasang bahuku kuat - kuat, seolah mau meremukkan tulang - tulangnya.

Terlebih setelah kedua tanganku sibuk meremas - remas dan mempermainkan pentil toket gedenya… bahkan terkadang kutepuk - tepuk toket yang lebih gede daripada buah pepaya itu.

Di saat lain kugigit - gigit ketiak tanteku yang memang menggiurkan ini. Terkadang juga kujilati dan kusedot - sedot ketiak yang mulai membasah dan memancarkan aroma yang merangsang nafsuku ini.

Namun pada suatu saat Tante Neni berkelojot - kelojot sambil memejamkan matanya erat - erat. Hmmm… pasti dia mau orgasme. Maka kupercepat entotanku sambil merfemas - remas toket gedenya sekuatku. Tante Neni tak peduli dengan remasanku di toketnya. Ia bahkan memekik lirih, “Dooooonnnnniiii…

Tante Neni menggelepar, lalu mengejang tegang… tegang sekali. Lalu terasa liang memeknya berkejut - kejut indah… membuatku ingin menikmatinya dengan mendiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam liang memek yang empuk tapi legit ini.

“Aaaaaaaaaahhhhhhh… “akhirnya Tante Neni menghembuskan nafasnya yang tertahan selkama beberapa detik itu.

“Kenapa tante? Sudah orgasme ya?”

Tante Neni merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu menyahut, “Iya Sayaaaang… luar biasa nikmatnya… terima kasih yaaa… “disusul dengan ciuman ketatnya di bibirku “… mwuuuuuaaaaah… !”

Aku tunggu beberapa detik, sampai muka pucat Tante Neni berdarah lagi.

Lalu aku melanjutkannya dengan entotan perlahan. Terasa liang memek Tante Neni jadi becek. Tapi itu adalah becek sehabis orgasme. Dan aku suka memek yangf bcek paska orgasme begini. Karena aku merasa telah memperoleh kemenangan, bisa membuat Tante Neni orgasme dan memeknya menjadi becek.

Tante Neni pun menyadari hal ini. Ia bertanya setengah berbisik, “Becek ya Don? Mau dikeringkan dulu memeknya biar jangan becek?”

“Iiiih… jangan Tante. Aku malah seneng ngentot memek yang sudah becek setelah orgasme gini… biarin aja…” sahutku terengah, karena sudah mulai mempercepat entotanku…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu