2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

LOGI 2 Bagian 2

BU SISKA POV

PEMBACA YANG BUDIMAN, KELANJUTAN CERITA INI ADALAH APA YANG LANGSUNG DITUTURKAN SAAT ITU OLEH BU SISKA, SAMPAI PADA ALENIA DIATAS, AKU MEMANG MENYERAHKAN PENUTURAN DAN PENULISAN CERITA INI PADANYA. SETELAH RONDE KEDUA TADI AKU MEMINTA IBU UNTUK MENUTURKANNYA SEHINGGA MALAM ITU KAMI MELAKUKAN-NYA SAMPAI PAGI, DISELINGI KISAH HIDUP YANG IA TUTURKAN PADAKU.

Brakk!!! Sebuah suitcase seberat kira-kira dua kilogram kubanting di meja ruangan kerja suamiku. Batinku sudah bertekat bulat saat itu, apapun yang terjadi, aku tidak terima atas peristiwa ini. Bayangkan sebagai istri yang begitu setia dan penurut, ternyata selama ini, Anjing bernama Jimmy… itu telah mentah-mentah menipuku!

Aku memberikan semua yang kumiliki, warisan keluarga berupa tanah, perusahaan yang berkembang pesat, dan semua kemewahan milik keluarga kami telah kuberikan tanpa reserve kepadanya. Dan keparat itu baru kini kutahu punya simpanan dengan status yang tak tanggung-tanggung; istri ke2 dan juga Ketiga!!!

Hari itu aku benar-benar marah, menyala mataku memandangnya, kutatap ia setajam-tajam yang kubisa, aku ingin tahu apa yang akan ia katakan dengan tindakanku yang mendatangi kantor dan langsung mendobrak pintu ruang kerjanya. Ditengah riuh panik karyawannya kuusir ia dari tempat itu dan dengan entengnya kukatakan “Pergi kau dari kehidupanku, Anjing!!!

Mataku merah-menahan tangis, perempuan mana sih yang tak murka jika mengetahui suaminya ternyata menyimpan dua istri gelap selama lebih dari lima tahun dan sudah memiliki anak pula dari mereka?

Ia hanya terbengong seperti patung, mulanya ketika tadi aku mendobrak pintunya, ia sempat mendampratku juga. Tapi begitu aku menunjukkan apa isi suitcase yang kudapatkan dari rumah simpanannya itu, ia tak lagi sanggup menjawab. Kubiarkan pintu itu terbuka agar semua yang ada di kantor itu betapa aku yang sebenarnya punya hak atas perusahaan ini.

Sampai di rumah, Austin, adikku yang menengahi kami. Ia memberi nasehat untuk kami agar berdamai saja. Mulanya aku menolak, tapi setelah menimbang apa yang dikatakan oleh Austin, akhirnya aku menerima juga. Anak-anak harus diselamatkan lebih dahulu, begitu Austin menasehatiku, sehingga kupikir logis juga kalau aku memberi tenggat lima tahun bagi Jimmy untuk tetap menyandang status sebagai suami sah ku.

Sejak saat itu pula, aku aktif mengambil-alih tugas-tugas managerial di perusahaan. Dan yang jelas, perusahaan milik keluargaku berkembang pesat sejak aku menanganinya. Jimmy kularang masuk ke kantor, ia tak lagi punya hak untuk mendapatkan penghidupan dariku. Aku sudah tak mau tahu ia akan melakukan apa untuk menafkahi kedua simpanannya, dirumahku ia hanya harus bersandiwara di depan anak-anak (kecuali Rina yang sudah mengetahui hal ini) dengan berpura-pura mesra dan penuh perhatian kepada mereka.

Namun menjelang tahun ketiga sejak kami pisah ranjang, aku mulai berfantasi seksual, beberapa bulan aku sempat mengatasi bayangan-bayangan vulgar birahiku dengan cara self service. Beberapa alat bantu seks aku beli untuk memenuhi hasratku. Tapi lama kelamaan aku jenuh juga. Kuakui, sebagai perempuan normal, aku memang butuh kehangatan laki-laki.

Tapi siapa? Ketika aku berpikir untuk mencarinya aku langsung dihantui trauma kehidupan rumah tanggaku yang hancur ini, bisa saja aku membayar gigolo yang banyak tersedia di tempat-tempat khusus di Jakarta ini, tapi apa iya bisa aman dan higienis? Aku ragu sampai kemudian berpikir gila ketika suatu malam saat Budi, anak angkatku itu tertidur di sofa sehabis menonton TV aku secara tak sengaja melihat celah resluiting celana pendek yang ia kenakan masih terbuka.

Mungkin anak itu lupa menutupnya ketika keluar dari kamar mandi tadi. Naluri kewanitaanku bereaksi begitu cepat, entah tenaga apa yang menggerakkannya sehingga dengan berpura-pura mendekati, aku meraba selangkangannya. Wooow… my God! Tak kusangka, anak seumur Budi yang belum genap 15 tahun ini memiliki penis dengan ukuran yang melebihi ukuran penis suamiku!

Sesaat aku terkesima, dan ketika Budi terbangun oleh belaianku itu, aku langsung mengalihkan tangan ke kepalanya sambil menyuruhnya tidur di kamar saja. Untungnya pada waktu itu Budi tak menyadari apa yang telah aku lakukan. Aku juga berlalu masuk ke kamar dan langsung masturbasi, membayangkan si Budi bersetubuh denganku, gila!!!

Semenjak saat itu juga dengan segala kegilaanku, aku bermasturbasi secara teratur dengan menjadikan anak angkatku sebagai fantasi seksual, aku sangat menikmati kedekatanku dengannya, meski tak pernah aku berani mengatakannya secara jujur tapi setiap sentuhan fisik dengan anak angkatku itu aku selalu menikmatinya, berkhayal jika ia menindihku!

Dua tahun lebih hal itu berlangsung sampai kemudian, aku yang secara rutin mengamati perkembangannya dikejutkan oleh fakta bahwasanya Rani anak kandungku dan Budi anak angkatku itu menjalin hubungan sangat serius.

Waktu itu aku bingung, antara mendambakan Budi dalam fantasi seksualku dengan kasih sayangku pada Rani yang kutahu sangat mencintai Budi. Akupun percaya sepenuhnya, budi adalah type laki-laki yang setia. Mengamati kehidupan mereka seiring dengan fantasi seksualku terhadap Budi ternyata membuatku jadi terus berfikir antara meraih mimpiku dengan Budi atau memelihara hubungan anak kesayanganku dengannya.

Hari itu, seperti yang telah diceritakan oleh Budi sebelumnya, akhirnya aku mengambil inisiatif untuk melakukannya. Dan ternyata Budi dengan antusias mau berbagi rasa asmara dengan aku, ibu angkatnya ini. Bahkan (sesuatu yang lupa ia tuliskan dalam chapter-nya) ia pernah mengatakan jika aku lebih menggairahkan dalam bercinta, dibanding anakku.

Yang sudah diceritakan oleh Budi tentu tak lagi akan kutuliskan disini. Aku hanya akan melanjutkan apa yang terhenti oleh penuturanku tadi.

Malam itu, tiga hari sejak keberangkatan anakku, aku merasa istimewa sekali. Sejak hari pertama sebenarnya aku begitu ingin disentuh, sebab sejak seminggu sebelum berangkat ke London, Rani dan Budi “berbulan madu”. Aku sengaja meluangkan tempat dan waktu dengan cara bepergian mengurus beberapa action plan perusahaan yang telah kujadwalkan sebelumnya.

Aku mengerti, disaat akan berpisah seperti itu mereka tentu perlu keadaan khusus untuk melakukan ritual-ritual perpisahan yang akan selalu menjadi kenangan mengikat. Namun tiga hari setelah keberangkatannya, aku tak tahan lagi. Bayangan vulgar tubuh dan penis anak angkatku itu terlalu menggelitik instink seksualku.

Aku yang biasanya disentuh Budi tiga hari sekali itu merasa sangat haus saat sepuluh hari sudah ia tak menjamah kehormatanku ini. Oh ya, aku menyebut alat kelaminku adalah kehormatanku karena hanya Budi lah lelaki selain Jimmy yang pernah menyentuhku. Dan apa yang diberikan Budi jauh melebihi dari apa yang kudapat selama bertahun-tahun dengan mantan suamiku itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu