2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

(#) Huff faaahhhh… tuntas sudah sesi pertama permainan seks segitiga yang telah seminggu ini kami rencanakan, baru sesi pertama lho… hehehe…

Seketika sesi itu berakhir, aku adalah orang pertama yang paling mersakan perut keroncongan, karena sejak pagi belum sebutirpun makanan yang masuk ke perutku, dari subuh sebelum berangkat kesini aku memang tak sempat sarapan, meski menyuapi Budi pagi tadi, aku sendiri lupa makan, saking nafsunya pengen buru-buru main bertiga itu.

Jadilah aku yang pertama menuju meja makan yang tak jauh dari tempat kami bersenggama di ruang tengah villa yang luas dan berkolam renang ini. Tak kupedulikan Budi dan Hesti yang rupanya masih saling cium dan saling belai di tempat tidur samping kolam itu, dari meja makan, sambil menyantap hidangan berupa seafood yang lezat kupandangi anak angkatku meneteki susu Hesti, sahabatku yang juga dosennya itu.

Aku makan dengan lahap, sembari menikmati pemandangan mereka yang mulai saling pagut bibir, Hesti sudah menggenggam kontol Budi yang tak cukup ia lingkari dengan telapak tangannya, berusaha mengocok kontol yang mulai bangun lagi dan tegang itu, sementara Budi anakku asik menetek di susu kanan Hesti.

“Heeessssss!” panggilku…

“Yaaaahhh,” meski tak menoleh ia menyahut…

“Kgak laper lu?” tanyaku lagi

“Gak ah, gue sarapan banyak tadi pagi…” jawabnya lalu lanjut mengocok kontol Budi sembari membelai kepala anakku yang sedang meneteki susunya.

Beberapa potong udang windu dimasak dengan saus tiram sudah habis kusantap. Ingin juga sih aku segera bergabung dengan mereka, tapi selangkanganku rasanya masih kesemutan gegara ngentot sejak tadi malam sampai yang barusan. Tak kuingat berapa kali sudah aku orgasme dibuatnya, mungkin pagi ini saja sejak berangkat dari rumah tadi sudah 10 kali aku ngecrot didalam rahimku akibat hantaman kontol Budi yang bertubi-tubi dan teramat lezatnya.

Aah, kini Budi bersandar di dinding atas tempat tidur berbahan jati kokoh itu, dengan santainya ia menikmati service emutan mulut Hesti di kontolnya yang sudah sangat keras dan tegak. Beberapa saat kemudian Budi pindah duduk di sofa panjang, masih dekat kolam renang itu, kakinya mengangkang dan menjuntai kebawah, sementara Hesti bersimbah didepannya dan masih saja belum puas mengulum dan mengocok kontol Budi.

“Hooohhh ayo terus tante sedottt yang kerasss oooohhh…” desah Budi keenakan.

Mulut Hesti tampak sekali tak cukup untuk menampung separuh saja penis besar itu. Beberapa saat kemudian, mungkin Hesti tak tahan ingin segera dientot.

Budi masih tetap diposisi yang sama, duduk berselonjor dengan kaki mengangkang kearah bawah, Hesti lalu berdiri setengah membungkuk membelakangi Budi dan dengan pelan ia mengarahkan pantatnya menuju persis didepan kontol besar dan panjang milik Budi yang sudah tegang tampak keras sekali.

Blessss dan Hesti pun mulai mendesah kerasss

“Aaaahhhhh yessssss duuuhhh enaknyaaaahhhhh,” desah Hesti sambil memaju mundurkan badannya di depan Budi yang duduk santai dibelakangnya, sesekali ditamparnya pantat semok dosen akuntansinya itu.

“Iyyaaah Tanteee ooohhhh ayyooohhh tanteee ooouuhhh memek tante jepit tanteeee ennaaaakkkkkk” jerit Budi tak kalah seru.

Segelas susu dan sepiring irisan buah pencuci mulut sudah habis dihadapanku. Aku melangkah ke wastafel sambil terus melirik permainan anak angkatku dan Hesti. Kusikat gigi untuk menghilangkan bau makanan di mulut, lalu dengan segera setelah itu dengan tak sabar pula aku bergabung mendekati mereka. Memekku berasa cenat cenut tak tahan menyaksikan ekspresi wajah Hesti yang seperti orang gila menghempas hempas keras pantatnya kearah kontol Budi.

“Stop sebentar sayang… ibu mau ikutan, boleh?” tanyaku menyela keasikan mereka.

“Boleh dong ibuku sayang…” kata Budi sambil menahan laju pantat Hesti.

Posisi mereka masih tetap, Hesti setengah berdiri membungkuk kedepan, membelakangi Budi dengan memek yang masih tertancap oleh kontol anakku. Kuminta Budi bersandar di sandaran sofa, otomatis posisi nya jadi agak berbaring dengan kepala menghadap atas. Lalu aku naik ke sofa besar itu dan mengangkang tepat diatas kepala Budi, ia mengerti lalu memegang pinggulku dan menarik sedikit kebawah untuk memposisikan vaginaku menghadap persis ke mulutnya.

Budi langsung menyambar dan menyedot bibir memekku, aku mendesah, Hesti pun mulai lagi bergoyang maju mundur mengeluar masukkan kontol Budi dari arah belakang tubuhnya.

Tanganku bertumpu di dinding belakang sofa, sementara dari posisi ini tampak jelas Budi dengan antusias menjilat dan menyedoti memekku. Kutoleh ke belakang bawah, Hesti tak kalah seru maju mundur mengentotkan kontol Budi dalam memeknya.

“Aaaaaaahhhhh yessss aaaahhhh yesss yeeesss yesss yeesss oouhhh Budiiiihhhhh tante sebentar lagiiiiih keluaaarrrrrrr” teriak Hesti.

“Ayo tante keluarin yang banyak tante ayooohhh ooouuhhhh yesss”

“Ooouuuhhhh Budiiihhhh sedot memek ibbuuhhhhh buuuddddd,” teriakku tak kalah seru menikmati mulut Budi yang mempermainkan clitorisku.

Tak lama kemudian Hesti pun ambruk, orgasme yg entah keberapa belas kali itu membuatnya menggelosor ke bawah dan langsung terduduk di karpet tebal disana. Tapi Hesti tak serta merta lemas terkapar, masih dengan terduduk di karpet tebal itu ia membalik arah jadi tepat menghadap kontol Budi yang belepotan lendir memek hasil siraman banjir orgasmenya tadi.

Tak kubiarkan Budi beristirahat, segera kulepaskan vaginaku dari pagutan mulutnya dan menurunkan pinggangku jadi menunggangi pangkal pahanya. Ia paham, seketika diraihnya pinggulku, lalu saat tanganku sudah mengarahkan kontolnya kedepan memekku, Budi mengangkat pinggulnya dan blessss! Kontolnya menerobos memekku yang sudah becek itu dengan lancar!

Akupun mulai bergoyang menaik turunkan pantat menuntun kontol besar anakku menusuk-nusuk relung kewanitaanku yang tak jemu-jemunya dientot.

“Iyyaah iyyaah iyyaahh iyyahhh iyyahh oouuhhh ooowww ooohh” hanya itu yang mampu terucap dari mulutku menikmati keluar masuknya kontol Budi.

Kuteruskan entotantu sampai kira-kira 5 menit saja kemudian aku orgasme lagi! Mungkin kelewat nafsuan gara-gara menyaksikan Budi mengentoti Hesti saat aku makan tadi.

Kutekan keras pantatku agar kontol Budi makin melesak ke dasar vaginaku. Kutarik rambut dan menekan kepalanya agar ia semakin kuat menghisap puting susuku.

Disaat puncak orgasme seperti ini Budi memang sudah hafal benar kalau aku selalu ingin ia menyedot keras puting susu kiriku. Dengan begitu, orgasmeku jadi benar-benar maksimal!

“Haaaahhhhhhhhh yessssssss ibu kelluaaarrrrrrrr” teriakku mengakhirinya.

Budi tersenyum puas beberapa saat setelah menyaksikan aku muncrat, lendirku sampai terasa meleleh keluar memekku dan mengalir lewat pahaku kebawah. Aku menyingkir kesampingnya dan terduduk bersandar di sofa, lalu kucium bibir Budi dengan masih nafsu yang tersisa.

“Mau lanjut Bu?” tawarnya lagi, karena jelas kontolnya masih “belum apa-apa”.

“Tapi kamu belum makan, ibu ambilin ya?” tanyaku.

“Boleh, kalau ibu gak cape…”

“Gak say, ibu harus puasin kamu sekarang…” jawabku kemudian melangkah ke meja dan mengambil makanan untuk kusuapi pada Budi.

Hesti mengikutiku dari belakang, ia juga ingin makan rupanya, tapi hanya mengambil beberapa potong buah segar yang ia taruh diatas piring.

“Gimana rasa lendir memek gue tadi say?” tanyaku pada Hesti saat kami berjalan sambil berpelukan menuju meja makan.

“Enak, rada asin dikit, memek lu bentuknya bagus, kgak gelambir kayak memek gue…”

“Hmmm itu karena lu lebih sering ngelahirin bayi, lagian gue kan selalu operasi cesar, makanya memek gue utuh… hihihi… anyway, kata si Budi memek lu lebih njepit dari memek gue, artinya gak penting bagian luar memek lu bergelambir gitu, yang penting dalemnya masih oke sempit!” aku memuji memek Hesti yang memang diakui Budi lebih sempit dibanding memekku.

“Hahahah, tapi memek gue nggak bisa cenat cenut empot empot ayam kek memek lu Sis, itu juga kata Budi, memek lu tuh luar biasanya bisa empot-empot kek pantat ayam yang cenut cenut seperti ngeremes kontol yang lagi dijepit hehehe…”

Kami saling tertawa, Hesti menyempatkan menyedot pentil payudaraku gara-gara ia gemes melihat ukuran buah dadaku yang sangat disukai Budi itu.

Kami berdua kembali kearah Budi dan langsung menduduki pangkal pahanya seperti posisi senggama kami tadi. Budi mengarahkan kontolnya, setelah tepat, aku menurunkan pantat, kontol Budi masuk dan aku duduk, tidak goyang seperti lagi ngentot, tapi “merendam” kontol Budi dalam memekku.

Dengan posisi ini, aku leluasa menyuapi Budi makanannya, sesekali kugerakkan pinggulku untuk menjaga ketegangan kontol Budi, sementara tangannya sibuk membelai dan meremas susu besarku, kadang juga memelintir puting-puting susuku yang sensitif sekali.

Jadi dalam setiap kali suapan makanan ke mulut Budi aku menggoyang atau naik turunkan memekku satu kali juga. Di waktu yang sama dengan goyangan itu, Budi mengimbangi dengan cara memelintir puting susuku. Hesti tampak geleng-geleng dengan tingkah kami…

“Damn! Gue gak pernah bayangin lu bedua bisa sehebat gini mainnya… ide darimana Sis?” Katanya sambil mengunyah buah-buahan.

“Pokoknya lu nikmatin aja…” jawabku sekenanya. Sambil menahan gelinya kontol Budi yang mengganjal dalam memekku, serta remasan tangannya pada buah dadaku.

Seketika Hesti pindah duduk disamping Budi, diciumnya pipi anakku itu sambil sesekali ikut memainkan payudara besarku yang diremas-remas Budi, Hesti malah mengulum puting susuku, awalnya sih lembut, agak kencang, semakin kencang dan menyedot keras hingga aku histeris keenakan.

“oouufffff… enaaaakkhh Hess… terusiiinnnnn,” desahku sambil terus menyuapi makanan pada Budi.

Tangan anak itu pun kini jadi punya kegiatan lain, meremas dan membelai susuku dan susu Hesti.

“Sampai kapanpun Budi gak akan bosan sama memek dan susu ibu berdua…” katanya di sela-sela mengunyah makanan yang kusuapi.

“Makasih Bud, tante bener-bener ngerasa ini sorga! Puas puas puas super puas ama kontol kamu, main kamu, gak nyangka tante bakal dapat rejeki kontol segede ini, main sekuat ini, ihhhhh” ungkap Hesti memujinya. Sesaat kemudian, Hesti meraih tangan Budi yang tadinya membelai susuku itu dan menariknya kearah selangkangannya yang belum lagi kering dari lendir orgasmenya.

Mendengar pengakuan tulus Hesti, akupun merasa bahagia, karena saat ini sudah berhasil membahagiakan sahabat sejatiku, yang benar-benar kuanggap sebagai saudara kandungku itu.

Hesti yang dulunya menyimpan masalah berat akibat tak dapat menyalurkan kebutuhan biologisnya kini sudah bisa tersenyum bahagia, ia kuberi kebebasan ‘memakai’ Budi kapanpun ia mau.

Bagiku, membahagiakan Hesti juga adalah hal terpenting dalam hidupku, karena tanpa sahabatku ini mungkin aku takkan pernah sadar selama puluhan tahun dipermainkan oleh mantan suamiku. Tak hanya itu, Hesti juga sangat berperan dalam membantu aku mendidik anak-anakku hingga tumbuh jadi anak-anak yang cerdas, tentu karena Hesti adalah seorang pendidik.

Ada banyak rahasia-rahasia terpendam antara aku dan Hesti yang nanti akan secara bertahap kuceritakan dalam kisah ini, mungkin dalam chapter dan judul yang berbeda. Cerita ini akan jadi sangat panjang dan tak hanya mengisahkan petualangan seks Budi, aku dan Hesti, tapi juga banyak tokoh lain yang akan menyusul pada seri-seri selanjutnya.

“Semangka Sis…” kata Hesti sembari menjulurkan mulutnya yang menggigit sepotong irisan buah itu, aku menyambut dengan mulutku juga, kami jadi seperti berciuman membagi potongan semangka dengan bibir kami. Kulihat dari sudut mataku Budi melotot menyaksikan ‘atraksi’ itu. Atraksi? Ya karena tak sekedar berbagi semangka, setelah itu kami berpagutan bibir, Hesti kembali menyedot puting susuku, tangan kirinya menjulurkan jari untuk mengorek memekku yang masih ditancapi kontol Budi.

“Uuuuhhhhh eksotis bener tante…” ujar Budi yang dilanjutkan dengan meremas susu Hesti, memelintir puting payudaranya cukup keras.

“Auuuhhhh geliiiiiiii” jerit Hesti

“Habisin dulu makannya sayang…” kataku saat Budi ingin lanjut mengobok-obok memek Hesti dengan jari-jari tangannya.

“Hehehe… iya Bu, abis terangsang banget sama tingkah ibu berdua..”

“Kamu suka sayang?” tanya Hesti padanya

“Iya tentu tante, Budi mau selamanya kita bisa begini…” kata Budi sesaat sebelum melahap sesendok terakhir makanan yang kusuapi.

Habis sudah makan siang Budi, Hesti mengambilkan segelas air minum dan tissue untuknya agar Budi tak perlu mencabut kontolnya dari memekku. Ia juga membawa piring kotor bekas makan Budi itu ke meja makan.

Aku kembali bergoyang, kontol Budi masih saja tegang dan keras, aku turun naik diatas pahanya, ia pasif saja dan hanya menyusu di tokedku sambil sesekali meremas.

Hesti datang lagi mendekati kami dan minta jatah, lalu dengan tenangnya meniru gaya facesitting-ku tadi saat ia main dengan gaya yang sama dengan Budi. Dikangkanginya wajah anak itu lalu menjejalkan memeknya kearah mulut Budi. Awalnya anakku menjilat, lalu menyedot dan akhirnya menghisap cukup keras clitoris di memek Hesti yang membuatnya berteriak keenakan.

“aaaahhhhh Budii sayaaang, ibu keluaaarrrrrrrrr!!!!” teriakku melepas nikmat puncak yang entah keberapa puluh kali ini.

“Sini sis, gue bersihin meki lu…” kata hesti setelah kucabut tautan kontol Budi dari memekku.

Posisi berubah, Hesti berbaring di sofa panjang, kakinya sebelah naik ke sandaran sofa, yang sebelah lagi selonjoran ke bawah, otomatis pahanya jadi mengangkang lebar memberi ruang yang cukup untuk badan anakku yang segera menindihnya. Dengan kepala disandarkan pada senderan tangan sofa itu, dengan antusias Hesti menyambut Budi yang langsung menempatkan diri menindihnya, sementara di waktu yang hampir bersamaan aku mengangkangi wajahnya untuk facesitting dengan posisi tubuhku berhadapan dengan Budi.

“Heeehhhhhh ayo Buuddd goyang yang kuat, entot tanteee ooouuhhh yessss” jeritan nikmat Hesti mulai terdengar sebelum kemudian kubungkam dengan menempelkan memek dan pantatku ke wajahnya. Terasa lidah Hesti menjilat-jilat vaginaku dan menyedot lubang memekku.

Budi dengan santai mulai mengocok memek Hesti dengan kontolnya, sementara tangannya kiri dan kanan berpegang sambil meremas kedua buah dadaku.

“Hooohhhh ayoooohh hessss lu abisin memek guwweeehhh jillaaattt sedoott aaaahhhhhh… ayoohh buuudd remmess susu ibbuuhhhh aaahhh ssshhhh ouuuhhhh nikmatnyaaah sayaaaaang ooouuuhhhhh…” cerocos mulutku tak tahan merasakan nikmatnya remasan tangan Budi pada buah dadaku dan sedotan bibir Hesti pada memekku.

“Iyyaaahhh Buuuhhhh memmeeekk tante Hestiii juggah ennaakkk, sussuuuu ibbuh juggaaak lezzaaatttt, buddiii sennang banget ngentootttin ibu berduaaahhhh aaahhh ahhh aaahhh yesss…” suara budi setengah mendesah diiringi bunyi becek memek Hesti yang dicekoki kontolnya.

Permainan sesi kedua itu benar-benar panjang, 2 jam kami digarap dan menggarap Budi! Aku terkapar KO di kasur, sementara Hesti disikatnya habis di sofa panjang itu. Dan seperti ronde sebelumnya, Budi menyemprotkan sperma kedalam rahimku, meski entotan terakhirnya ada di memek Hesti, tapi menjelang keluar ngecrot, Budi pindah dan langsung menancapkan kontol ke memekku.

Aku dan Hesti punya ciri khas sama dalam bersenggama, kami berdua adalah type perempuan multi orgasme, aku bisa klimaks berulang ulang dalam 1 sesi permainan Budi yang biasanya berdurasi minimal 45 menit. Demikian juga dengan Hesti, kalau orgasme pertama kami tercapai dalam 15 menit, maka orgasme berikutnya semakin cepat, 10, 7 atau bahkan lima menit saja.

Sebaliknya dengan Budi, setelah klimaks pertama menumpahkan spermanya, permainan Budi selanjutnya bisa sampai 1,5 jam! Dan disitulah aku biasanya kelabakan, memekku rasanya kesemutan akibat menahan geli yang kadang kualami jika Budi tak kunjung menghentikan entotannya di memekku pasca orgasme. Dua tiga hingga 4 kali aku memang sanggup menahannya, itupun jika Budi melambatkan ritme kocokan kontolnya, tapi aku akan benar-benar tak tahan jika sudah sampai 6, 7, 8 kali orgasme!

Ini hari pertama aku dan Hesti benar-benar merasa sebagai budak seks pria muda, remaja perkasa berumur 18 tahun yang juga anak angkat serta calon menantuku itu!!! Yah! Kami memang budak seks nya! Tapi sebaliknya Budi pun mengakui kalau ia adalah budak seks kami!

Ini adalah pengalaman 3some kami yang pertama, dari sini juga tampak aku dan hesti masih saja tetap tak sanggup menghadapi keperkasaan anak angkatku itu. Buktinya, sejak awal tadi ketika kami berdua sudah terkapar lemas mengalami masing-masing 6-9 kali orgasme, Budi justru belum apa-apa. Yang ronde kedua lebih parah!

Jam menunjukkan pukul 15.30 menjelang sore ketika Budi mencapai klimaksnya yang kedua hari ini, spermanya memang terus dimasukkan dalam memekku, untuk menghamili. Tapi sebelum itu Budi menjepitkannya di memek dan buah dada Hesti. Aku langsung terkapar tergolek lemas diatas tempat tidur, hesti pun demikian, ia tergolek tak berdaya di dekatku setelah diembat habis di sofa dan pinggir kolam renang.

Kulihat ia menceburkan diri ke kolam renang setelah membuat kami terkapar. Budi rupanya ingin menjaga kesegaran badannya yang tadi penuh keringat setelah bertempur menghabisi kami berdua. Tak mengenakan apa-apa tentunya sehingga bayangan kontol besar dan panjang itu tampak samar-samar terlihat dari luar air kolam.

Hesti hanya bisa geleng-geleng melihat Budi yang dengan tenangnya seperti ‘belum apa-apa’ dengan 3some berdurasi hampir 4jam itu! Dengan semangat ia berenang berkeliling pinggiran kolam sambil sesekali melirik kearah kami berdua yang tergolek lemas.

“ampun Sis… gue gak sanggup deh… kuat banget si Budi…” kata Hesti membuka pembicaraan saat nafas kami sudah mulai tenang pasca permainan sesi kedua tadi.

“Iya… gue juga heran, kok bisa gitu… dibikin dari apa tuh kontol sudah 2 kali ngecrot tapi masih aja keras yak?” sahutku sambil geleng-geleng heran.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu