2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

BUDI POV…

“Ouuuhhhh… fffffoooouuhh yeeessss aaahhhhh… oooohhhh… mmmmmm,” Bu Siska hanya bisa mendesah merasakan geli nikmat permainan lidahku di permukaan vaginanya.

“mmmmhhhhh… hhhhhhh jilat meeemeeekkkk ibuuuuuhhh saaaayyyy ooohhhh yaang kerasss sssseedoooottt ituuuuhhhh ouuuuhhhhhhhhh,” ia berteriak saat dengan sekali terkam kutomplokkan mulutku disana lalu menyedot keras clitorisnya yang sudah sangat tegang.

Aku yakin, saat ini seseorang sedang menahan birahinya dengan sangat akibat mengintip permaian panas antara aku dan Bu Siska ini. Kuharap, ketegangan itu akan cukup untuk nanti setelah ibu kuselesaikan maka aku tak perlu petting lagi dengannya.

Ibu sepertinya sudah tak sabaran lagi, pengaruh minuman beralkohol itu telah juga membuatnya setengah mabuk, tampak dari matanya yang redup tapi penuh nafsu seolah ingin sesegera mungkin dientot dengan keras!

“Oooooohhhh Buuuuuuddddiiiiiihhhh aaaauuuhhhh ooohhhh ooohh yyeees aahhh uuuhhh seddoot yang kerrasss meemmmeeekk ibbuuuhh buuuddd aahhhh… yesss…” teriaknya sekarang sambil meremasi sendiri payudara berukuran 40B itu!

Mata sayu perempuan berusia lebih tua dari ibu kandungku itu tak lepas memandang kearah daging mentah dan kenyal di pangkal pahanya yang kini tersedot oleh mulutku.

Saat aku mengulum clitorisnya dengan keras, matanya memejam seperti menahan rasa geli yang sangat. Mulutnya semakin keras berteriak histeris…

“Aaaaaaahhhhhhhh yeeeeeessss oooooohhhhh seddoootttt kerraas itil ibbuuuuuuhhhh Buuuuuudddddd aaaahhhhhhh ennaaaakkkkk yessssss seddooottt sedddooottt seddoootttt aaaahhhhhh”

Meski aku sedang asik menservice bagian-bagian sensitif di memek ibu, sudut mataku mencoba menelisik kearah sekitar, dan kulihat samar-samar dibalik jendela kaca lebar kamar di lantai dua bangunan villa itu seraut wajah perempuan paruhbaya lainnya sedang mengintip kegiatan kami…

Matanya tampak terpejam pejam kenikmatan, bibirnya sedikit melongo, dan tangan kanannya meremasi sendiri susu berukuran kira-kira 38 yang selama ini sering kupakai untuk menjepit kontolku!

Hahhaay… Kuyakin Bu Hesti takkan sanggup menunggu terlalu lama, aku berani bertaruh, dari ekspresi kenikmatan di wajahnya, bu dosen binal yang bermemek masih sempit itu takkan sabar menungguku menyelesaikan orgasme pertama Bu Siska!

“Hhhoooooouuhhhh Buuuuddd cukuuppp suddaaahhh sedot memeknya sayang! Ibu gak tahhaaan… entot sekarang sayaang…” rengek Bu Siska tiba-tiba.

“Mmmm… tapi ibu belum mengulum kontol saya…” jawabku lalu menghentikan permainan mulutku di memeknya.

Meski begitu, kuturuti juga kemauannya, kuminta ibu berbaring di kasur besar itu dengan pantat persis dipinggirannya, kakinya menjulur ke lantai berkarpet dan mengangkang sangat lebar, menyebabkan hampir semua celah liang vagina berjembut lebat itu tampak menganga! Ah menantang betul posisi memek ibu angkatku ini!

Aku berdiri tepat menghadapkan penisku yang sudah sangat tegang dan keras itu persis didepan bibir kemaluan Bu Siska, dan dengan sekali tekan amblaslah kontolku masuk ke liang kenikmatan yang selama ini menjadi pemuas sebagian besar birahiku itu. Langsung bergoyang maju mundur dengan badan tegak keatas, wajahku menatap langit-langit villa, kedua tanganku meremas-remas keras susu besar perempuan paruhbaya ibu angkatku itu.

“Aaaaahhhhh iyyyaaahhhh iyyaaahhh yeeesss enttoooottt yang kerrass Buuuuddd oooohhh ooouuhhh ooouuhhh yessss aaahhh…” jeritnya panjang.

Aku berpegangan pada kedua susu besarnya sambil terus menggerakkan pinggulku maju mundur dari pelan, semakin cepat hingga cepat sekali, menimbulkan bunyi becek dari gesekan dua kemaluan berjenis beda yang sama-sama sudah basah.

Plaaakkkk plaakkk plaaakkk creeekkk creeekkk creeek…

“Ouuuhhh Buuudddd… yeeeessss ooouuhhh yesss entoot terruss entoot memek ibbuuuhhh oouuhhhhh entooottt entooottt oouhh ennaak aahhhh ooohhh kooonntooolll konntooolllmuuuhhhhh ooh kontolmuuhhhh ouuhhhh”

“Yeaaaahhhh buuuhhh ibbuuhhh juggaaahhhhh memmeeknyaaahh ennaak bangggeeeeeettt aaaahhh ahhhhh aaahhhh aaahhh” tak kalah serunya desahanku menikmati keluarmasuknya kontolku di memek Bu Siska.

Tanpa kusadari, karena keasikan menikmati goyanganku di memek Bu Siska, saat mataku yang tadinya terpejam itu agak sedikit membuka, Bu Hesti tiba-tiba sudah berada di kasur, menempatkan pantat besarnya tepat diatas wajah Bu Siska yang sedang kuentot memeknya.

Entah kapan ia berjalan menghampiri kami.

Tanganku yang tadinya meremas remas payudara Bu Siska kini ditarik keatas untuk meremasi susu Bu Hesti yang berbentuk persis pepaya Solo itu!

“Remess susuku ajjaaah Buuuddd aaaaaahhhhhhh, jillaaatt memmek guweehhh Sissssss!!! Aaaaoooohhhhhhh yesssssssss!!!!” teriakannya tak kalah keras dengan keterkejutanku dan Bu Siska yang sama-sama ak menyadari bergabungnya Bu Hesti itu.

“Yesssss mmmmhhhh niiihhh gweh seddot memek loooehhhh perempuan binaaaallllllll!!!!” Ujar Bu Siska dibawah sana, hanya dagu dan sedikit bibirnya yang tampak dari sudut pandangku diatas, karena posisi memek dan selangkangan Bu Hesti yang menutupi wajah ibuku.

Aku semakin mempercepat genjotan kontolku pada memek Bu Siska, semakin keras juga kuremas susu Bu Hesti, dan kami beradu mulut diatas, saling menyedot lidah dengan dosenku itu.

“Mmmmmhhh… mmmhhhh… sruuupppp… mmmmmhhhhh” hanya itu yang terdengar dari mulut kami bertiga yang sibuk saling menyedot.

Aku dan Bu Hesti beradu bibir diatas, Bu Siska asik menyedoti clitoris dan memek Bu Hesti, sementara kontolku terus menghajar kemaluan nikmat yang selalu berdenyut-denyut milik ibu angkatku itu.

Aaaahhhh… inilah surga dunia! Batinku, dimana hampir semua organ tubuh dan sel-sel badanku kebagian nikmat dari birahi membara dua orang perempuan paruhbaya yang sedang bersenggama denganku ini!

Kalau organ-organ tubuh kami ini diibaratkan adalah manusia utuh, mungkin analogi yang tepat adalah mereka semua sedang bergembira di puncak kebahagian hidupnya. Semua sedang menikmati apa yang selama ini paling diinginkan dan disukai oleh semua mahluk hidup di dunia ini!

Sudah 15 menit posisi ini berlalu saat memek Bu Siska kurasakan mulai berdenyut lebih keras, pertanda ia akan segera mengalami orgasme.

“mmmmmmmhhhhh uuuffffff oouuuhhh Buuuudddd… iibbb iibbuuhh mauh keeeeee llluuuuuuuaaaaaarrrrrr oouuhhhhh aaaaaaaahhhh yessss!!” jeritnya panjang sambil berusaha mengangkat sedikit pantat Bu Hesti yang menempel ketat di wajahnya.

Tubuh ibu angkatku itu menegang, kontraksi keras dinding memeknya terasa seperti meremas kontolku, aku hapal betul gejala itu sehingga dengan satu tekanan kuat kumasukkan batang panjangku sampai mentok kedalam memek hingga dasar rahimnya, kutahan disana sambil menikmati denyuttan orgasme perempuan paruhbaya itu.

Plaaaakkk plaaakkkk plaaaakkkkkk terdengar bunyi tamparan keras tangan Bu Siska pada pantat besar Bu Hesti, aku tak melihatnya karena asik menikmati denyutan memek Bu Siska yang sedang orgasme hebat, bibirku pun semakin kuat menyedot lidah Bu Hesti, sementara tanganku semakin keras meremas susunya!

Tangan Bu Hesti tak kalah keras juga menjulur kebawah, meraih dan meremas sepasang buah dada besar ibu yang tengah dilanda orgasme dahsyat.

Dua menit saja orgasme itu berakhir, tubuh Bu Siska yang tadinya tegang bukan main, kini melemah. Aku mencabut kemaluanku yang masih tegang dari memeknya yang kini banjir sangat. Bu Hesti juga menjauhkan pantatnya dari wajah Bu Siska yang kini tampak lemas tapi penuh senyum kepuasan.

“Haaaahhhhhhh… gue puass Hessssss…” ujarnya lemah pada Bu Hesti…

“Iyyah Sis… giliran gue yang belum say…” jawab Bu Hesti yang tampak juga tak sabaran ingin segera dituntaskan.

Dosen binal bersusu mirip pepaya itu menarik tanganku, memintaku untuk berbaring lurus menghadap atas ditengah kasur berukuran kingsize itu.

Aku menurut, karena tekatku hari ini kedua ratu seks pemuas birahi itu harus kupuaskan sepuas-puasnya sampai mereka tak sanggup lagi menghadapi keperkasaan penis besar dan panjang andalanku ini.

Kubaringkan tubuhku sesuai perintah mereka, lalu dengan cekatan Bu Hesti meraih kontolku untuk dikulumnya sejenak, aku terkejut juga, tak kusangka, Bu Hesti ternyata tak peduli sama sekali kalau penis itu sudah becek berlumur cairan lendir birahi dari dalam memek sahabatnya, Bu Siska. Ia justru dengan antusias menyemot, menyedot, dan membersihkan semua sisa-sisa lendir yang belepotan di sekujur kontolku.

Lalu dengan cepat, setelah kontolku agak kesat, ia menempatkan diri berjongkok persis diatas kontolku yang semakin tegak dan keras. Tangannya bertumpu di dadaku, kontolku dimasukkannya sudah dengan tanpa sabar, langsung menggoyang naik turun hingga dari bagian atas tubuhku tampak kontol panjang nan gemuk dan berurat itu persis seperti piston dalam silinder mesin yang turun naik membelah bibir memek dosen cantik bertubuh subur itu.

Tak tanggung-tanggung, saat ia menurunkan tubuhnya, Bu Hesti menghempas pantat sejadi-jadinya, plaaakkkkk!!! Saat naik, kontol panjangku nyaris terlepas dari jepitan memeknya, sampai sisa kepala kontol itu saja yang masih tertelan, lalu ia menghempas lagi, terus dan terus begitu sambil sesekali tangannya menjambaki rambutnya sendiri yang sebahu.

Bu Siska mendekati wajahku, kami berciuman dengan mesra, kadang ibu menjilat sekujur wajah dan leherku, akupun membalasnya. Jadilah aku menikmati empat aktifitas sekaligus, kontolku yang keluar masuk memek Bu Hesti, tangan kiriku merasakan kelembutan susu kiri Bu Hesti, sementara tangan kananku meremas susu Bu Siska yang juga sibuk berciuman bibir denganku.

Tangan kanan Bu Siska pun tak mau kalah, terjulur kearah susu kanan sahabatnya yang sedang asik mencolok-colokkan memek sempitnya dengan kontolku.

Selang 5 menit, Bu Siska bangun, gairah perempuan itu bangkit lagi rupanya, dan tanpa berkata ia langsung menempatkan diri persis diatas wajahku, otomatis pandangan mataku kearah Bu Hesti yang sedang asik menggeol kontolku jadi tertutup oleh pantat dan tubuh Bu Siska yang menyodorkan memek beceknya kearah mulutku.

“Aaaaaaooooowwwwww budddiiiihhhhhh lubbaang anuss ibbuuu diapaiinn sayyaaang aaaaahhhhhh ennaaaaaakkkk” teriaknya yang hanya terdengar olehku karena mataku yang tertutup pantat besarnya.

“Ayyooohhh Sissss, remes susu guweeehhhh… biar nggak kalah besar ama susu elu,” terdengar suara Bu hesti

“Hooohhhhh buddiiihhh enaakkk seddottt lubang pantat ibbuuhh sayaaang yang kerrasssss aaahhhhhhhh… iyyah Sisssss… lu jugak remes toked guweehhhh yang kerrassss aaaaaahhhh,” jerit ibu tak kalah kerasnya.

Hmmm… kutebak mereka berdua pasti sedang saling meremas susu sekarang, Bu Siska menikmati jilatanku di memek dan pantatnya, susunya teremas tangan Bu Hesti. Sebaliknya Bu Hesti yang sedang menikmati kontolku di memeknya, juga sedang diremas susunya oleh Bu Siska.

Dan pastinya lagi mereka sedang berciuman dengan seru diatas sana sekarang, karena teriakannya berkurang, berganti suara keciplak mulut mereka yang semakin terdengar intenns! Ohhh, aku semakin semangat membayangkan serunya dua orang perempuan paruh baya berumur 40an tahun itu kini saling memuaskan, menumpahkan semua gelora birahi yang mungkin sudah sekian lama tak mereka dapatkan dari pria pasangannya.

Saat ia menarik keatas, menjelang ujung kontolku akan terlepas, aku menghentak naik keatas, demikian pula Bu Hesti, saat kuturunkan pinggulku dan menyisakan kepala kontolku saja di celah memeknya, ia segera menghempaskan pantatnya dengan keras, cepat dan semakin cepat!

Limabelas menit kemudian, terasa berdenyut dinding vagina dosenku yang binal itu, pertanda sejenak lagi ia akan melepas…

“Siskaaaaaaahhhhhhh oooooohhhhhhh guuuwweeehhhh kellluaaaaarrrr ooohhhhh Buddiiiihhhhhh ooouuuhhh kontooolllmuuuhhh ennaaakkkkkk banggeeetttt aaahhhhh aaaahhhh tanteeeee kelluaaarrrr buudddddiiiihhhhh ooooooouuuhhhh.” Panjang sekali teriakan bu Hesti melepas puncak birahinya…

Pantatnya ia tekan dengan keras ke pangkal kemaluanku, membuat kontolku terasa mentok bahkan menabrak dinding dasar rahim pemerpuan beranak lima itu! Oh nikmatnya orgasme Bu Hesti, aku sampai menyedot keras clitoris Bu Siska yang juga berteriak keenakan.

“Haddoooouuhhhh Buddiiiiihhhh enaaaaakkkkkk nyaaah sedotan kamuuu di itil ibbuuhhhhhh sayaaang ooouuuhhhh” jerit Bu Siska bersamaan dengan orgasme Bu Hesti. Ah, tampaknya Bu Siska juga mengalami orgasme akibat sedotanku pada memeknya.

Hanya beberapa menit saja kemudian, dua perempuan paruhbaya itu terkapar lemas di kiri dan kanan tubuhku. Aku memeluk keduanya, kami saling cium sekarang, bergiliran kukecup wajah kening, pipi dan bibir Bu Siska, lalu kuperlakukan sama juga pada Bu Hesti.

Hal yang menjadi kejutan bagiku adalah sesaat setelah menggilir ciuman pada dua perempuan paruhbaya itu, tiba-tiba Bu Hesti mengadu bibir dengan ibu angkatku, aku tertegun sejenak…

Betapa tidak, aku disuguhkan pemandangan erotis hanya beberapa centimeter saja di depan mataku. Mereka saling menyedot lidah, mengulum bibir, menjilat wajah dan sesekali menggigit pelan hidung lawannya! Aaahhhh aku jadi kian bernafsu! Apalagi birahikupun juga belum tuntas!

Segera kuraih payudara Bu Siska dengan mulutku, putingnya kusedot keras, Bu Siska mendesah disela keasikannya beradu bibir dengan Bu Hesti. Lalu tangan kiriku meraih susu dosenku itu, meremas-remas disana, memelintir putingnya hingga pemilikknya menjerit kegelian. Sejurus kemudian mulutku pindah ke susu Bu Hesti, telapak tanganku meremasnya, mulutku menyedot putingnya.

“Ouuhh… sayang, iyyaaahhh mainin terus itil ibu…” kata Bu Siska sembari meneruskan adu bibir dengan Bu Hesti.

“Sedootttt susu Tante yang kerasss sayaaang ooouuhhhhhh..” Bu Hesti tak kalah serunya.

Belum lagi aku puas mengenyoti buah dada kedua wanita paruhbaya itu secara bergiliran, Bu Hesti meraih kepalaku dan menarik kearah mereka. Jadilah kami saling beradu bibir bertiga. Lidahku diminum Bu Siska, aku minum liur Bu Hesti, dan Bu Hesti menukar liur itu dengan Bu Siska, terus begitu tanpa ada yang mengatur, mengalir secara alami.

“Ayo main lagi…” ajak Bu Hesti setelah kira-kira 10 menit kami beradu bibir dan menukar liur.

“Sis, lu nungging dong, sini jilatin meki gueh…” kata dosen binal itu sambil membaringkan diri menghadap atas di kasur, ibu angkatku menurut saja, ia langsung mengambil posisi menungging tepat dibawah posisi tubuh Bu Hesti yang mengangkang.

“Ayoooh Budi sayang, entot ibumu dari belakang…” perintah Bu Hesti lagi.

Woowww, aku tak percaya, secepat itu Bu Hesti berubah, dari yang kemarin masih canggung ngomong memek, jadi dengan entengnya bilang entot ibumu dari belakang! Maygaaattt!!!

“Siap Tante dosen binalku!” candaku dengan langsung menempatkan diri persis dibelakang ibu yang menungging. Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung mencoblos memek ibu dari arah bokongnya, ibupun mendesah tapi tertahan aktifitasnya yang sekarang menjilati memek Bu Hesti yang masih becek oleh cairan lendir sisa orgasme tadi.

Aku mulai menggenjot dengan santai sambil menatapi pemandangan erotik yang terhampar di depanku. Ibu bergoyang menikmati memeknya yang dientot dari belakang, sementara Bu Hesti menikmati jilatan dan sedotan mulut ibuku di memeknya.

“Yaaaaahhhhhh buuuuddddd kocoook yang kerass sayaaang… ibu mau yang cepaaatttt…” pintanya

“Ayyoooh Siiissss sedot itil guweh… sedooottt yang keraaasss sissss”

“Iyyaaaah Buuuhhhh ooouuhhhh enaknya memek ibu ditunggingin beginihhh aaahhhhh ooouuhhhh yesss yesss yeesss yeesss!!!” Sahutku sambil terus saja menggenjotkan kontol ke memek ibu dengan makin cepat, keras dan bertenaga.

Tanganku menjulur kedepan meraih buah dada besar ibuku yang menganggur bergelantungan, kuremas keras ambil terus menggenjot dengan tempo semakin cepat hingga seluruh penjuru ruangan luas itu seperti riuh dipenuhi suara teriakan dan desah nikmat dari dua orang pemerempuan paruhbaya dan seorang remaja yang sedang menikmati pesta birahi.

Dasar kedua perempuan partner seks tetapku itu memang wanita type multi orgasme, baru sekitar 7 menit saja digenjot dari belakang, ibu sudah menjerit mengalami orgasme yang cukup dahsyat.

“Ooooooooohhhhhhhhh budddiiiiihhhhhh ibbuuu kelluaaarrrrrrrr!!!” teriaknya kerass dengan tubuh yang mengejang kaku. Diraihnya susu Bu Hesti, ia meremas sambil melepas cairan lendir yang hangat didalam lubuk vaginanya, ujung kontolku terasa diterpa cairan hangat itu. Nikmat sekali!

Aku tetap mengocok memek ibu dengan posisi doggy style, hanya saja orgasme itu membuat lubang memeknya terasa terlalu licin sehingga dengan cepat kuraih tissu kering dan sejenak membersihkan cairan kelamin yang meluber sampai keluar bibir memeknya.

“Dilap dulu ya Bu… biar gak kelewat licin…” kataku padanya

“Sini Bud, biar tante aja yang bersihin, jangan pake tissue dulu, Sis giliran gue yang nungging, lu gue jilatin seperti posisi gue tadi…” ajaknya, padahal aku masil ingin memuaskan birahi ibu dengan kocokan kontolku agar ibu benar-benar tak sanggup dientot lagi, maksudku kalau ibu sudah lemas, aku mau tunjukin gimana aku “membantai” Bu Hesti dengan ibu sebagai penonton saja!

Tapi sudahlah, kalau memang itu yang bu Hesti mau, aku nurut saja. Sekarang Bu Hesti yang nungging di pinggiran kasur, aku berdiri di lantai karpet, ibu berbaring tepat dibawah wajah Bu Hesti yang langsung melumat vagina ibu angkatku itu dengan penuh semangat.

Aku menggenjot Bu Hesti dari belakang, kali ini susunya kubiarkan gondal gandul akibat gerakan tubuhnya yang dihantam pangkal pahaku dari belakang.

Pantat semok nan besar itu jadi sasaran tanganku, telapak kiri dan kananku menampar pantat Bu Hesti bergiliran, dengan keras tentunya!

“Aaaawwww Budddiiiihhhhh enaaakkkkkk oouhhhh tampar terus pantat tanteeeee aaahhhhhh entooottt terusss memek tanteeeeee aaahhhhhh Siskaaaaaaa tolong remeesss susu gueeeehhhhh saaaayyyaaaang ooouuh yesssss aaahhhhhh aaahhhhh yessss entoootttt tante entoot yang kerrassss yang keraass oouuuhhhhh!!!” Jerit Bu Hesti

“Lu juggaaaahhh sedooottt memeek gueeehhh Hessssss ooouuhhhh yess yeeesssss ennaaakkkk sedotaan luuuu di memek gueeehhhh aaahhhhh,”

Hampir satu jam sudah permainan itu, empat kali kami ganti gaya, aku menggilir mereka, mereka juga menggilirku sampai tak sempat lagi kuhitung berapa kali mereka kubuat orgasme. Aku sendiri belum ejakulasi, dan kupikir sudah saatnya karena melihat kondisi kedua ibu paruhbaya itu mulai melemah setelah berkali-kali memuncak dalam berbagai gaya.

Kuminta mereka mengambil posisi 69 dimana Bu Hesti di bawah dan ibuku diatas, jadi posisi ibuku menungging dan menunduk sambil menjilati memek Bu Hesti, sementara Bu Hesti telentang dengan wajah menghadap memek Bu Siska. Mereka mulai saling menjilat, aku awalnya hanya menyaksikan dari samping, memilih mana yang akan kucoblos duluan, ibuku atau Bu Hesti, kondisi mereka sama-sama sudah orgasme berkali kali sebenarnya…

“Bu, Tante, spermaku dimasukin ke siapa?” Tanyaku pada mereka yang baru saja mulai saling menjilat kemaluan itu.

“Ke ibu aja sayang…” ujar ibuku, kutatap Bu Hesti yang menoleh kearahku.

“Gimana Tante?”

“Iya Bud, ke ibumu aja, hamilin sekalian… hihihi…” jawabnya santai, mungkin Bu Hesti bercanda, tapi aku menanggapinya serius…

Hmmm, benar juga, aku baru ingat kalau sudah 4 bulan sejak pertama menggauli ibu aku tak pernah tanya apakah beliau masih pakai kontrasepsi, karena usia ibu yang saat itu 45 tahun tentu masih memungkinkan untuk hamil, ah kenapa tidak! Batinku berkata. Belakangan aku baru diberitahu ibu bahwa sejak 2 minggu lalu melepas alat kontrasepsi nya.

Kupandangi ibu dengan tatapan seolah meminta konfirmasi…

“Iya sayang, ibu mau dihamili… nanti kita bicarakan, maaf selama 2 minggu ini ibu lupa kasihtau kamu… sekarang ayo lanjutin…” ujar ibu dengan senyum yang manis sekali… oh tuhaaan, cantiknya ibu angkatku!

“Baiklah Bu, mulai sekarang Budi akan hamili ibu…” kataku dengan bersemangat, langsung kutempatkan diri dibelakang ibu yang nungging, kumasukkan kontolku ke memek itu yang juga sedang dijilati oleh Bu Hesti dari arah bawah.

Asiknya, beberapa detik sebelum kulesakkan penis besar itu, Bu Hesti sempat menyedotnya lalu dengan tangan halusnya membantu mengarahkan kontolku kedepan bibir memek ibu. Aku langsung mencoblos santai dan pelan…

Kenapa santai dan pelan? Karena aku ingin segera menumpahkan spermaku dalam rahim ibu, aku ingin “bercinta” bukan sekedar “ngentot”, meski disitu juga ada Bu Hesti yang aku “entot”, tapi untuk ibuku kali ini aku harus “bercinta”!

Maka mulailah kugoyang maju mundur dengan mesra, kulihat kebawah sesekali tampak wajah Bu Hesti dengan lidah yang menjilat-jilat batang kontolku saat berada diluar memek ibu, saat masuk ia menyedot biji telorku, aku merasa semakin nikmat saja!

Beberapa saat, agar adil, aku pindah ke memek Bu Hesti yang ada di bawah wajah ibu, kucoblos dengan nafsu, ini “ngentot”! Tadi itu “bercinta”! Plok plok plok plok suara terdengar saat aku langsung menggenjot bernafsu. Ibu Mengangkat badannya, kami berciuman, kontolku mengentot memek Bu Hesti, bibirku bercinta dengan ibu, tanganku yang kiri meremas susu Bu hesti di bawah, tangan kananku membelai susu ibu diatas.

Aku terus menggoyang Bu Hesti sampai sekiranya 8 menit saja, ia orgasme lagi, berkedut di dalam memeknya, mulutnya menyedot keras memek ibu sampai ibuku berteriak keenakan.

“Aaaaaaahhhhhhh Hestiiii lu apaain itil guwweeehhhhhhh,” jerit ibu kegirangan…

“Aaaaaaaiiiihhhhhhhh oooouuuuuuhhhh guwweh kelluaaaarrrrrrr Siiiiissss!!!! Buddiiiihhhhh tanteeeeeee kelluaar sayaaanggggg oooouuuhhhhhh!!!!” Terasa vaginanya meremas batang kontoolku.

Kutancapkan senjata andalanku itu sedalam-dalamnya agar Bu Hesti puas maksimal. Lalu beberapa saat tubuhnya melemas. Ibu dan aku saling berpandangan, puas menyaksikan guratan wajah bahagia Bu hesti yang ada di bawah kami, akupun mencabut gigitan memeknya pada kontolku lalu menarik ibu kesamping.

Kubaringkan Bu Siska, ia telentang pasrah, aku menindih, gaya konvensional, misionaris… karena kami ingin bercinta dan aku ingin menghamili ibu…

Lalu mulailah kami bercinta, sambil berciuman mesra, aku menindih, kontolku keluar masuk dengan pelan dan santai, ibu memeluk dengan mesra, hidung mancungnya kujilati sampai sekujur wajahnya basah oleh air liurku, susunya kuremas pelan, putingnya kupelintir untuk menambah intensitas kenikmatan hubungan kelamin itu.

Lima menit kemudian ibu balik posisi, dia diatas, menindihku, buah dada besarnya menghimpit atas dadaku karena ibu memang lebih tinggi dariku. Aku langsung meneteki susu besar itu, menggilirnya kiri kanan, pantat ibu menggeol pelan, desahannya mulai patah-patah… tapi mesra sekali…

“Ouuuhhhh sayaaang… ayo hamili ibu… ibu pengin punya anak dari kamuuuh ooouuhhhh ibu sayang kamuuu… ibu cinta kamuuuu…”

“Ouuhhh ibuuuu… Budi juga sayang ibu… Budi cinta ibu… budi bahagia kalau ibu bisa hamil anak kita bu…” Jawabku… tak kuingat sama sekali tentang fakta bahwa Rani adalah calon istriku dan perempuan yang ingin kuhamili ini adalah calon ibu mertuaku…

“Iya sayaaaang ooouuuhhhh… ayoo sayaaang hamili ibu sayaaang oouuuh ibu pengen ngandung anak kamu sayaaang oouuhhhhhh… Buddiiiiiihh cintakuuuhhhh cintanya ibuuuu oouuhhhhhhh… ibu keluar sayaaang ibu mau keluaaarrrr ouuuhhhh ayooo sayang keluar barengan sayaaang oouu hhhh ibu mau keluar sayaang sebentar lagi sayaang oouuhhhhh,”

Aku berusaha berkonsentrasi dan tampaknya berhasil, kupercepat gerakanku, kubalik posisi ibu jadi dibawah lagi, karena kupikir kalau ibu diatas, spermaku bisa keluar lagi dari liang rahimnya.

“Oouuuhhh iyaaa buuuu… Bu di juga sayang ibuuu… budi mau keluar sekarang buuuuuu oouuhhh kita keluar sama-sama buuu ooouuhhhh iyaah iyaaah iyaahhh iyaaahhhhh…” akhirnya aku melepas banyak sekali… kuhitung seingatku mungkin 12 kali kusemburkan sperma ke dasar liang rahim ibu. Ia pun demikian, ibu mendekapku erat dengan tangannya, badan kami menyatu, kakinya menjepit bagian bawah tubuhku seolah tak mau dipisahkan, membuat kontolku terasa benar-benar nempel dalam rahimnya…

“Iya sayaaang ayo sayaaaang keluarin yang banyaaak, ibu lagi masa subur sayang… ouuuuhhh ibu juga keluaaarrrrrrr aaaaaahhhhhhhhh…” jerit ibu panjang.

3 menit lamanya kontraksi orgasme kami, tapi aku dan ibu masih berpelukan, sengaja begitu agar semua sel telur dari dalam rahim ibu bertemu dengan jutaan spermatozoa dari kontolku…

Kami sampai hampir lupa di sebelah ada Bu Hesti yang sampai terbengong-bengong menyaksikan perubahan suasana dari ngentot ke bercinta itu…

“Luaaaarrrr biassaaahhhh kalian! Hebat kamu Bud…” ujarnya membuka pembicaraan setelah 5 menit klimaks ku tadi. Perlahan kulepas tautan memek BuSiska dari kontolku, aku berbaring lagi telentang diantara mereka. Kukecup kening dan bibir Bu Siska, sambil kubelai susu Bu Hesti. Dosenku itu lalu mencium kami berdua…

“Semoga kita terus bisa begini ya… Sis… gue bahagia banget… makasih ya Bud… tante benar-benar bahagia…”

“Iya Hes… lu bahagia, gue juga bahagia…” jawab ibuku sambil membuka mata, dibalasnya ciuman bu hesti dengan kecupan di bibirnya.

Akupun ikut dikecup dengan mesra…

Sesi pertama acara 3some itu berakhir, jam baru menunjukkan pukul 12.30 siang, kami masih punya banyak waktu hari ini, dan yang jelas 6 hari totalnya kami akan menghabiskan waktu untuk mengumbar birahi kami bertiga di villa yang baru sebulan ini dibeli oleh ibu.

Menghabiskan jutaan kalori untuk bersenggama itu benar-benar membuat kami lapar, di bagian lain ruangan itu sudah tersedia berbagai makanan bergizi, ada seafood, chinese food, olahan daging dan semua makanan berprotein tinggi yang sengaja disiapkan oleh Bu Hesti untuk kami konsumsi agar benar-benar kuat menghabiskan waktu kami untuk mengumbar birahi sepuas puasnya!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu