2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

(*) Aku terbangun paling awal hari itu, jam di dinding kamar itu menunjukkan pukul 5.30. Kulihat Budi dan Siska masih lelap tertidur, entah kapan mulut remaja jagoanku itu berpindah jadi menghisap puting susu Siska padahal seingatku tadi malam aku tertidur dalam pelukan Budi yang menghisap puting susuku. Ah, anak itu memang suka sekali pada payudara. Karena setiap kali bersenggama, ia tak pernah sedetikpun melewatkan acara meremas, membelai dan menghisap susuku dan susu Siska yang berukuran brutal itu!

Kubasuh wajah dengan air dingin di kamar mandi, segar sudah rasanya, kukenakan kimono tipis yang tergantung disitu dan berjalan keluar dari bangunan villa menuju arah halaman belakang tempat semalam kami ‘dihabisi’ oleh Budi.

_

Mbak Anah, pembantu rumah tangga yang dipekerjakan Siska di villa ini tampak sedang sibuk menata meja makan di teras belakang. Aku melakukan sedikit pemanasan sebelum kemudian berlari mengikuti jogging track yang ada disitu. Tiap pagi aku memang terbiasa bangun paling awal kalau di rumah, karena aku doyan berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuhku yang kini sudah memasuki usia 46 tahun.

Dan karena rajin berolah raga serta mengatur pola makan serta istirahat yang cukup itulah, metabolisme tubuhku jadi masih prima di usia yang menjelang setengah abad ini. Sama dengan Siska, bedanya ia rajin ke gym, sementara aku lebuh memilih jogging di taman kota dekat rumahku. Di usia yang tergolong memasuki senja ini, aku dan Siska sama-sama masih memiliki libido yang sangat tinggi!

Empatpuluh lima menit kemudian aku duduk di pinggiran kolam renang berbentuk lagoon itu, pakaian telah kuganti dengan bikini yang semakin menunjukkan tonjolan-tonjolan tubuhku yang pastilah akan sangat merangsang jika dilihat oleh kaum pria. 15 menit aku berenang mengitari kolam itu beberapa kali, mencoba berbagai gaya dari gaya punggung, gaya bebas, hingga kadang menyelam dan menahan nafas dalam air dengan memakai teknik yoga.

Sinar matahari menerpa tubuhku yang kini berbaring diatas sebuah matras berlapis handuk di pinggir kolam itu. Mak Anah datang menghampiriku, ia membawa segelas orange juice pesananku tadi sebelum berenang. Oh iya, aku ikutan Siska yang memanggilnya dengan panggilan Mbak, karena usianya memang sekitar 5 tahun diatas kami.

“Makasih Mbak Anah…” ujarku pada perempuan desa berpenampilan bersih dan sangat sopan itu.

“Injjih Nyonya…” sahutnya sopan sambil menunduk hormat padaku.

Siska cukup pandai dan bijak memilih orang-orang yang bekerja padanya, termasuk Mbak Anah yang kini sudah 15 tahun lebih mengabdi pada keluarga sahabatku itu. Sebelumnya ia jadi kepala asisten rumah tangga di rumah Siska, tapi sejak villa ini dibeli oleh Siska bulan lalu, Mbak Anah dipindahkan kemari untuk jadi kepala pelayan disini, semacam villa manager gitu lah…

“Duduk disini Mbak,” ajakku pada mbak Anah saat ia akan beranjak meninggalkan aku.

“Njih Nya, ada apa ya?”

“Enggak ada apa-apa Mbak, aku cuma pengin ditemanin ngobrol aja, kerjaan mu sudah kelar semua kan?”

“Njih Nyonya, sudah selesai semua, sarapan sudah siap kalau Myonya Hesti berkenan sarapan duluan, Siti sudah menyiapkan di meja makan teras disana,” ujarnya sambil menunjuk teran belakang tempat semalam kami makan sebelum ngentot di kolam ini.

“Badan mbak Anah bagus… gak terlalu gemuk, gak juga kurus, Mbak Anah olah raga?” tanyaku sesaat setelah ia kini duduk di sebelah kiriku yang berbaring. Duduknya sopan banget, saat itu ia berpakaian kebaya dengan kain jarik batik bermotif bunga dan daun, warnanya hijau tua dengan dasar putih. Atasannya kebaya brokat Jawa dengan corak senada, menonjolkan payudaranya yang berukuran kira-kira sama dengan ukuran susu Siska.

Kalau diperhatikan dengan seksama, wajah Mbak Anah cantik juga, benar-benar manis! Aku yakin, dimasa mudanya, pastilah ia kembang desa yang jadi rebutan banyak pria kaya di kampung halamannya. Di usia senja seperti ini saja, senyuman Mbak Anah masih menyisakan terlalu banyak aura kecantikannya luar dan dalam!

“Badan dan wajah Mbak Anah cantik, Mbak pasti rawat dengan teratur ya?” ujarku memujinya.

“Ahhh… nyonya Hesti bisa aja, saya sudah tua gini kok dibilang cantik? Justru Nyonya Hesti yang cantik sekali…” Jawabnya merendah

“Rahasianya apa sih Mbak? Aku pengin niru, soalnya aku sekarang sudah menjelang 50 tahun, kalau boleh aku mau tahu rahasia mbak Anah menjaga dan merawat tubuh agar tetap cantik dan menarik seperti ini…” lanjutku mengabaikan ujarannya tadi.

“Idiihhh Nyonya… nyindir saya… saya sudah 53 tahun lebih, sudah keriput sana sini, sudah kendor…” jawabnya terpotong

“Kendor?”

“Iya Nyah… sudah kendor banyak…”

“Apanya yang kendor?”

“Luar dalem nya nyah…”

“Maksud mbak?”

“Ini… sama yang ini…” katanya sambil meletakkan tangan menunjuk kearah payudara dan selangkangannya yang tertutup kain batik itu.

“Ah… aku nggak percaya… pastilah banyak pria yang tertarik mau nikah sama mbak… ya kan? Anak mbak berapa?” aku terus mengabaikan kata-katanya yang terus mencoba merendah, menolak pujianku pada penampilan tubuh dan wajahnya yang memang cantik khas wanita Jawa.

“Apalagi dulu waktu mbak masih muda, pasti jadi rebutan pria kan?”

“Hehehe… maap nyonya… jangan terlalu memuji saya… jadi malu…” ujarnya lagi.

“Ini lhooo, susumu mbaaak… bener-bener masih merangsang meskipun mbak sudah berusia 53 tahun…” sahutku sambil malah meraba permukaan dadanya yang masih dilapisi BH dan kebaya. Ia tampak kaget, tak menyangka aku akan melakukan hal sevulgar itu.

Jujur, sejak pertama kali bermain seks sejenis dengan Siska, ditambah dengan asiknya permainan 3some kemarin, aku jadi mulai merasakan tertarik pada sesama wanita! Ketertarikanku pada pria tentu tak hilang juga… jadi aku tertarik melihat sex appeal laki-laki maupun perempuan, aku senang bermain seks dengan pria dan juga saling memuaskan ala lesbian dengan sesama wanita.

“Eeeehhh nyonyaahhh… maaf…” ujar mbak Anah saat mencoba menyetop telapak tanganku yang kini bertengger di permukaan dadanya yang membusung masih dilapisi pakaian kebaya lengkap itu.

Tapi aku cuek saja, kuabaikan gerakan tangannya yang lemah, mungkin ia takut aku marah dan mengadu ke Siska. Jadilah aku sejenak mengelus permukaan dadanya. Mbak Anah diam saja…

“Mbak punya anak? Suami?”

“Iii… i… iya Nyah… anak saya tiga, dua perempuan, 1 laki…” jawabnya, ia tak mencoba menyetop gerakan tangan kananku yang kini merabai pinggulnya.

“Pinggang mbak bagus…”

“Nyaaah…” ia mendesis, matanya mendelik menatap kearah tanganku.

“Pantat mbak juga besar dan kelihatan seksi… pasti suami mbak suka banget ngentotin ya?” aku mulai vulgar… mbak Anah semakin kaget dengan kata-kata itu. Tapi ia tetap coba menjawab.

“Eeee eee eee anu Nyah, saya sudah lama menjanda…”

“Whaaatttt? Appaaahhh? Kenapa?”

“Iya nyah, suami pertama saya meninggal, suami kedua saya kawin lagi, saya dicerai…”

“Oooh? Bodoh bener laki itu… jadi mbak Anah sudah pernah 2 kali berkeluarga?” tanyaku

“Iiii.. iya Nyah…” mbak Anah masih merasakan geli dan canggung saat tanganku kembali meraba dadanya, kali ini malah telapak tanganku berlusaha menerobos Bhnya dari arah celah belahan leher kebaya itu.

Mbak Anah pun tampak memejam saat tanganku akhirnya berhasil mencapai susunya. Ternyata benar, ukuran susu mbak Anah memang besar sekali! Mungin lebih besar dari punya Siska!

“Maa… ma maaf Nyaah… nanti dilihat Nyonya besar…” katanya tergagap sembari mencoba memandang kearah seputar tempat itu. Mungkin ia ingin memastikan tidak ada orang yang menyaksikan tingkahku yang sedang “mengerjainya”. Uniknya meski terus menampakkan rasa khawatir ketahuan, mbak Anah tak sedikitpun menampakkan penolakan atas apa yang aku lakukan…

“Tenang Mbak, bosmu lagi tidur, kecapean disikat sama si Budi semalam, sampai 20 kali orgasmenya… upss…” aku keceplosan… eh, tapi wajahnya biasa saja, ah pasti mbak Anah sudah tahu hubungan antara Siska dan anak angkatnya itu, dan pastilah ia juga sudah tahu apa yang kami lakukan semalam. Pasti juga karena subuh tadi ia dan Siti membersihkan ruang tengah di sisi kolam indoor itu, mereka tak mungkin berpikir selain pesta seks saat melihat celana dalam serta BH ku dan perlengkapan pribadi Siska yang belepotan sisa lendir sana sini tercecer, termasuk bercak-bercak lendir kami dan sperma Budi di kasur yang berantakan itu.

“Hmmm… mbak Anah gak pernah pengen punya suami lagi?”

“Ngg… nggg, gak tau Nyah… saya gak mau mikirin itu, takut sakit hati lagi…”

“Gak pernah pengen beginian?” tanyaku sambil membuat simbol ngentot dengan tanganku.

“Hmmm… anu nyah anuuu, siapa yang mau sama saya…?”

“Yaaak ampun mbaaaakkk, mbak tuh cantik dan masih menarik lho”

“Ah nyonyaaa… mana mungkin, saya kan sudah tua nyah…”

“Kalau aja aku pria nih mbak, pasti kuperkosa mbak sekarang!” ujarku membuatnya melotot dengan mimik cukup lucu.

“Hihihihihi… nyonya lucuu…” katanya mulai bisa tertawa lepas… maka cairlah susana itu. Aku sudah tak lagi merabai badannya seperti tadi. Balik terduduk sambil meminum juice yang dibawakan mbak Anah tadi.

Beberapa saat kemudian kami sudah akrab, seperti orang yang sudah lama kenal. Mbak Anah kuminta menemaniku sarapan, kuminta juga ia tak canggung ikut sarapan bersama denganku, meski tadinya ia ingin duduk di lantai seperti yang biasa dilakukan pembantu terhadap boss nya. Kukatakan pada Mbak Anah bahwa Siska dan aku adalah sahabat sejak kecil, dan kami sudah seperti saudara kandung.

Maka sarapanlah kami berdua, kuminta ia duduk persis di sebelahku. Mbak Anah bercerita panjang lebar tentang kisah hidupnya dulu di desa. Dari sejak ia gadis, jadi rebutan para pria kaya disana, hingga perceraiannya dengan suami kedua yang membuatnya trauma berhubungan dengan laki-laki. Sejak itulah mbak Anah memutuskan untuk merantau jauh dari kampungnya, meninggalkan anak-anaknya yang semua sudah mandiri dan berkeluarga.

Beruntung ia ketemu Siska, perempuan kaya raya yang kini jadi boss nya itu. Bekerja di keluarga Siska membuat Mbak Anah betah, karena semua anggota keluarga itu benar-benar memperlakukannya dengan sangat terhormat, tak seperti pembantu, tapi seperti keluarga. Anak-anak Siska, termasuk Budi pun memanggilnya Bude, bukan mbok, atau bibi seperti umumnya orang memanggil pembantu.

Mbak Anah juga curhat dengan jujur padaku bahwa sebenarnya ia masih sering dilanda keinginan atau nafsu birahi, dulu malah, ketika usia nya masih empatpuluhan tahun ia terbiasa menyalurkan birahi yang masih membara itu dengan cara mencolok-colok memek dengan jari tangannya saat mandi atau ketika sulit tidur.

Ia menghentikan kebiasaan itu setelah bekerja di keluarga Siska, kesibukan sehari-hari sebagai PRT di rumah sahabatku itu membuatnya seakan lupa dan tak pernah lagi bermasturbasi. Terkadang memang nafsunya muncul saat dengan tanpa sengaja mendengar desahan-desahan Siska yang sedang memadu kelamin dengan anak angkatnya itu, tapi cepat-cepat ia alihkan dengan cara melakukan pekerjaan apa saja, entah cuci piring atau menata tanaman di kebun kecil seputar rumah Siska.

Saat pertama kali mengetahui hubungan seks antara Siska dan Budi, Mbak Anah sangat terkejut, tak disangkanya bossnya itu ternyata memiliki libido yang tinggi juga. Terbukti sejak ditinggal Rani anaknya kuliah ke Inggris, Siska dan Budi main seks sampai 4-6 kali sehari. Mbak Anah tahu itu dari keadaan kamar Siska atau kamar Budi yang ia bersihkan rata-rata 4-6 kali sehari!

Sambil tertawa ringan mbak Anah terus bercerita padaku, diselingi tangannya yang dengan cekatan membersihkan dan merapikan kembali meja tempat kami makan. Hubungannya dengan Siska sudah layaknya seperti hubungan adik dan kakak, di waktu luang Siska kadang mengajaknya menanam pohon-pohon bunga di taman belakang rumahnya, Siska tak ragu ikut berkotor kotor mengurusi taman rumahnya bersama Mbak Anah.

Sering juga mereka duduk berdua di sebuah sawung yang terletak di ujung taman rumah itu, ngobrol ringan sambil bicara tentang keadaan anak-anak Siska. Bosnya itu pun sering juga menanyakan keadaan anak-anak mbak Anah, bahkan sudah beberapa kali mbak Anah diberinya tiket pesawat dan uang yang cukup banyak untuk pulang kampung menengok cucu-cucunya.

Kupandangi tubuhnya dari arah belakang saat ia menata piring-piring yang baru selesai dicucinya. Dari arah belakang begini, tubuh mbak Anah benar-benar seksi! Pantatnya besar menggelembung, samar-samar tercetak pinggiran celana dalamnya dibalik batik bermotif bunga dan daun hijau muda itu.

“Mbak Anah pantatnya seksi…” kataku sambil tiba-tiba memeluknya dari belakang.

“Eeehhh Nyonyaaaah…” ujarnya sedikit kaget, tak menyangka kalau tangan kiriku meraba pantatnya dari luar kain jarik yang ia kenakan, sementara tangan kananku memeluk dengan telapak berusaha menyusup ke balik BH perempuan kampung bersusu besar itu.

“Mbak Anah pasti sudah lihat kami main bertiga semalam di kolam itu kan?” tanyaku disela-sela aktifitas nakal tanganku yang kini sudah menggenggam buah dadanya.

“Iiii iii iiya Nyah…” katanya tergagap.

“Gimana perasaan mbak Anah?”

“Ehhh… sa sa say saya malu Nyah… masa harus cerita?”

“Gak apa, aku cuma mau tahu perasaan mbak, gak terangsang?”

“Eeee eee eehhh gimana ya nyah?… jujur saya terangsang juga, apalagi waktu lihat dari jauh den Budi nga… nga nga nganuu ibunya, trus nyonya besar… mmm… mmmmm… ah saya malu ngomongnya Nyah…”

“mmm apa mbak? Jangan malu… ngomong aja…” kataku sambil mulai memelintir puting susu mbak Anah, rupanya ia sudah horny, tandanya puting itu mengeras dan terasa tegak berdiri sekarang.

“Anu nyaahhh… eh malu.. ee ee ee sa sa saya lihat nyonya besar ji ji ji jiilat… itu iii itu iii it… anunya nyonya Hesti…”

“Trus perasaan mbak gimana?” kucoba menarik kain jarik itu keatas, lalu menyelipkan dua jariku kebalik celana dalamnya. Hmmm… memek mbak Anah sudah basah, artinya ia sudah terangsang berat!

“Eeee eee aaahhh Nyaah, anu saa sa saaya diapain??? Gelii Nyaah”

“Jawab dulu pertanyaanku mbak, perasaan mbak gimana waktu ngeliatin memekku dijilatin nyonya besarmu?”

“Eeeuuhhhhh… teee tee teeerangsaang nyah… waktu itu saya langsung lari ke belakang, batal mau bersihin ruang tengah…”

“Teruuuss? Mbak ngapain setelah itu???”

“Ssssshhhhh aaahhhhhh Nyaaahhhh geliiiiii… mmm itu saya di di di obok obok… ampuun Nyonyaaah” ia mulai menjerit. Memeknya yang terasa tak berbulu sama sekali itu sudah pula membanjir, mengeluarkan lendir yang banyak!

“Ssssshhhhh sss sss saya cu cu cuma ngintip dari jauuh Nyaah.. aah nyonyaaah sssssshhh shhhh sa saa saa saaayyaaah gak tahaaan nyyaaaahhhh… sssshhhh su sudah la la lama gaaak be beginaaan aaahh”

“Gimana? Enak kan?” tanyaku sambil terus mencolok colokkan dua jariku kedalam memek perempuan desa berwajah manis dengan body semok meski telah berusia 5 tahun lebih tua dariku itu. Seketika saat kupercepat kocokan tanganku, tiba tiba mbak Anah mengejan, tubuhnya tegang dan mendadak kaku, pahanya menjepit tanganku.

“Aaaaaaahhhhhhhhh Nyoooo nyaaaaa ssssshhh sss saa saaa saaa ya keluaaarrrrrrr aaaaahhhhhhhh” ia menjerit keras!

Kuremas keras susu mbak Anah untuk memberi efek maksimal baginya menikmati momentum puncak nikmat orgasme itu, ini Budi yang ngajarin, kata dia, perempuan akan sangat senang kalau diremas susunya saat menggapai puncak. Dan benar, akupun selalu diperlakukan sama oleh anak angkat Siska itu. Jadi kutancapkan erat dua jariku di memek mbak Anah, dan kuremas susunya dengan keras.

Hingga beberapa saat, mbak Anah lemas setelah orgasmenya sempurna ia raih. Lalu perempuan desa yang sebenarnya bertubuh tak kalah seksi dengan istri pejabat itu dengan malu-malu meminta ijin untuk beristirahat. Akupun melepas pelukan dan cengekeraman jariku di seputar memeknya yang sekarang benar-benar becek cek cek!

“Puas mbak?”

“Iiihh iihh iiiya nyonyaaahhhh…” ucapnya malu-malu, masih dengan nafas tersenggal-senggal seperti orang yang baru saja berlari dikejar anjing galak!

“Enak kan?”

“Hu uh… nyaah, maaf…” mbak Anah mengangguk dan tertunduk dengan segurat senyum tipis, wajahnya tampak semakin manis saat tersipu begitu.

“Jangan malu mbak, kita sama-sama perempuan, sama-sama butuh pemuasan seks, mulai sekarang mbak jangan sungkan sama aku atau Siska, kalau mau seperti tadi lagi, bilang aja ya? Nanti aku bicara sama bosmu, dia pasti juga senang lihat mbak Anah bahagia.

“Ja ja ja jangan nyaah, nanti nyonya bisa marah…”

“Gak ah, aku tahu Siska bosmu itu, dia orang sangat baik sama kalian semua…”

“Tttt tttt ttaaa taapi say saya malu Nyah…”

“Gak usah malu… sesekali pasti Siska juga minta dijilatin memeknya sama mbak Anah kalau pas gak ada aku atau Budi…”

“Ah nyonya bisa aja…” jawabnya masih sambil menunduk. Dasar perempuan desa yang polos, aku merasa kasihan, diusia sesenja ini dia ternyata belum pernah mendapat pemuasan birahi hingga tuntas seperti yang barusan ia alami. Dari penuturannya tadi, kutahu mbak Anah cuma sempat menikmati seks beberapa tahun saja saat dengan suami pertamanya hingga ia jadi punya 3 anak.

Beberapa saat kemudian, walau bertahap, ia pun tak lagi malu bercerita tentang ukuran penis suami pertamanya yang lumayan besar, mainnya juga cukup kuat, tapi sayang umurnya tak panjang.

Sayang, suami kedua yang ia nikahi ternyata cuma lelaki pecundang yang ingin mendapat kepuasan seks saja darinya, masih menurut cerita mbak Anah, suami keduanya tidak punya kontol sebesar milik suami pertamanya, mainpun seperti ayam, 2-3 menit sudah crot. Hingga mbak Anah tak pernah berhasil hamil olehnya.

Curhat mbak Anah terhenti saat kini giliran aku yang horny, segera kutelanjangi diriku di hadapannya yang masih bersimpuh di lantai dengan kain jarik dan kebaya yang sedikit awut-awutan gara-gara ulahku tadi.

“Mbak Anah pernah ngemut kontol?”

“Ngg… nggak… nyah…”

“Tapi pernah lihat perempuan dijilatin memeknya, atau pria diemut kontolnya kan?”

“Iiii iyya nyah, saya sering lihat den Budi ji ji jilatin anunya nyonya besar, hmmmm dan semalam juga saya lihat punya nyonya Hesti dijilatin sama den Budi dan ndoro nyonya…”

“Nah, mbak mau coba jilatin ini?” ujarku melirik kearah selangkangan sembari melepas celana dalam dan duduk mengangkang persis dengan memek menghadap persis ke wajah nya.

“Iiii iii iii iiya nyah… se se sebenarnya sa sa saya penasaran ma ma mau juga nyo nyo nyoba itu…” sahutnya mulai yakin dan tanpa malu-malu mendekatkan wajahnya kearah memekku yang kini tersaji persis di depan wajahnya. Mulutnya membuka…

Lidah nya terjulur, mulai menyentuh memekku bagian bawah, ia belaikan lidahnya dari lubang dibagian bawah memekku lalu pelan pelan bergerak ke atas sampai menyentuh klitoris…

“Ooouuuhhhhhh mbaaaaaakkkkk… enaaakkkk… kena itilku mbaak.. ouuuuhhhh!”

Jadilah kini mbak Anah menservice memekku, meski baru pertama kali melakukannya, mbak Anah cepat belajar dari hasil mengintip kami semalam. Ia dengan cekatan meraih buah dadaku dan membelai, juga meremas remas pelan, tak lupa ia juga memelintir puting susuku.

“Iyyaaahhhhh mbaaaaakkkk pinteeerrrr ennaaaakkkk mbaak Anah pinterrrr teruuuss jilat memekku mbaaaakkkkk!!!”

Aaaahhhhh… jilatan perempuan desa ini ternyata tak kalah lihainya dengan cara orang kota seperti kami dalam memuaskan pasangan! Terasa sekali gerakan lidahnya yang membelai-belai dinding luar vaginaku itu sangat melenakan, apalagi ketika ia menyelingi jilatannya dengan menyedot kedua belah bibir memekku bergiliran kiri kanan, dan menarik-narik daging tebal nan lembut itu dengan mulutnya yang menyedot kuat, kulihat memekku seperti permen karet yang ditarik-tarik melar…

_

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu