2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

**Part 16

AHari demi hari pun berputar dengan cepatnya. Sampai pada suatu sore …

Sore itu aku menerima WA yang agak mengejutkan dari Gayatri. Isinya :- Bang Donny, maafkan aku ya. Aku mendadak harus berangkat ke Semarang karena kakak Papa sakit keras. Aku panik, jadi tidak sempat lagi ngasih tau dan minta ijin pada Bang Donny tercinta. Kalau ada waktu main ke rumah Bang. Kasian Tante Sin sendirian di rumah. Kalau ada teman ngobrol kan bisa hangat suasananya. Syukur - syukur kalau Bang Donny bisa nginep di rumah selama aku di Semarang. Doakan budeku sembuh ya Bang.

Aku sangat mencintaimu,

Gayatri -

Setelah mandi, aku pun berangkat ke rumah Tante Sin (yang kata Gayatri bernama Cynthia tapi lalu biasa dipanggil Sin saja oleh saudara - saudaranya).

Sebelum menuju rumah Tante Sin, aku menyempatkan dulu membeli oleh - oleh untuk tantenya Gayatri itu. Aku sudah mendengar dari Gayatri, bahwa Tante Sin hanya menyukai makanan yang asin - asin, tidak terlalu suka kue - kue yang manis. Karena itu kubelikan beberapa buah burger dan dua buah pizza. Barulah kemudian kutujukan mobilku ke arah rumah Tante Sin.

Hari sudah mulai gelap ketika mobilku berhenti tepat di depan rumah megah Tante Sin.

Pintu pagar besi pun terkunci. Untung ada bel di tiang tembok pintu besi itu. Kupijat tombol bel itu.

Tak lama kemudian pintu depan terbuka. Dan terdengar suara Tante Sin, “Siapa?”

“Donny Tante,” sahutku.

“Oooh… iya… iyaaa… sebentar yaaa…” sahut Tante Sin yang lalu muncul di pintju depan itu, kemudian melangkah ke pintu pagar sambil membawa serangkai anak kunci.

Lalu dibukanya kunci pintu pagar itu dan membukakan pintunya.

“Selamat malam Tante… sudah tidur?”

“Belum lah. Masa jam tujuh sudah tidur. Ayo masuk Don,” sahut Tante Sin yang saat itu mengenakan daster putih bersih namun kelihatan tipis sekali.

“Iya Tante. Sebentar… ada yang mau diambil dulu dari mobil,” kataku sambil balik lagi ke mobil, untuk mengeluarkan dua kantong plastik berisi beberapa burger dan dua kotak pizza.

“Apa ini? Lho… kok repot - repot Don. Hihihiii… Donny tau aja tante suka makanan yang tidak manis begini. Terimakasih yaaa emwuaaaah…” ucap Tante Sin waktu kedua kantong plastik itu kuserahkan padanya, disusul dengan kecupan hangatnya di pipiku

“Kan Gayatri yang ngasih tau,” sahutku agak jengah. Karena kecupannya di pipiku barusan.

“Gayatri udah ngasih tau kalau dia ke Semarang kan?” tanya Tante Sin setelah mempersilakanku duduk di ruang tamu.

“Sudah Tante,” sahutku sambil duduk di sofa ruang tamu.

“Apa dia bilang?”

“Kakak papanya sakit keras. Aku disuruh nengokin Tante, kasian Tante sendirian di rumah, katanya.”

“Iya,” sahut Tante Sin sambil duduk di sampingku di atas sofa yang kududuki. Harum parfum pun tersiar ke penciumanku. Aneh memang… suasana di rumah ini jadi terasa lain bagiku. “Tidur aja di sini ya Don. Biar tante gak kesepian.”

“Iya Tante… Gayatri juga nyuruh aku tidur di sini sampai dia pulang dari Semarang nanti.”

“Baguslah, Gayatri selalu tau pikiran dan perasaan tante. Kalau gitu masukin aja mobilnya ke garasi Don. Biar aman.”

“Iya Tante.”

Aku sudah sering bertamu ke rumah Tante Sin ini. Tapi hanya sebatas duduk di ruang tamu bersama Gayatri. Baru sekali inilah aku masuk ke dalam garasinya. Baru pertama kali ini pula aku melihat sebuah sedan sport built up Jerman berwarna silver di dalam garasi. Ternyata selera Tante Sin tinggi juga rupanya.

Setelah memasukkan mobilku ke dalam garasi yang cukup luas itu, aku diajak duduk di ruang keluarga. “Mau minum kopi?” tanya Tante Sin.

“Boleh Tante.”

“Mau apa? Americano atau espresso?”

“Kalau boleh minta double espresso aja Tante. Wah, ada coffee maker juga rupanya.”

“Iya. Almarhum suami tante kan suka minum kopi, tapi gak mau kopi tubruk. Harus pakai coffee maker terus,” sahut Tante Sin sambil melangkah ke arah coffee maker yang terletak di sudut ruang keluarga.

Tak lama kemudian Tante Sin sudah menghampiriku lagi dengan secangkir espresso yang kuminta. “Ayo diminum… tante juga mau menikmati oleh - oleh Donny nih,” kata Tante Sin sambil mengeluarkan sebuah burger dari kantongnya. “Yang lainnya mau disimpan di kulkas, untuk dihangatkan besok pagi pakai microwave.

“Iya Tante,” sahutku sambil memperhatikan perabotan yang ada di ruang keluarga ini. Membuatku serasa diilhami, untuk memiliki rumah sendiri yang dibangun dari awal sekali, dengan bentuk minimalis seperti kebanyakan rumah masa kini di negara ini. Lalu furniture dan perabotan lainnya harus mengikuti perkembangan zaman, seperti perabotan di dalam rumah Tante Sin ini.

Setelah menghabiskan burgernya, Tante Sin memegang pergelangan tganganku sambil berkata, “Sini yuk…”

Aku pun berdiri dan mengikuti langkah Tante Sin, yang ternyata membawaku ke dalam kamarnya. Kamar yang serba cantik dan kekinian. Lalu Tante Sin menunjuk ke arah dua bed yang berdampingan di dalam kamar itu. Dan berkata sambil menunjuk ke arah salah satu bed, “Nanti Donny tidur di situ ya. Tante di bed yang satunya lagi.

“Nggak… apa - apa Tante? Maksudku… tidur sekamar de… dengan Tante?” tanyaku gagap.

“Nggak apa - apa. Gayatri juga suka tidur di situ, biar ada temen ngobrol menjelang tidur,” sahut Tante Sin dengan senyum yang beda dari biasanya. Senyum yang sangat menggoda.

Tapi aku malah takut. Takut akibatnya nanti.

Memang Tante Sin cantik. Tubuhnya pun nyaris sempurna. Tinggi tegap, dengan dada membusung (mungkin karena toketnya tergolong large), bokongnya pun gede. Tapi pinggangnya kecil, mungkin karena rajin merawat badannya dengan olahraga dan minum obat khusus untuk memelihara keindahan tubuhnya. Dan yang jelas, kulitnya putih sekali, maklum dia wanita Indo - Belgia.

Kalau Tante Sin dibanding - bandingkan dengan Gayatri, mungkin Gayatri menang cantik dan jauh lebih muda. Tapi soal bentuk tubuh dan putihnya kulit, Tante Sin menang.

Lalu kami duduk di ruang keluarga lagi. Tante Sin pun duduk merapat di sebelah kiriku lagi. harum parfumnya berkesiweran di penciumanku. Membuatku bingung campur takut. Takut kalah salah jalan, lalu mengakibatkan rusaknya hubunganku dengan Gayatri. Masalahnya, mencari cewek secantik Gayatri itu susah sekali.

Memang aku tahu bahwa sejak aku sering bertamu ke rumah Tante Sin ini, aku sering melihat tatapan dan senyuman yang “menjurus” padaku. Tapi biasanya aku suka pura - pura tidak melihat apa - apa. Karena aku mendatangi rumah ini untuk Gayatri. Bukan untuk yang lain - lain.

“Donny serius sama Gayatri?” tanya wanita Indo - Belgia itu pada suatu saat.

“Sangat serius Tante.”

“Syukurlah. Gayatri itu sama sekali belum pernah pacaran lho.”

“Iya, dia bilang juga begitu.”

“Terus… sudah ngapain aja sama dia?”

“Ngapain gimana Tante?”

“Maksudnya, apakah hubungan kalian sudah melewati batas nggak?”

“Owh… gak pernah Tante. Paling juga sekadar kissing aja.”

“Baguslah. Tapi tante yakin, Donny terpaksa harus menindas perasaan ke sana kan?”

“Maksud Tante?”

“Kalau Donny cowok normal, pasti membayangkan nikmatnya ML sama Gayatri kan?”

“Aku normal tante. Tapi aku selalu mengusir pikiran sejauh itu.”

“Tapi kamu pasti tersiksa dengan menindas desir nafsumu kan?”

“Yaaa… begitulah Tante. Tapi demi kesucian cinta kami, aku fine - fine aja tuh.”

“Tante punya jalan agar kamu lebih fine lagi.”

“Maksud Tante?”

“Kalau kamu pacaran sama Gayatri, lalu nafsumu bergejolak… salurkan aja sama tante. Jadi misalnya kamu apel sama Gayatri malam hari, besoknya kalau Gayatri sedang kuliah, kamu datang aja ke sini. Biar tante redakan nafsu birahimu.”

“Hihihiii… solusinya kok aneh Tante?”

“Apanya yang aneh? Kamu tentu butuh penyaluran. Sementara tante juga sudah bertahun - tahun tidak disentuh lelaki. Kalau kamu bukan cowok munafik, kamu harus mengakui bahwa saat ini kita saling membutuhkan toh?”

“Tapi aku taku Tante…”

“Takut apa?”

“Takut hubunganku dengan Gayatri jadi rusak nanti.”

“Permainannya harus rapi dong. Kita mesti pandai merahasiakannya, jangan sampai Gayatri tau,” kata Tante Sin sambil memegang ritsleting celana jeansku.

“Hihihiii… Tante…! Mau ngapain?” ucapku sambil berusaha menepiskan tangan Tante Sin. Tapi tangan wanita itu bersikeras ingin menurunkan ritsleting celana jeansku.

Maka akhirnya aku cuma terdiam. Bahkan dengan perasaan ingin tahu, apa yang diinginkan oleh Tante Sin itu sebenarnya.

Aku jadi serba salah ketika batang kemaluanku disentuh dan digenggam oleh tangan wanita 35 tahunan itu (kata Gayatri). Dan Tante Sin berseru tertahan, “Wooow… penismu luar biasa gede dan panjangnya Dooon…! Tante jadi langsung horny niii…”

Tak cuma menggenggamnya. Tante Sin pun menurunkan celana jeans sekaligus dengan celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang baru menegang ini terbuka penuh di mata adik mamanya Gayatri itu.

Sungguh, dalam keadaan seperti ini, aku benar - benar tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Karena pada dasarnya aku tak mau menyakiti hati siapa pun. Apalagi menyakiti hati Tante Sin yang sudah lama memperlihatkan rasa sukanya padaku, meski belum pernah diucapkan secara lisan. Masalah utamanya, Tante Sin itu pengganti mamanya Gayatri yang berada di Bangkok.

Tapi… apa yang Tante Sin lakukan selanjutnya? Ia merangkak di atas sofa, dengan mulut “menangkap” penisku…!

Ya… ia mengulum dan menyelomoti penisku dengan binalnya, membuatku terhenyak, “Tante…!”

Sebagai jawaban, Tante Sin yang sedang menungging di sebelah kanannku, menarik tangan kananku ke arah bokongnya, sementara tangan satunya lagi dipakai untuk menyingkapkan daster putihnya, sehingga aku langsung bisa menyaksikan bahwa Tante Sin tidak mengenakan celana dalam. Sementara tanganku langsung ditempelkan di belahan pantat gedenya…

Spontan aku lupa segalanya, karena telapak tanganku sedang menempel di antara anus dengan kemaluan Tante Sin.

Tentu aku tahu apa yang harus kulakukan kalau tanganku sudah memegang kemaluan yang bersih dari jembut begini. Kuelus - elus kewmaluan yang terasa masih segar ini. Belum lembek, karena usia Tante Sin baru 35 tahunan. Sementara Tante Sin semakin giat menyelomoti penisku sambil mengalirkan air liurnya ke badan penisku yang tidak terkulum olehnya.

Aku benar - benar sudah lupa segalanya. Karena selomotan Tante Sin begitu cermat dan trampilnya, sehingga dalam tempo singkat saja batgang kemaluanku sudah ngaceng berat. Sementara tanganku semakin asyik memainkan kemaluan Tante Sin yang belum kelihatan di depan mataku, karena memainkannya dari atas bokong gedenya.

Beberapa saat kemudian Tante Sin melepaskan selomotannya. Lalu melepaskan cela na jeans dan celana dalamku, lalu melepaskan dasternya sendiri. Jadi langsung telanjang bulat, karena ternyata di balik daster putih itu tidak ada beha mau pun celana dalam.

Dalam keadaan telanjang bulat itulah Tante Sin duduk di sofa sambil mengangkangkan kedua belah paha putih mulusnya.

Dan aku semakin lupa daratan. Setelah menanggalkan baju kausku, sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuhku, aku duduk di atas karpet, di antara sepasang paha Tante Sin yang dipentang lebar - lebar itu. Biarlah… aku cuma berharap semoga tidak terjadi apa - apa dalam hubunganku dengan Gayatri kelak.

Kini giliranku untuk mengoral kemaluan Tante Sin yang setelah diamati dari dekat, betapa indah dan menggiurkannya. Tanpa berpikir panjang lebar lagi kungangakan dan kujilati kemaluan wanita Indo - Belgia yang tembem dan masih kelihatan rapat itu.

“Oooooh… Doooonny… akhirnya impianku mulai jadi kenyataan…! Lakukanlah apa pun yang ingin kamu lakukan, Sayang, “desis Tante Sin sambil mengusap - usap rambutku yang berada di bawah perutnya.

Aku pun semakin bersemangat untuk menjilati memeknya secara habis - habisan. Tante Sin pun merebahkan diri dengan bokong berada di pinggiran sofa. Sehingga memeknya jadi maju ke depan, memudahkanku untuk menjilatinya.

Dan aku tak cuma menjilati memek wanita 35 tahunan itu. Jemariku pun ikut bermain, untuk mengelus - elus kelentitnya, sementara jari tangan satunya lagi kuselundupkan ke dalam liang memeknya lalu digerak - gerakkan di situ.

Karuan saja Tante Sin jadi mendesah - desah sambil meremas - remas rambutku. Bahkan pada suatu saat ia berkata lirih, “Sudah Don… masukin aja penismu Sayang… tante udah ingin merasakan nikmatnya dientot oleh penis panjang gede itu.”

Tanpa banyak cing - cong lagi, sambil berdiri membungkuk kuletakkan kepala penisku di ambang mulut vagina Tante Sin yang putih dan sudah kemerahan itu.

Lalu kudesakkan penis ngacengku sekuat tenaga… uuuuughhhhh… melesak separohnya blessss …!

Tante Sin ternganga, “Ooooooooohhhhhhh… penismu gede banget Don… ini terasa sekali bedanya…”

Aku tidak menyahut, karena mulai asyik mengayun penisku, bermaju mundur di dalam liang memek Tante Sin.

Lalu kenapa gairahku jadi begini menggebu - gebunya? Mungkin karena pengalaman pertamaku dalam masalah seksual, adalah dengan Mama almarhumah. Ibu angkat yang dahulu kukira ibu kandungku itu telah memberiku kenikmatan demi kenikmatan. Untuk yang pertama kalinya aku merasakan nikmatnya liang kewanitaan seorang perempuan, adalah dengan Mama.

Kali ini pun aku merasakan itu. Bahwa menyetubuhi wanita yang usianya jauh lebih tua dariku itu adalah luar biasa nikmatnya.

Tapi pada suatu saat Tante Sin berkata, “Don… pindah ke kamar tante aja yuk…”

“Ayo…”

“Tapi kalau bisa jangan dicabut kontolnya Don. Tante ingin kontolmu tetap berada di dalam memekku. Tapi tante ingin pindah ke kamar. Gimana?”

“Iya,” kataku sambil menarik kedua tangan Tante Sin. Dan meletakkannya di tengkukku. Lalu kuangkat bokong gede wanita itu sambil berdiri tegak. Sambil memeluk pinggang Tante Sin, aku melangkah menuju kamarnya yang telah ditunjukkan tadi.

Lalu kurebahkan dia dengan hati - hati, karena dia ingin agar penisku jangan sampai terlepas dari liang memeknya. Setelah Tante Sin celentang di atas bed, kami bergerak sedikit demi sedikit, menuju bagian tengah bed luas itu.

Dalam posisi klasik (missionary) ini, aku mulai mengayun penisku kembali. Tante Sin pun menyambutku dengan rengkuhan hangat di leherku, kemudian ia menciumi bibirku disusul dengan ucapan lirihnya, “Sejak pertama melihatmu, tante sudah jatuh hati Don. Karena kamu ini tampan sekali. Akhirnya impianku jadi kenyataan sekarang…

“Iya Tante,” sahutku sambil menghentikan entotanku sejenak, “Aku akan menggauli Tante kapan pun Tante mau. Tapi aku mohon, agar hubunganku dengan Gayatri tetap utuh.”

“Soal itu sih dijamin Don. Kalau sedang ada dia, kita harus jauh - jauh aja. Jangan memperlihatkan bahwa kita punya hubungan. Ayo entot lagi…!”

Aku mulai mengayun batang kemaluanku lagi perlahan, sambil berkata terengah, “Tante… uuuugggh… memek Tante ini… enak sekali… masih sempit sekali… legit pula… oooooohhhh…”

“Tante kan belum pernah melahirkan Don. Tentu aja masihb sempit. Tapi… kontolmu juga sangat enak Donny… tante pasti bakal ketagihan nanti…”

“Gampang soal itu sih… uuuuuggggh… nanti kita bisa ketemuan di tempat lain. Jangan di sini. Takut kepergok sama Gayatri… oooooohhhh… Tante… oooooh… memek Tante ini luar biasa enaknyaaaaa…”

Lalu tiada kata - kata lagi yang terlontar dari mulut kami. Hanya desahan nafas dan rengekan erotis Tante Sin yang terdengar, berbaur dengan dengus - dengus nafasku sendiri.

Lama hal ini terjadi. Sementara aku mulai melengkapi aksiku. Karena aku pernah membaca topik tentang kejantanan seorang lelaki. Bahwa lelaki jantan itu antara lain harus pandai memuasi pasangan seksualnya.

Itulah sebabnya aku mulai menjilati leher jenjang Tante Sin, disertai gigitan - gigitan kecil, sementara batang kemaluanku semakin gencar mengentot liang memeknya.

Sehingga Tante Sin mulai merintih - rintih histeris yang terdengar sangat erotis di telingaku.

“Donny… oooooohhhhh… ini adalah persetubuhan yang paling nikmat dalam hidup tante… oooooh… ooooo… oooooohhhhh… tante sayang kamu Doooon… sayang sekaliiii… oooooohhhhh… entot terusss Dooon… entoooot teruuuuussss… entooooottttt… entooootttt …

Aku semakin bergairah setelah mendengar erangan dan rintihan histeris Tante Sin itu. Aksiku bukan hanya mengentot liang memeknya, tapi juga mulutku “membantu” di sisi lain. Setelah puas menjilati dan mengigit - gigit leher jenjangnya, mulutku berpindah sasaran. Untuk mengemut puting payudara kirinya, sementara tangan kiriku digunakan untuk meremas - remas payudara kanannya.

Semakin merintih - rintih lagi Tante Sin dibuatnya.

“Ooooo… ooooh… Doooon… Dooon… tante sudah runtuh di kakimu, sayaaaang… tante yakin, ini adalah cintaaaaa… tante cinta kamu Doooon… aaaaaah… entot terussss… entoootttt… iyaaaaa… iyaaaaa… cintaaaaa… tante cinta Donny…”

Ketika tangan Tante Sin terjulur ke atas kepalanya, kulihat ketiak kirinya terbuka. Maka dengan sigap kujilati ketiak yang bersih dan harum parfum itu, sementara tangan kiriku memainkan puting payudara kanannya.

Tante Sin pun semakin klepek - klepek disertai erangan - erangan erotisnya, “Doooon… oooo… oooooh Dooooon… ini luar biasa enaknya Doooon… ta… tapi tante udah mau orgasme Dooon… mau lepasssssss… !”

Tante Sin berkelojotan, lalu mengejang tegang… dengan perut sedikit terangkat ke atas… aku pun menancapkan batang kemaluanku, tanpa menggerakkannya lagi. Karena ingin menikmati indahnya liang kewanitaan Tante Sin pada waktu orgasme.

Ya… aku merasakannya. Liang memek Tante Sin terasa mengejut - ngejut, lalu bergerak seperti ular sanca membelit mangsanya.

Pada saat itu tante Sin terpejam sambil menahan nafasnya.

Lalu… nafasnya dihembuskan “Aaaaaaaaaahhhhh…”

Aku yang masih mendiamkan batang kemaluanku, membiarkan Tante Sin mencium dan melumat bibirku. Disusul dengan bisikannya, “Terima kasih Sayang…”

“Sama - sama Tante,” sahutku sambil mengecup sepasang pipinya, “Nanti kalau aku mau ejakulasi, lepasin di mana?”

“Di dalam aja, biar nikmat merasakan semburan air manimu Sayang.”

“Tante ikut kabe?”

“Nggak.”

“Nanti kalau hamil gimana?”

“Biarin aja. Malah tante pengen sekali hamil, mumpung umur tante baru tigapuluhlima. Kalau sudah lewat empatpuluh sih mungkin susah hamil.”

“Nanti kalau Gayatri tau gimana?”

“Tenang aja Don. Tante tau bagaimana cara menyembunyikannya nanti. Ohya… Donny belum ngecrot kan?”

“Belum Tante.”

“Ayo lanjutin lagi. Tante udah pulih lagi nih.”

“Iya Tante,” sahutku sambil mengayun batang kemaluanku kembali.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu