2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

**Part 29

Aku ingin ketawa mendengar ucapannya tadi. Bahwa ia akan “menghadiahkan” tubuhnya sebagai “bonus”, seandainya aku menerima investasinya. Seolah - olah ia ingin berbaik hati padaku.

Padahal aku masih ingat benar, bahwa dahulu waktu masih sama - sama bermukim di Bangkok, dia nyelonong ke dalam kamarku, lalu mencium bibirku dengan lahapnya. Padahal tadinya aku tak punya pikiran apa - apa padanya, mengingat Tante Huan itu teman bisnis Papa angkatku.

Tapi aku pun mengakui secara jujur. Bahwa rasa penasaranku menggila, karena aku ingin “menuntaskan” pelukanku ke arah hubungan sex. Sesuatu yang tidak ia bnerikan saat itu, mengingat aku dianggap masih di bawah umur. Padahal saat itu aku sudah menjadi cowok yang terlatih, berkat “bimbingan” Mama angkatku.

Tapi biarlah, aku takkan memasalahkan siapa sebenarnya yang “membutuhkan” pada saat ini. Yang jelas Tante Huan itu bagian dari masa laluku, yang kini sudah berada di dalam genggamanku.

DI lantai dua yang memang seolah menjadi rumah pribadiku, Tante Huan tercengang. Lalu berkata, “Wow…! Kantor ini ternyata ada private roomnya yang lebih dari sekadar suite room di hotel - hotel ya.”

Aku memeluknya dari belakang, “Apakah di sini layak untuk dijadikan tempat bercinta bagi seorang taipan dari Bangkok?”

“Hihihi… Donny lebih pantas menyandang gelar taipan. Karena jaringan bisnis Donny sudah berkembang ke mana - mana. Sedangkan aku… hanya mengandalkan duit judi,” sahut Tante Huan.

Aku masih berdiri di belakang Tante Huan. Namun tangan kananku sudah bergerak ke bawah perutnya, setelah menyingkapkan gaunnya dengan tangan kiriku.

Aku jadi ingat lagi peristiwa beberapa tahun yang lalu di Bangkok itu. Bahwa ketika tanganku sudah menyentuh celana dalam Tante Huan, tiba - tiba dia menepiskan tanganku, lalu mendorongku sambil berkata, “Jangan… jangan…”

Tapi kini, ketika tangan kananku leluasa saja menyelinap ke balik celana dalamnya. Dan… aduhai… aku menyentuh jembi yang luar biasa lebatnya…!

Kebetulan belakangan ini aku suka juga pada memek berjembvut lebat begini.

“Tante… sebelum kita lanjutkan semua ini, aku ingin pengakuan Tante sejujurnya. Apa sebabnya dahulu tante menolakku menyentuh vagina Tante? padahal saat itu Tante sendiri yang mewnyergap dan menciumiku di dalam kamarku kan? Berarti Tante sudah duluan suka sama aku.”

“Jujur… saat itu aku takut ketahuan sama papamu. Kan almarhum itu rekan bisnis sekaligus bossku. Karena beliau jauh lebih tajir daripada aku. Makanya aku jadi takut… takut ketahuan dan takut dianggap merusak anak di bawah umur. Makanya aku terpaksa menolakmu. Padahal saat itu aku sudah mulai horny Don.

“Ya iyalah. Aku jadi sering masturbasi sambil membayangkan Tante.”

“Hihihiiii… sama Don. Aku juga sering masturbasi sambil membayangkan Donny yang pada saat itu sedang - sedangnya fresh dan cute,” sahut Tante Huan yang lalu memutar badannya jadi berhadapan denganku. Kemudian ia menanggalkan gaunnya, sehingga tubuh seksinya tinggal ditutupi oleh pakaian dalam yang sangat tipis dan transparant.

Dalam keadaan yang sangat menggiurkan itu, Tante Huan duduk di atas sofa. “Bagaimana? Apakah aku masih menarik di mata Donny?” tanyanya sambil menanggalkan penutup payudaranya yang tidak bisa disebut beha itu, karena sangat tipis dan transparantnya.

Aku berlutut di depan sofa itu, sambil mengusap - usap paha putih mulusnya. “Sangat menarik dan menggiurkan. Aku serasa bernostalgia, karena akan mendapatkan sesuatu yang tidak tercapai di masa remajaku.”

Tante Huan tersenyum sambil melepaskan penutup kemaluannya yang tidak bisa disebut celana dalam juga. Karena waktu masih mengenakan benda transparant itu mataku bisa melahap bentuk kemaluan berjembut tebal itu.

“Donny masih berpakaian lengkap begitu. Sedangkan aku sudah telanjang begini,” ucap Tante Huan sambil melepaskan dasi dan jasku.

Selanjutnya aku sendiri yang melepaskan celana panjang dan kemejaku. Sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Lalu kurentangkan kedua tanganku sambil tersenyum.

Tante Huan pun menghambur ke dalam pelukanku.

Ooo, aku seolah kembali ke masa laluku. Masa ketika masih dimanjakan oleh Papa dan Mama angkatku. Masa ketika Tante Huan masih sangat muda dan mencium bibirku dengan lahapnya, tapi lalu terputus di tengah jalan ketika aku ingin beranjak ke kebutuhan biologisku.

Tapi kini aku bisa membopong tubuh sexy yang sudah telanjang bulat itu ke atas bed. Lalu menggumulinya dengan segenap kehangatanku.

Semuanya kulakukan sampai Tante Huan benar - benar siap untuk melakukan sesuatu yang sudah bertahun - tahun kudambakan.

Dan… manakala tombak kejantananku menerobos celah surgawi di bawah perut Tante Huan, terdengar suara terengah, “Doooonny… ooooohhhh… gak nyangka penismu segede dan sepanjang ini…”

Lalu aku leluasa mengentotnya sambil meremas payudara besarnya, sambil menjilati lehernya, sambil melumat bibirnya, sambil mengemut pentil toketnya… bahkan ketiaknya pun kujilati dan kusedot - sedot dengan segenap gairahku.

Tante Huan pun menggeliat dan mengelojot… meremas - remas bahu dan rambutku… diiringi rintihan - rintihan histerisnya yang berkepanjangan.

“Oooohhhh… Doooonnniiiii… ooooohhhhhh… ini… luar biasa enaknya Dooon… ini pertama kalinya aku merasakan disetubuhi yang sefantastis ini… oooohhhhh… Dooonnniiii… entotlah aku sepuasmu Dooon… aku sjudah menjadi milikmu sekarang Dooon… ooooohhhhh… entooot teruuus Doooniiii…

Aku memang lebih garang daripada biasanya. Terkadang kusedot leher Tante Huan sampai mereh kehitaman. Tapi Tante Huan justru senang dengan perlakuanku padanya. “Iya Dooon… cupangin leherku sampai hitam juga gak apa - apa. Sampai berdarah pun gak apa - apa. Enak Dooon… enaaaaak… “rengeknya sambil memejamkan sepasang mata sipitnya.

Bahkan ketika kami melakukannya dalam posisi doggy, Tante Huan minta agar aku melakukan spanking pada pantatnya.

Aku tak menyangka kalau Tante Huan suka pada sex yang hardcore. Tapi kulakukan juga permintaannya. Aku berlutut sambil mengentot Tante Huan yang sedang menungging, sambil mengemplangi sepasang buah pantatnya.

Plaaaaak… plooookkkk… plaaaaakkkkk… plooooookkkk… plaaaakkkkkk… ploooookkkk… plaaaaaaakkkkkk…!

Sementara kontolku menggenjot liangmemeknya yang sudah becek ini, karena dia sudah dua kali orgasme waktu masih dalam posisi missionary tadi.

Maka bunyi kemplangan - kemplanganku di pantat Tante Huan, diiringi oleh bunyi unik dari arah memeknya yang tengah kuentot habis - habisan. Crekkkk… setttt… crekkk… sreeeeetttt… crekkkk… srettttt… crokkkkk… sretttttt… creeekkkk… sttttt… crokkkkk…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu