2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

LOGI 3 Bagian 7 NGENTOT BERTIGA (3 some) Aku, Bu Siska & Bu Hesti BUDI POV M

ataku masih belum terbuka benar saat samar-samar kulihat seorang perempuan paruh baya bersusu mirip pepaya Solo itu tengah asik mengulum kontolku yang ternyata sudah mulai tegang.

Kucoba mengingat dimana aku saat ini… aah iya, ini di villa milik ibu, dan aku tadi tertidur cukup nyenyak dan sangat lelap akibat kelelahan melayani dua orang perempuan berumur lebih tua ibu kandungku, Bu Siska yang kini jadi ibuku, calon ibu mertuaku dan Bu Hesti yang juga dosenku. Pelan-pelan aku tersadar dan membuka mata penuh, Bu Hesti adalah perempuan paruh baya yang kini sedang asik menyemoti, mengulum dan menyedot kontolku, matanya melirik kearah wajahku, segurat senyum nakal dari dosen binal itu tampak saat menyadari aku sudah terbangun dan membuka mata.

“Ibu kemana tante?” tanyaku sambil membelai rambut Bu Hesti yang tengah asik mengulum kontolku. Sejenak ia melepaskan kulumannya dan menjawab…

“Eh… sudah bangun kamu rupanya, tadinya tante mau perkosa kamu yang lagi tidur! Hihihi… gagal deech… tuh ibumu di teras belakang, nungguin kita, mau makan malam katanya…”

“Oooooh… tante mau lagi?”

“Iya nih Bud, boleh kan? Waktu bangun tadi tante lihat kontolmu setengah ngaceng, tante jadi horni, boleh ya? Paling juga 5 menit aja tante sudah keluar…” pintanya sedikit memelas setelah melihat kontolku yang kini jadi super keras!

“Boleeeehhhh” jawabku singkat dan langsung menunggingkan pantat Bu Hesti, kutempatkan diri dibelakangnya dan tanpa perlu menjilat memeknya aku langsung mencoblos. Benar dugaanku, memek dosen akuntansi itu memang sudah becek, seperti biasa kalau ia sudah horni ingin dientot, memeknya pasti basah sangat!

Segera kuberi genjotan yang awalnya pelan, tambah kecepatan, tepuk pantatnya, kocok makin cepat, tekan lebih kuat saat kontolku menusuk sampai mentok ke dasar rahimnya, dan yesss!!!

“Aaaaahhhhhhhhh Budiiiihhh Tante kelluaaar akkuuhhh ngecroootttttt aaaahhhhhhhh ennaaaakkkkk!!!” Teriaknya panjang lalu tersungkur ambruk di kasur itu.

“Heeeehhhh kalian pada belum laper?” suara ibu tiba-tiba terdengar dari arah belakangku.

“Hihihiiiii, sorry sis… maklum penganten baru… pengennya ngeweeek teruuussss” Bu Hesti yang menyahut

“Hahahah lu udah bisa ngomong ngewek! Ngentooootttttt noon!”

“Iya ngentot, ngewek, memek gue gatheeellllll!!! Pengen dientot!! Mau diewek terusss ama kontol anak lu!!!”

Ibu rupanya jadi ikutan horny, kelihatan dari matanya yang memelototi kontolku yang masih saja gaceng! Dia mendekati kami, sampai di pinggir tempat tidur, masih dalam keadaan berdiri, ibu menaikkan 1 kakinya, ujung bawah lingerie nya otomatis terangkat dan menunjukkan pemandangan seronok berupa memek berjembut itu kepadaku!

“Giliran ibu nih yang minta diservice kamu sayang” pintanya padaku. Tentu aku juga senang, dengan cepat aku berdiri di hadapan ibu, tangan kiriku memegang ujung kontol, kutempelkan ujungnya persis di bibir memek ibu yang sudah siap menerima masuknya kontol besarku.

Aku mendorong, sreeepppp blessss!!!

“Ahhhhhh!” jerit ibu yang langsung membekap kepalaku diantara buah dada besarnya.

Aku langsung mengocok maju mundur, mulutku sibuk menyedot susu besarnya, tanganku merangkul bahu dan pinggangnya, berpegangan agar posisi tubuhku tetap mantap bisa memaju mundurkan pinggul untuk mencolok-colok memek ibu dengan kontolku. Sama dengan Bu Hesti, 7 menit saja ibu sudah melepas…

“Aaaaaauuuuuhhhhhh ibu keluaaarrrrr keluaaarrrr keluaaarrr oouh yesssss… sayaaang!” teriaknya mengakhiri sesi ‘ngentot dadakan’ itu.

Segera setelah membersihkan kontol yang belepotan lendir Bu Hesti dan ibuku, aku memakai celana kolor pendek, tanpa celana dalam, tanpa baju. Kuikuti langkah ibu yang dengan gontai menuju bagian belakang villa yang luasnya minta ampun.

Bu Hesti sudah disana, memakai lingerie tipis berwarna putih susu, transparan, hingga tampak samar-samar puting payudara dan memek membayang dibalik busana seksi yang ia kenakan. Demikian pula dengan ibu, lingerie berukuran mini itu seperti tak sanggup menampung ukuran buah dada dan kemontokan tubuhnya.

Kamipun makan dengan lahap, kusantap hampir semua hidangan yang dimasak oleh Bude Anah, demikian aku memanggil chef (kepala juru masak) villa itu, karena ia lebih tua dari ibuku, Bu Siska. Meski kami bertiga makan dengan lahap, tapi suasana makan malam itu tampak riang dan sangat meriah, terbalik dari tema dekorasi lilin yang menghiasi meja makan besar itu yang cocoknya untuk sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Tapi kami bertiga malah makan sambil tertawa-tawa bercanda ngolor ngidul, ibu bercerita tentang hal hal lucu di kantor, aku dan Bu Hesti juga begitu, kadang ibu yang ngakak habis mendengar penuturan Bu Hesti yang menceritakan kekonyolan kami saat horny dan main di toilet tempat parkir kampus, dimana saat itu kami hampir terpergok Dekanku bernama Bu Farida yang curiga melihat pintu mobil Bu Hesti yang terbuka sementara tak ada orang di dalamnya.

Selesai makan malam aku menuju kolam renang diluar halaman belakang villa, kolam itu berbentuk laguna yang luasnya tak kurang dari 700 meter persegi. Aku menceburkan diri disana dan mulai berenang. Awalnya cuma aku sendiri yang berenang, tapi kemudian tak lama setelah itu Bu Hesti dan ibuku muncul dengan cuma mengenakan handuk.

Betapa kagetnya aku saat mereka melepas handuk yang membelit tubuhnya, ternyata ibu dan Bu Hesti tak mengenakan apa-apa lagi, mereka berenang dengan bugil!!!

“Haaahhhhh tante??? Ibbuuuhhh??? Kan ada Bude Anah, gak takut dilihat?” Kataku setengah berbisik sambil berenang mendekati ibu, aku memeluknya dari belakang dan meraih kedua buah dadanya. Tentu di dalam air. Namun meski begitu tetap saja orang akan melihat dengan jelas kalau kami telanjang bulat karena lampu kolam itu cukup terang menyinari bawah air.

Aku baru sadar kalau ini agak aneh, bukankah waktu kami makan malam tadi Bude Anah dan Siti serta seorang lagi pembantu di villa itu membersihkan ‘sisa-sisa’ pesta seks kami di ruang tengah? Apakah ibu tak khawatir mereka akan tahu apa yang kami lakukan? Hei, celana dalam, tissue bekas sperma, sprei yang penuh bercak lendir kelamin tercecer disana sini juga!

Batinku… lebih baik aku nikmati dua tubuh bugil yang saat ini sedang kukorek-korek memeknya, kami berhadap-hadapan, tangan kiriku mengorek memek Bu Hesti, tangan kananku mencolok colok memek ibu. Sementara mereka saling sedot lidah di depanku! Tangan-tangan mereka berebut menggenggam dan mengocok-ngocok kontolku dibawah sana, seret…

karena dilakukan dalam air, jadi tangan-tangan berjemari lentik milik kedua perempuan paruh baya itu cuma bisa menggenggam dan sesekali membelai halus permukaan batang penisku yang tentu saja masih tegang karena sejak bangun tidur tadi memang belum sempat orgasme meski telah ngentotin dua memek itu bergiliran.

Bu Hesti melepaskan jari telunjukku dari jepitan memeknya lalu berenang menjauh dari aku dan ibu. Rupanya ia ingin mengitari pinggiran kolam.

“Ibu ada ide Bud…” ujar Bu Siska menatapku

“Gimana kalau kontolmu masukin ke memek ibu diluar air dulu, setelah masuk, kamu gendong ibu dalam air lagi,” lanjutnya

“Boleh juga Bu, tapi kan seret gak bisa digenjot…”

“Ya jangan digoyangin, biarin aja kontolmu didalam sini, kita main di bagian atas…” lanjutnya lagi kemudian ia berenang kearah pinggir kolam sambil menarik tanganku kesana.

Di pinggir kolam memang tak terlalu dalam, airnya cuma sebatas persis dibawah memek ibu, aku mengerti apa yang diinginkannya. Segera kutempatkan diri persis berhadapan dengan ibu, ia lalu mengangkat sebelah kakinya, tangannya meraih kontolku untuk ia masukkan ke memeknya yang otomatis menganga lebar akibat kakinya yang mengangkang sebelah keatas.

Dan saat kontolku sudah masuk dengan sempurna kedalam memeknya, dengan sedikit agak meloncat kecil ibu membelit pinggangku dengan kedua paha dan kakinya. Posisiku jadi seperti menggendong, dengan kontol yang menancap erat di memeknya, tidak berat karena di dalam air. Dimintanya aku berjalan agak ke bagian tengah kolam hingga sekarang permukaan air sudah jadi sedikit dibawah susu ibu.

Kami berciuman, tanganku memeluk punggung ibu lewat bawah ketiaknya, wajah kami yang berhadapan itu memungkinkan ibu melumat bibirku. Mulailah kami berciuman dengan ganas tanpa menggerakkan alat kelamin kami yang bertaut di dalam air.

“Wooowwwww kereeeennnnn!” ujar Bu Hesti menyaksikan adegan kami itu. Seketika ia berenang mendekat ke arah kami yang sedang asik mengadu bibir, saling sedot lidah dengan sesekali aku turun menjilati leher jenjang ibu.

Bu Hesti tiba di belakangku dan langsung menjilat leherku dari bagian samping, mengarah ke titik pertemuan bibirku dan Bu Siska, lalu tangannya memeluk kami berdua. Tangan kananku jadi bebas dan berusaha ke bawah menuju memek Bu Hesti, mencolok langsung lubang nikmat itu dan mengocoknya.

“Aaaaaaaahhhh! Enaaaaaakkk Buuudddd!” Jeritnya ditengah keasikan kami saling mengadu bibir di bagian atas. Jari tengah dan telunjukku mengocok-ngocok memeknya dibawah sana.

“memek tante masih aja banjir…” ujarku ditengah keasikan itu karena merasakan meski didalam air, jemariku yang keluar masuk memek Bu Hesti masih terasa licin.

“Iya Bud… tante terangsang ama gaya bercinta kalian ini, mirip pasangan bulan madu… hihihiiii”

“Lu mau nyobain Hes?” kata Bu Siska kemudian menawarkan tukar posisi.

“Boleh boleh…” sahut Bu Hesti kegirangan. Ia lalu menuju pinggiran kolam yang dangkal itu, kususul dibelakangnya, kemudian kami melakukan yang persis seperti tadi aku dengan ibu. Bu Hesti kini sudah kugendong dengan paha dan kaki melingkari pinggangku, kontolku tentu saja menancap penuh di memeknya yang sempit itu.

Beda dengan Bu Hesti, ibu tak bergabung berebut bibirku dan bibir bu Hesti seperti yang tadi, tapi ia lebih suka meremas susu dosenku itu dengan tangan kiri, dan menyedot puting susu Bu Hesti dengan mulutnya. Kembali kujulurkan tangan kanan meraih memek ibu yang langsung kucolok colok dengan jari tengah dan telunjuk.

Kami melakukan adegan itu cukup lama, sekitar 15 menit sampai kemudian ibu meminta untuk dientot di pinggir kolam. Kami bergerak menuju ke sebuah sisi kolam yang sudah digelari handuk oleh Bu Hesti. Ibu menempatkan diri berbaring telentang menghadap atas dialasi handuk tebal, kakinya masih berada dalam air, pantatnya persis di pinggir kolam dengan paha yang tebuka mengangkang, menunjukkan lubang kemaluannya yang tampak merah.

Bu Hesti berjongkok persis diatas wajah ibu dan aku berdiri di dasar kolam yang cukup dangkal, airnya cuma sebatas lututku, dengan posisi kontol yang tepat di depan memek ibu otomatis aku dengan mudah langsung mendorong masuk dan mengocok, tanganku kedepan meraih susu Bu Hesti yang menduduki wajah ibu dibawahnya, ibu menjilat memek Bu Hesti dan tangan bu Hesti ke bawah memainkan kedua buah dada ibuku.

Puas dengan posisi itu, 10 menit kemudian, setelah ibu meraih orgasmenya, Bu Hesti berbalik posisi jadi menungging diatas tubuh ibuku, memeknya di dekatkan kearah kontolku, segera kucabut dari memek ibu dan pindah mencoblos memek Bu Hesti. Aku mengocok lagi sambil menampar nampar pantat basah milik ibu dosen binal itu, ia berteriak histeris seperti biasa, menyebut kata-kata kotor yang kini teramat fasih keluar dari mulutnya yang biasa bicara tentang teori ekonomi!

“Ooooooohhhh yeeesss yeeeesss yeeessss yeesssss aaahhh aahhh entooootttt entttoootttt enttoott yang keraaassss Buuuddddd aaahh yang kenceeeng sayaaang aaahhhh yesssss” teriaknya ketika tanpa jeda kugenjotkan kontol besarku keluar masuk memeknya dari belakang. Plaaakkk plaaakkk plaaakkkk, bunyi tamparan tanganku bertubi-tubi di permukaan pantatnya yang lebar dan mulus itu hingga warnanya yang tadinya putih bersih jadi memerah bahkan kebiruan.

Persis dibawah tubuh Bu Hesti, ibuku yang tadinya orgasme rupanya sudah mulai pulih dan bergairah lagi, mereka berciuman dengan ganas sementara aku semakin kencang mengocok memek bu Hesti. Sayup-sayup disela suara keciplakan pantat bu hesti yang tertampar pangkal pahaku, terdengar bunyi bibir mereka yang saling beradu, bercampur desah keenakan.

“mmmmhhh mmmhhhhh… mmmhhhh ooofffff ssshhhhhhh” entah itu desah siapa aku tak peduli. Sudah 10 menit sejak pertama ngentotin Bu Hesti di posisi ini tadi, tiba-tiba terasa denyutan dalam memeknya, pertanda wanita paruhbaya itu menjelang orgasme, semakin keras denyutannya semakin kuat pula kutusukkan kontolku kedalam memeknya, dan seketika terdengar mulut mereka terlepas lalu suara bu hesti berteriak panjang untuk kesekian kalinya, aku menancapkan kontolku sedalam mungkin dan membiarkannya, kutarik kuat pinggul ibu 5 anak itu kearah pahaku agar kenikmatan orgasme yang tengah diraihnya jadi benar-benar maksimal.

“aaaahhhh gueeehh kelluaaarrrrr ennaaaakkkkkk yessss!!!!” jeritnya panjang sebelum kemudian melemah dan menindih tubuh ibuku dibawahnya.

Segera kupindahkan kontolku ke memek Bu Siska, persis dibawah memek Bu Hesti, aku sudah merasa akan orgasme, kucoba berkonsentrasi agar semakin cepat meraihnya bersamaan dengan Bu Siska. Agar spermaku semaksimal mungkin masuk ke rahimnya dan bertemu sel telur ibu untuk jadi bayi kami!

“Ayyoohhh buuuhhh keluaariiinnn samaaahhhh sammaahhhh” desahku bersemangat.

Ibu mengerti dan mempercepat goyang pinggulnya kiri kanan agar aku semakin merasakan gesekan dinding memeknya.

“Iyyaahhh sayang ayyoohhh keluar samaaaannn ibbuuh hampir sayaang hampiiirrr hampiiirr hammpiiirrr aaaaaaahhh yessssssss”

“Yesssssss buuuhhhh Budii keluaaarrrrrr aaaaaaaahhh aaahhh ahh aahhh aaahhh ahhhhhh aaaahhhhhhhh” teriakku melepas sperma yang ketiga kalinya hari itu dalam rahim ibu. Bersamaan dengan semburan cairan orgasmenya yang terasa memenuhi rongga kemaluan calon ibu mertuaku itu.

Maka ambruklah juga tubuhku disamping tubuh dua perempuan paruh baya bersusu dan pantat besar itu. Kucium bu Hesti dan ibu bergiliran. Kami semua mengambil rehat sejenak, menarik nafas dalam sambil saling mencium mesra sekali.

Sudah jam 23.00, sudah cukup larut, dan tenaga kami terasa sekali habis terkuras permainan segitiga yang super duper nikmat ini. Setelah membilas dan mengeringkan badan, kami menuju salah satu dari 6 kamar tidur utama di villa itu. Masih tanpa seutas benangpun melapisi tubuh kami bertiga. Aku tertidur diapit dua bidadari setengah baya bertubuh menggiurkan ini.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu