2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

Sepasang toket Bu Faizah memang gede, tapi tidak terlalu gede. Sehingga bentuknya masih membusung ke depan, tidak menggantung ke bawah.

Bu Faizah pun langsung meraihku ke atas ranjang besinya yang berkasur konvensional (kasur yang diisi kapuk biasa). Tak cuma meraih ke atas ranjangnya, dia pun langsung memagut bibirku ke dalam lumatan lahapnya, seolah kafilah dahaga yang menemukan oase, lalu minum sepuasnya. Setelah ciuman dan lumatannya terlepas, aku pun melorot turun sedikit, karena ingin mengemut pentil toketnya yang terasa menegang ini (pertanda horny-nya seorang perempuan).

Namun sambil mengemut pentil toket gedenya, tanganku pun merayap ke bawah. Berusaha menyhelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya, karena sudah penasaran sepoerti apa bentuk kemaluan wanita berdarah Lebanon ini. Dan aku sudah menduga bahwa kemaluannya pasti berjembut tebal sekali, seperti ramburt di kepalanya yang begitu tebal dan hitamnya.

Tapi ternyata aku salah duga. Begitu tanganku berada di balik celana dalam hitamnya, aku langsung menyentuh permukaan memek yang licin plontos, alias bersih dari jembut…!

Dan ini membuatku makin bersemangat karena sudah kebayang enaknya menjilati memek timur tengah ini.

Tampaknya nafsu Bu Faizah besar sekali. Begitu jemariku menggerayangi memek plontos di balik celana dalamnya, ia buru - buru melepaskan celana dalam hitam itu. Lalu menerkamku dengan ciuman panasnya di sana - sini. Di bibirku, di leherku di dadaku, di ketiakku di perutku dan bahkan dengan sigap ia melepaskan celana dalamku.

Seperti harimau betina yang sedang naik birahi, ia genggam batang kemaluanku dengan kedua tangannya. Lalu menjilati puncaknya, lehernya dan… happpp… ia masukkan penisku ke dalam mulutnya… lalu menyelomotinya dengan lahapnya, seolah mahluk lapar menemukan makanan lezat yang sangat disukainya.

Dan gilanya, selomotan wanita timur tengah itu begitu trampilnya, sehingga aku jadi terpejam - pejam dalam nikmat yang luar biasa…!

Oooo… baru sekali ini aku menemukan wanita yang begini agresifnya, sehingga aku pun seperti ditantang untuk mengimbanginya dengan serangan yang yang lebih agresif lagi…!

Aku tak mau ejakulasi dini dalam mulut mamanya Adelita ini. Lalu kutarik penisku dari dalam mulut wanita setengah baya itu. Kini giliranku untuk “menyerang”nya. Dengan lumatan lahap di bibir sensualnya. Dengan jilatan bercampur dengan gigitan - gigitan kecil di lehernya yang jenjang dan hangat itu.

Dan desahan - desahan histerisnya mulai terdengar, “Aaaaaah… aaaaaah… Donny… aaaaah… Dooon… aaaaaahhhhh… Doooon… aaaahhhhhhhh… Dooon… aaaahhhh… aaaahhhhhhh… Dooooooonnnn… !”

Sepasang mata bundar beningnya pun merem melek… terlebih lagi ketika aku menyedot - nyedot pentil toket gedenya yang satu dan meremas toket yang satunya lagi… ia semakin gedebak - gedebuk seperti ayam jago yang sedang bertarung di arena adu ayam…!

Cepat aku melorot turun. Dan langsung berhadapan dengan memek tembemnya yang bersih dari bulu. Ia pun merenggangkan sepasang pahanya, seolah memberi keleluasaan padaku untuk melakukan apa pun pada kemaluannya yang menyiarkan harum wewangian timur tengah ini.

Lalu kujilati mulut vaginanya yang agak ternganga itu dengan lahap sekali. Ia pun mulai menggeliat - geliat sambil berdesah - desah lagi. Terlebih setelah jemariku ikut campur pada aksi cunnilingus ini, dengan mengelus - elus kelentitnya yang tampak lebih gede daripada kelentit bangsaku.

“Oooooohhhhh… ooooh… Doooooon… Dooooooon… Doooonny… Doooon… Dooooonnnn… oooohhhh… Doooooon… Doooonnnn… Doooon… oooohhhhhh… Doooooon… Doooon… Dooooon… oooohhh… !”

Berhamburan lagi desahan - desahan erotisnya itu, sementara ketika kucelupkan jari tengahku ke dalam liang memeknya, aku menganggap liang memeknya sudah siap untuk dipenetrasi.

Maka dengan sigap kuletakkan moncong penisku di mulut memeknya yang sudah basah itu, lalu kudorong sekuat tenaga… dan blessss… langsung amblas seluruhnya di dalam liang memek wanita timur tengah itu…!

Dan ia menyambutku dengan merengkuh leherku ke dalam pelukan hangatnya… disusul dengan lumatan binalnya di bibirku.

Aku pun tak mau mengulur waktu lagi. Penis ngacengku mulai mengentot liang memek wanita setengah baya itu, dengan gerakan yang langsung lancar jaya… disambut dengan gerakan pinggulnya yang mirip gelombang samudera menuju pantai. Mirip penari perut yang sedang beraksi di atas panggung.

Gila… liang memek Bu Faizah ini luar biasa enaknya. Tidak terlalu sempit, namun legit sekali. Dan liang memek wanita timur tengah ini tiada hentinya bergerak - gerak seperti gerakan pinggul penari belly dance yang tengah beraksi di panggung pertunjukan.

Ketika aku mulai massive mengentotnya, rintihan - rintihan histerisnya pun mulai berlontaran dari mulutnya, “Doooon… ooooohhhh… saya sudah terlalu lama tidak merasakan… eeee… enaknya kontol… sekalinya dapet, panjang gede gini… oooooh… Dooooon… entotlah memek saya sepuasnya Doooon …

Memeknya pun tiada hentinya bergerak - gerak laksana gelombang ombak yang tengah berkejaran menuju pantai.

Sementara mulutku mulai beraksi, untuk menjilati lehernya yang mulai berkeringat, disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Dan wanita setengah baya itu seperti sangat menikmatinya. Terlebih lagi ketika aku menjilati dan menggigit - gigit ketiak kirinya sambil meremas -remas toket kanannya, ia tampak terlena - lena dalam arus birahi yang semakin menjadi - jadi ini.

Cukup lama semua keindahan dan kenikmatan ini terjadi.

Sampai pada suatu saat… wanita setengah baya itu bverkelojotan sambil memelukku erat -erat.

Sebenarnya aku bisa menahan diri agar jangan ejakulasi dulu. Tapi aku teringat pada Adelita, yang mungkin sebentar lagi akan datang… maka kuupayakan agar bisa mencapai puncak nikmat secara bersamaan.

Lalu… ketika ia masih berkelojotan, aku pun mempercepat entotanku. Maju mundur dan maju mundur terus dengan cepatnya.

Sehingga akhirnya kami tiba di titik puncak dari segala nikmatnya persetubuhan ini.

Dan wow… liang memek wanita timur tengah itu terasa bergerak - gerak reflex seperti gerakan pinggulnya tadi. Disusul dengan kedutan - kedutan kencang… disusul dengan bermuncratannya air mani dari moncong penisku.

Croooootttt… crooooootttt… crotcrot… crooooootttt… croooooootttt… crooootttt… croooottttttt… crottt…!

Kami sama - sama terkapar dan terkulai lemas. Dengan keringat membasahi tubuh kami.

Sesaat kemudian, kucabut penis lemasku dari liang memek Bu Faizah. Kemudian wanita setengah baya itu berkata lirih, “Sudah bertahun - tahun tidak merasakan sentuhan lelaki. Sekalinya mendapatkan, luar biasa nikmatnya. Terima kasih ya.”

Ucapan itu diikuti dengan kecupan hangatnya di bibir dan di sepasang pipiku.

Kuperhatikan tubuh mulus wanita setengah baya berwajah jelita itu sambil berkata, “Nanti setelah Adelita menjadi istri saya, pasti dia akan saya bawa ke kota saya. Ibu ikut aja ya,” kataku sambil mengusap - usap perut Bu Faizah yang masih keringatan.

“Iya. Terus pekerjaan Lita di Singapore bagaimana?” tanyanya.

“Untuk sementara ini biarkan aja dia tetap bekerja di Singapore. Karena saya butuh waktu beberapa bulan untuk mempersiapkan segalanya. Nanti Lita akan saya tempatkan di perusahaan yang baru akan dibuka sebulan lagi di kota saya.”

“Berarti beberapa hari lagi Lita akan kembali ke Singapore?”

“Iya. Dia sangat dibutuhkan di Singapore.”

“Wah… kalau Lita sudah di Singapore, sering - sering main ke sini ya. Karena saya pasti kangen terus sama Dek Donny.”

“Saya juga pasti kangen sama memek legit ini,” sahutku sambil menepuk - nepuk memek Bu Fauziah yang sedang menelentang ini. Plok… plok… plok plok…

Mamanya Adelita tersenyum manis.

“Tapi Adelita jangan sampai tau ya,” ucapnya.

“Iya,” sahutku sambil mengangguk.

Bu Fauziah turun dari ranjang besi itu. Lalu mengeluarkan dua handuk bersih dari dalam lemarinya. Yang satu diserahkan padaku, yang satu lagi dibelitkan ke badannya. Dan mengajakku ke kamar mandi yang berdampingan dengan kamarnya.

Beberapa saat kemudian aku dan Bu Faizah sudah duduk di ruang keluarga, berdampingan di atas sebuah sofa jadul tapi masih enak untuk diduduki.

Sambil menunggu Adelita datang, tiap sebentar Bu Faizah melingkarkan lengannya di leherku, lalu menciumi bibirku dengan hangatnya. Seolah gairahnya takkan pernah pudar meski sudah kusetubuhi juga.

Meski sudah mengenakan baju jubah putihnya kembali, aku pun memanfaatkan waktu luang ini dengan menyelinapkan tanganku ke jubah putih itu. Karena aku tahu kalau Bu Faizah tidak mengenakan celana dalam saat itu.

Dan sambil mengelus - elus memeknya, aku bertanya, “Bu Faizah di sini hanya tinggal berdua dengan Adelita?”

“Iya.”

“Terus kalau Adelita di Singapore, ibu sendirian aja di rumah segede ini?”

“Kalau Lita di Singapore sih ada pembantu yang nginap di sini. Sekarang kebetulan aja pembantunya sedang pulang dulu ke kampungnya.”

“Owh. Tapi di sini kelihatannya aman ya?”

“Sangat aman,” sahut Bu Faizah, “Di kampung ini tidak pernah ada pencurian. Pergaulannya pun seperti dengan saudara.”

“Ibu kerasan tinggal di sini ya?”

“Yaaahhh… mau bagaimana lagi? Rumah ini kan peninggalan ayah Adelita. Saya tidak tega meninggalkannya begitu saja. Kecuali kalau sudah ada tempat yang lebih baik, saya mau aja diajak pindah.”

Tiba - tiba Bu Faizah berkata setengah berbisik, “Itu Lita datang… !”

Aku pun buru - buru mengeluarkan tanganku dari balik jubah putih Bu Faizah. Lalu melangkah ke ruang tamu. Pendengaran Bu Faizah tajam juga. Adelita benar - benar sudah datang. Sedang melangkah di pekarangan depan sambil melihat - lihat mobilku. Cepat aku menyambutnya di ambang pintu depan.

Adelita terbelalak setelah melihatku sedang berdiri di ambang pintu depan. “Bang Donny …!” serunya sambil menghambur ke dalam pelukanku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu