2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

Part 26

Menyaksikan Imey sudah telanjang bulat, aku pun melepaskan busanaku sehelai demi sehelai, hanya celana dalam yang kubiarkan tetap melekat pada tempatnya. Aku pernah membaca bahwa lelaki paling sexy di mata wanita, adalah ketika masih mengenakan celana dalam. Bukan telanjang bulat. Jadi sebaiknya lelaki hanya telanjang pada waktu mau melakukan penetrasi.

Kemudian kuraih Imey ke atas bednya.

“Nama lengkap Imey apa sih?” tanyaku sambil menghimpit dadanya dengan dadaku.

“Imelda,” sahutnya, “Waktu masih kecil aku dipanggil Imel, tapi lidahku masih sulit menyebut Imel, lalu aku sendiri yang membahasakan namaku jadi Imey.”

“Sekarang kan sudah dewasa. Lebih keren Imel. Jadi mulai saat ini aku akan memanggilmu Imel aja ya,” kataku.

“Iya, terserah Kang Donny,” sahut Imey yang mulai saat ini akan kupanggil Imel, sesuai dengan nama lengkapnya Imelda.

Sebenarnya ada alasan kuat kenapa aku ingin mengubah nama Imey menjadi Imel. Karena aku memiliki “taman” yang namanya Mey Hwa dan biasa dipanggil Meymey terkadang dipanggil Imey juga. Karena itu supaya tidak rancu, kuubah saja nama Imey menjadi Imel.

Namun masalah nama itu tak lagi dibicarakan, karena aku sudah mulai menelungkupi Imel sambil memagut bibirnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Awalnya Imel seperti kebingungan maenanggapi lumatanku. Mungkin pengakuannya benar. Bahwa pada waktu masih pacaran dahulu, hanya sebatas cipika - cipiki saja yang dilakukannya.

Karena itu aku tak terlalu menharap “tanggapan” Imel dalam soal kissing ini. Lagian sesaat kemudian aku mulai giat meremas toket kanannya sambil mengemut pentil toket kirinya. Sehingga suhu badan Imel pun makin menghangat saja rasanya.

Mungkin detik - detik paling mendebarkan bagi Imel, adalah ketika aku sudah melorot turun, sehingga wajahku jadi berhadapan dengan kemaluannya yang berjembut tapi tergunting rapi. Sehingga aku yakin takkan ada kendala bagiku untuk menjilati memek saudara sepupuku ini.

Lalu kungangakan memek Imel, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu tampak jelas di mataku. Bahkan kelentitnya pun tampak jelas, berada di bagian paling atas dalam “kompleks” kemaluan Imel ini. Pada saat inilah kuperhatikan bagian dalam memek Imel. Sambil membandingkan dengan foto - foto memek perawan (virgin vagina) yang sering kulihat dari situs kesehatan.

Dan… aku sudah yakin bahwa Imel memang masih perawan. Tinggal 1 hal lagi saja yang belum kubuktikan… darah perawannya.

Setelah mendorong kedua belah paha Imel agar terbuka wilayah “operasi”ku, aku pun mulai menyapu - nyapukan ujung lidahku di celah yang sudah kungangakan dan berwarna pink itu.

Imel tersentak dan bersuara, “Dududuuuuh… memekku diapain Kang?”

Aku pun menghentikan jilatanku, untuk menjawab pertanyaan lugu Imel itu. “DIjilatin. Supaya basah dan licin. Agar tidak sakit pada waktu kontolku dimasukkan ke dalam memekmu Sayang.”

“Owh… memangnya Kang Donny gak jijik jilatin memekku?”

“Kalau cinta sudah melekat, tai ayam juga rasa coklat Neng,” sahutku sambil menepuk - nepuk paha Imel.

Lalu Imel terdiam. Aku pun melanjutkan aksi oralku.

Imel pun terdiam pasrah. Tapi lalu ia menggeliat - geliat sambil memegangi sepasang bahuku. “Kaaaaang… oooooh… oooooohhhhh… Kang… rasanya kok kayak melayang - layang gini Kaaaaang… tapi… ini luar biasa enaknya Kaaaang… adudududuuuuh… apalagi kalau itilku dijilatin gini Kaaaang…

Aku memang semakin gencar mengoral memek Imel. Bukan cuma menjilati bagian yang berwarna pink itu, tapi juga kelentitnya kujilati dan kuisap - isap.

Aku pun emngalirkan air liurku sebanyak mungkin ke dalam celah memek Imel yang kemerahan itu.

Imel mendesah, merengek, menggeliat dan terkejang - kejang terus. Sampai akhirnya aku merasa sudah cukup banyak kualirkan air liurku ke dalam memek saudara sepupuku itu.

Dan akhirnya, kulepaskan celana dalamku. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng berat ini tak tertutup apa - apa lagi.

Lalu kuletakkan moncong kontolku dengan cermat, pas di mulut liang sanggama Imel yang masih “malu - malu” (masih rapat dan seperti tersenyum).

Lalu dengan hati - hati namun disertai tenaga full, kudorong kontolku.

Jam terbangku dalam memasukkan kontoil kepada memek perawan memang sudah tinggi. Sehingga terasa kepala kontolku sudah membenam.

Baru “topi baja”nya saja.

Lalu kudorong lagi sekuatnhya. Uggggh… memang sempit sekali. Tapi aku berhasil memasukkan sampai lehernya.

Aku pun menghempaskan dadaku ke dada Imel.

“Udah masuk ya?” tanya Imel nyaris tak terdengar.

“Udah… tapi baru sedikit,” sahutku disusul dengan dorongan kontolku kembali dengan tenaga full lagi. Aaaaaaaaah… sedikit demi sedikit kontolku pun masuk setengahnya.

Lalu seperti biasa kutarik batang kemaluanku perlahan - lahan dan hati - hati, agar jangan sampai terlepas karena susah lagi masukinnya di liang memek sesempit ini.

Lalu kudorong lagi sambil mendesak agar masuk lebih dalam. Tarik lagi perlahan, dorong lagi semakin dalam, tarik lagi perlahan dan dorong lagi semakin dalam.

Akhirnya liang memek Imel terasa sudah bisa beradaptasi dengan ukuran penisku.

Imel pun mulai mendekap pinggangku erat - erat. Sambil menggeliat - geliat dan merintih - rintih histeris. “Kaaaaang… oooo… oooo… oooooohhhhh Kang Donny… aaaaaaah Kaaaaang… begini ya rasanya bersetubuh inmi Kaaaang… oooooh…”

“Sakit nggak?” tanyaku yang masih mengentotnya perlahan - lahan.

“Tadi ada sedikit… kayak digigit semut doang. Sekarang malah luar biasa enaknya Kaaaang…”

“Kita ini lagi apa?” tanyaku.

“ML,” sahutnya.

“Dalam bahasa sundanya apa?”

“Eeee… eweaaaan… aaaaah Kang Donny… jadi aja aku keceplosan ngomong kasar…”

“Kalau lagi beginian memang harus ngomong jorok sekali - sekali. Biar tambah merangsang eweannya.”

“Masa sih?”

“Iya. Kalau pakai bahasa halus terus, malah bikin kita cepat jenuh.”

“Ngentot juga berasal dari bahasa sunda ya Kang.”

“Iya. Asal katanya ngentod. Tapi karena banyak yang merasa kesulitan menyebut kata yang hurup akhirnya hurup D, maka jadi aja disebut ngentot. Seperti nekad malah disebut nekat. Tekad jadi tekat. Adududuuuuuh… heunceut Imel enak sekali Meeel…”

“Hihihihi… kontol Kang Donny juga enak sekali… bikin geli - geli enak begini…”

Lalu aku mulai serius menggenjot kontolku keluar masuk di dalam liang memek Imel yang luar biasa sempitnya ini.

Tak cuma mengentot liang memeknya. Aku pun menciumi bibirnya, menjilati lehernya, mengemut pentil toket kirinya sambil meremas toket kanannya yang lumayan gede ini. Sehingga Imel semakin menggeliat - geliat sambil merintih - rintih perlahan, “Kaaaang… ooooohhhh… Kaaaaang… oooooohhhh… Kaaaaang …

ooooooohhhhh… Kaaaaaang… ooooh… makin lama… makin enak Kaaaang… ooooh… Kang Donny… cintaku padamu semakin dalam Kaaaang… aku lama - lama tidak dijumpai lagi Kang… aku mau hidup di samping Kang Donny terusssss… ooooh Kaaaang… ini luar biasa enaknya Kaaaaang… aaaaaahhh…

Meski suaranya tertahan - tahan, aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Bahkan ketika keringhatku mulai menetes - netes, karena sudah cukup lama menyetubuhi saudara sepupuku ini… tiba - tiba ia berkelojotan, dengan mata melotot seperti panik. Aku pun mempercepat entotanku… makin lama makin cepat…

Lalu detik - detik paling indah pun kunikmati… bahwa ketika liang memek sempit Imel berkedut - kedut perlahan, kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir surgawiku… croootttt… croooottttt… croooottttcrotttt… crooootttttttt… crotttcrottttt… crooootttttt…

Aku memang tidak seperti biasanya, buru - buru ejakulasi. Karena aku tak mau menyiksa Imel terlalu lama. Selain daripada itu, aku pun ingin melihat darah perawan Imel.

Maka setelah mencabut kontolku darilianr memek Imel, kulihatgenangan darah sebanyak 1 sendok teh di bawah memek Imel.

“Masih perawan kan aku?” ucap Imel sambil bangkit dan tahu kalau aku sedang memperhatikan darah perawannya.

“Iya Sayang,” sahutku sambil membelai rambut Imel, “Kamu memang masih perawan sebelum kusetubuhi tadi. Tapi sekarang bukan perawan lagi kan?”

“Iya, kan sudah kupersembahkan buat Kang Donny tercinta. Ohya… Kang… kudengar dari teman - temanku, pengantin di malam pertama itu bisa sampai delapan kali bersetubuh. Betul begitu Kang?”

“Ah… itu sih terlalu berlebihan. Kita jangan ikut - ikutan seperti itu. Memekmu kan harus dijaga dan dirawat. Jangan dirusak. Biar awet… sampai tua masih enak rasanya.”

“Kalau terlalu sering bersetubuh itu bisa merusak juga ya Kang.”

“Begini,” sahutku, “sekarang aja kamu bisa rasakan sendiri, ada darah dari dalam memekmu kan? Itu berarti ada luka di dalam memekmu. Meski bukan luka yang parah, kalau digasak untuk bersetubuh dan bersetubuh lagi, bisa tambah melebar lukanya kan? Bisa juga terjadi infeksi yang lalu menimbulkan keputihan dan sebagainya.

“Iya ya.”

“Nah… aku ingin agar memekmu tetap sehat dan enak. Karena itu aku harus bersabar menunggu sampai luka itu kering dan siap untuk dientot lagi.”

“Biasanya berapa hari luka ini kering dan ready for use lagi Kang?”

“Dalam tiga atau empat hari juga sembuh Mel. Kita ambil yang terbaik aja ya. Mmm… sekitar lima hari lagi kita lakukan lagi untuk yang kedua kalinya.”

“Iya Kang. Aku sih mau ambil jalan yang paling sehat aja.”

“Ohya… ada obat yang harus diminum,” ucapku sambil mengeluarkan dompetku dari saku jaket kulitku. Kemudian kukeluarkan 1 strip pil kontrasepsi. Dan kuserahkan kepada Imel.

“Apa ini Kang?”

“Baca aja di keterangan dan aturan pakainya.”

Imel membaca keterangan pil kontrasepsi itu di secarik kertas yang ada di dalam kotak tipisnya. “Ini obat anti hamil Kang,” ucapnya sambil membaca terus kertas dari pabrik obat yang mengeluakran pil kontrasepsi itu.

“Iya. Meski kita sudah nikah, aku sih ingin agar Imel jangan hamil dulu. Supaya leluasa untuk bergerak dan bekerja. Sekalian biar panjang bulan madunya.”

“Iya Kang… aku sih mau ikuti aturan Kang Donny aja. Mmm… ini harus segera diminum ya Kang.”

“Iya, “aku mengangguk sambil melangkah ke dalam kamar mandi. Cuma ingin kencing sekalian mencuci alat vitalku yang berlepotan spermaku sendiri, bercampur dengan lendir dari memek Imel.

Setelah kencing dan membersihkan alat kejantanan, aku pun keluar lagi. Tampak Imel sedang minum pil itu.

“Ohya… pabrik bekas tempat kerjamu itu memproduksi apa Mel?”

“Pabrik garment Kang. Produksinya ya pakaian semua.”

“Mmmm… kalau Imel diserahi jabatan untuk memimpin sebuah pabrik garment baru, sanggup?”

“Sangguplah. Ilmunya sudah tersimpan di otakku dari A sampai Z, Kang.”

Aku mengangguk - angguk sambil berpikir.

“Mmmm… kita keluar dulu yok. Nyari makanan.”

“Kang Donny lapar?”

“Iya… biasanya kalau sudah begituan suka lapar.”

“DI sini juga ada makanan. Tapi malu menyuguhkannya sama Kang Donny. Karena teman nasinya sederhana sekali. Cuma sop kacang merah dan peyek.”

“Aku suka kok sop kacvang merah. Tapi aku mau mengajakmu keluar untuk memperlihatkan sesuatu. Ayo kita mandi dulu, untuk membersihkan keringat. Biar makannya nikmat nanti.”

“Ayo, “Imel mengangguk sambil tersenyum manis.

Kemudian kami mandi bersama. Saling menyabuni secara bergantian dan sebagainya. Tapi aku berusaha untuk tidak melakukan apa pun kecuali mandi sebersih mungkin.

Beberapa saat kemudian Imel sudah berada di dalam mobilku, yang kutujukan ke arah barat.

Aku akan memperlihatkan salah satu pabrik yang baru selesai dibangun itu, yang letaknya di sebelah barat kotaku. Karena rumah Imel berada di daerah barat kotaku, maka aku pun akan menyerahkan pabrik yang disebelah barat kotaku, agak keluar kota sedikit. Supaya Imel tidak merasa kejauhan dari rumahnya kelak.

“Imel bisa nyetir mobil?” tanyaku ketika sedan putihku sudah melewati batas kota.

“Bisa,” sahut Imel, “tinggal melancarkan aja. Emangnya kenapa? Mau disuruh nyetir mobil ini?”

“Hanya ingin tau aja. Memang cewek zaman sekarang harus pandai nyetir. Jangan terlalu mengandalkan sopir.”

“Iya sih. Jangan kayak aku. Ke mana - mana cuma pakai motor.”

“Gampang, kalau soal mobil sih nanti kubelikan. Tapi di rumahmu belum ada garasi ya?”

“Iya sih. Padahal di sebelah kanan rumah ada tanah kosong, yang tadi dipakai parkir mobil ini.”

“Punya mobil harus punya garasi. Jadi sebelum ada mobilnya, bangun dulu garasinya. Nanti kutransfer duit untuk membangun garasinya.”

“Kang Donny serius nih?” tanya Imel sambil memegang pergelangan tangan kiriku.

“Aku gak pernah bercanda dalam masalah penting Mel,” sahutku sambil membelokkan sedan putihku ke pabrik yang sudah selesai dibangun itu.

“Kang… bangunan itu seperti pabrik baru ya?”

“Iya. Pabrik garment yang akan kamu pimpin nanti.”

“Haaaa?! Waahh… rasa ngimpi ngedengarnya juga.”

Seorang satpam menghampiri mobilku yang sudah diparkir di halaman depan pabrik itu. Setelah aku turun dari mobil, ia terkejut dan langsung bersikap tegak sambil berkata, “Selamat sore Big Boss.”

Aku mengangguk sambil tersenyum, sementara Imel sudah berdiri di sampingku.

“Instalasi listrik sudah dipasang semua?” tanyaku kepada satpam itu.

“Belum Big Boss. Kata instalatur, pemasangan instalasi sebaiknya dilakukan setelah mesin - mesinnya ada. Supaya instalasinya bisa mengikuti kebutuhan mesin - mesinnya.”

Sambil berjalan mengelilingi pabrik yang belum aktif itu, aku bertanya kepada Imel yang berjalan di sampingku, “Masih ingat mesin apa saja yang dibutuhkan untuk sebuah pabrik garment?”

“Masih ingat smeuanya. Tapi di pabrik tempatku bekerja itu, mesin - mesin gedenya hanya mesin tenun. Untuk membuat tekstil yang akan dijadikan bahan pakaian. Supaya pabrik bisa mengeluarkan pakaian dengan bahan dan corak yang belum ada di pasaran. Lalu yang sangat banyak sih mesin jahit Kang.”

“Jadi mayoritas buruhnya tukang jahit ya?”

“Iya. Yang mengoperasikan mesin tenun sih hanya duapuluh orang. Tukang jahitnya sampai ratusan.”

“Besar mana pabrik ini ini dengan pabrik bekas tempatmu bekerja?”

“Jauh besaran dan megahan bangunan pabrik ini Kang.”

“Di sini nanti kamu akan kujadikan direktur utamanya.”

“Wow! Aku dahulu di bagian produksi Kang. Kalau dijadikan dirut… mampu gak ya?”

“Nanti aku bimbing terus,” ucapku, “sebagai seorang dirut, kamu cukup duduk manis di ruang kerjamu. Yang bekerja kan manager - manager.”

“Iya… iyaaa…”

“Sebagai seorang dirut, tentu saja kamu harus punya mobil. Masa dirut cuma naik motor bebek. Tapi bangun dulu garasinya ya. Nanti dananya akan kutransfer.”

Imel memeluk lengan kiriku sambil merapatkan kepalanya ke bahuku, “Ini benar - benar surprise buatku Kang. Aku gak nyangka sedikit pun kalau akan mendapat anugerah setionggi ini. Terima kasih Kang. Aku akan laksanakan apa pun yang diminta oleh Kang Donny.”

“Beli buku - buku tentang managemen dan leadership sebanyak mungkin ya Mel. Lalu pelajari semua buku - buku itu.”

“Siap Kang. Aku memang harus banyak menimba ilmu secara informal. Jangan sampai kalah sama manager - manager nanti.”

Beberapa saat berikutnya, aku dan Imel sudah berada di dalam restoran yang letaknya tidak terlalu jauh dari bangunan pabrik yang akan kuserahkan kepada Imel untuk memimpinnya itu.

“Nanti aku akan memasang iklan. Untuk mencari beberapa orang calon manager. Kalau buruh biasa sih pasang iklannya setelah pabrik siap untuk beroperasi aja,” kataku sambil menyantap makanan yang sudah dihidangkan.

“Iya Kang.”

“Ohya… kamu kan punya bakat melujkis juga. Nanti bakatmu bisa disalurkan untuk membuat design kain bahan pakaiannya.”

“Iya Kang. Aku punya koleksi majalah impor. Majalah yang berisi tentang corak tekstil. Tadinya aku kan ingin kuliah di seni rupa. Tapi keburu jadi buruh pabrik. Hihihiiii…”

“Sekarang amu harus menyiapkan mental dan fisik untuk menjadi seorang pemimpin. Karena nanti kamu bukan hanya akan menjadi buruh biasa.”

“Iya Kang. Mudah - mudahan aku mampu melaksanakan amanat dari Kang Donny.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu