2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

LOGI 3 Bagian 8 NGENTOT BERTIGA (3 some) AKHIR DARI BAGIAN AWAL Petualangan Seks BUDI HARTAWAN The Series (Season 01) (TRILOGY)

BUDI POV

Terkapar sudah ibuku pagi ini, puas rasanya menyetubuhi perempuan paruh baya bertubuh bahenol dengan susu besar itu. Saking lelahnya, ia cepat sekali kembali terlelap setelah memeknya kujilati sampai kering dari sisa-sisa lendir yang keluar dari hasil orgasme kami tadi.

Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan dan menyegarkan badan. Tak mandi, hanya sekedar meraup wajah yang terasa lengket karena keringat dan sisa lendir yang kujilati dari memek ibu.

Aku keluar kamar menuju taman belakang villa, maksudku ingin makan karena perut terasa lapar setelah semalam suntuk ngentotin kedua ibu-ibu paruhbaya bertoked gede dan bermemek lezat itu.

Namun belum sampai pintu ruang belakang yang menuju teras, pandanganku terbentur pada adegan erotis dua orang perempuan paruhbaya yang sangat kukenal, Bu Hesti yang duduk di korsi makan teras belakang, sedang dijilatin memeknya oleh Budhe Anah yang masih berpakaian kebaya lengkap!

Oumaigaaattt!!! Tak kusangka ternyata Budhe Anah adalah perempuan yang cukup binal! Atau jangan-jangan ia dipaksa menjilati memek ibu dosenku yang gatelan itu? Ah aku tak ingin main tuduh. Lebih baik menyaksikan adegan itu dari balik jendela besar berkaca gelap dan berlapis gorden transparan ruang belakang ini.

Bu Hesti terlihat mendongak-dongakkan wajah menahan nikmatnya jilatan Budhe Anah pada memeknya, sementara wajah Budhe Anah tertutup oleh kepitan paha besar ibu dosenku yang kini berteriak-teriak histeris menikmati setiap milimeter jilatan lidah dan mungkin juga sedotan mulut Budhe yang berbibir seksi itu.

Benar-benar kejutan indah untukku di pagi yang cerah ini, karena baru kutahu ternyata Budhe Anah bisa diajak ber’binal-ria’ seperti yang kulihat, bahkan ‘main jorok’ menjilati memek sahabat nyonya besarnya sendiri yang tanpa malu-malu berteriak-teriak keras sambil menjambak rambut Budhe yang masih disanggul gaya Jawa!

Kontolku yang tadinya mulai menunduk usai membantai memek ibu berkali-kali di tempat tidur, jadi bangun, mengeras dan tegang lagi! Bagaimana tidak, melihat pantat besar Budhe Anah bergoyang-goyang sambil menyedot memek Bu Hesti dengan posisi kepala Budhe terjepit paha itu membuat aku teringat akan kejadian 2 bulan lalu saat ‘memperkosa’ Bu Siska di Hotel Patra Jasa Semarang waktu menghadiri pesta pernikahan anak sahabatnya!!

Kupegangi kontolku dan membelai sambil membayangkan diriku mengangkat kain jarik Budhe keatas, lalu melepas celana dalamnya dan menusuk memek yang pastilah tembem plus empuk seperti memek ibuku! Baru kusadari juga ternyata pantat perempuan desa berumur paruhbaya itu lebih besar dari bokong ibu, kulitnya juga ternyata sedikit lebih cerah dari Bu Hesti, kulit mulus yang membuatnya tak pantas dibilang ‘orang kampung’ karena tampak begitu sempurna terawat!

Rasanya sudah tak sabar ingin bergabung dengan mereka! Tapi aku ragu dan langsung ingat janjiku pada diri sendiri bahwa setiap aku ingin ngentotin wanita lain, aku harus meminta ijin atau istilah Jawa nya kulo nuwun pada ibu sebagai ‘pemilik sah kontolku’ (selain Rani tentunya… hehehe). Jadi kuurungkan niat tersebut dan cuma bisa menonton, menunggu mereka selesai…

Seperti biasa, tak sampai 10 menit dijilati seperti itu, Bu Hesti sudah orgame dengan hebat! Ia menekan dan menjejalkan wajah Budhe Anah di pangkal selangkangannya, pahanya menjepit wajah perempuan yang lebih tua darinya itu dengan keras, matanya terpejam menahan ledakan puncak birahi hasil tarian lidah Bude di memeknya!!!

“Aaaaahhhh akuuu kellluaarr mbaaaakkkkkkkkk!!!! Ooooooohhhh ennaknyaaahhh!!!” Jerit Bu Hesti panjang.

Sesaat kemudian tampaklah wajah Budhe Anah menjauh dari jepitan paha Bu Hesti. Secercah senyum Budhe tampak manis sekali ia berikan pada sahabat bossnya yang baru saja ia puaskan. Oumaicrot!!! Manis sekali wajah Budhe!

Tak cuma sampai disana, Bu Hesti lalu meraih pipi Budhe dengan kedua tangannnya, menariknya keatas, saling mendekatkan wajah… Mereka berciuman, berebut saling menyedot lidah, mengadu bibir penuh gairah! Bu Hesti menjilati sekujur wajah Budhe Anah yang dengan antusias juga meremas-remas susu ibu dosenku itu.

Damn!!! Meski hampir tiap hari sudah sering meremas tetek mirip pepaya Solo itu aku masih saja gatal ingin meremas payudara Bu Hesti! Menjepitkan kontolku disana dan menyemprotkan sperma ke mulut seksi milik dosen akuntansi bertubuh sintal itu!

Braakkk! Tak sengaja tanganku menyenggol gelas yang ada di meja dekat tempatku berdiri mengintip mereka. Bunyi itu terdengar Budhe Anah yang rupanya langsung menghentikan aktivitasnya, ia baru saja mulai menyedot puting susu Bu Hesti. Tergesa-gesa pembantu paruhbaya bertubuh bohay itu berdiri lalu merapikan kebaya dan kain jariknya yang awut-awutan.

Aku tergopoh-gopoh masuk ke kamar mandi yang berada di dekat pintu keluar menuju teras tempat mereka memadu seks sejenis itu dengan maksud jika kepergok Bu Hesti, aku pura-pura saja baru habis kencing. Dalam otakku, dengan cepat tersusun rencana mengentotnya di meja wastafel depan kamar mandi itu.

Benar saja, kuintip dari balik pintu toilet yang terbuka sedikit, Bu Hesti berjalan masuk dari arah teras dan celingukan memeriksa sekiranya bunyi gubrak apa yang tadi membuyarkan keasikan mereka. Tapi telat, aku sudah merapikan gelas yang jatuh tadi ke tempat sampah di toilet ini. Jadi ia tampak bingung lalu melangkah memasuki toilet tempatku berada, namun begitu ia sampai di depan wastafel, aku muncul dari arah belakang dan langsung menyergap, memegang pinggulnya dan sedikit menggerakkan badan sintal dosenku itu agar mendekat kearah meja beton wastafel berlapis marmer disana.

“Kamu ngapain di toilet sini sayang?” ujarnya bertanya sambil meraih batang kontolku yang sudah tegang.

“BAB tante… di kamar tadi ibu pakai toilet, jadi saya kesini… sudah gak tahan… hehehe…” jawabku sekenanya

“Kamu pasti abis ngentotin ibumu ya, nih masih keras gini…” katanya mengomentari kontolku yang mengacung-acung kearah memeknya.

Ia lalu menempelkan kepala kontol itu di bibir memeknya, aku langsung menusuk masuk dan menggoyang.

“Aaaahhhh iyyah tanteee… tadi ibuku sudah KO, sekarang giliran tante… memek tante kenapa sudah licin juga?” tanyaku

“Iyyah sayaang aaauuuhhhhh… tante juga dari tadi terangsang, abis renang pengen diewek kamu… uuuhhhh yeeesssssss” katanya berbohong, padahal itu kan bekas jilatan Budhe Anah… Hehehe…

“Nanti setelah tante orgasme aku jilatin ya? Aku pengen banget minum lendir tante, sejak kemarin kan aku belum sempat sedotin lendir dari memek tante ini…” celotehku sambil terus bergoyang maju mundur.

Tinggi permukaan meja beton berlapis marmer alam berwarnya krem itu memang sejajar dengan posisi kontolku jika aku berdiri, dan memek Bu Hesti persis berada diatas dan agak menempel di pinggir meja beton berlapis marmer mahal itu.

“iyyaaaah Buuuddd, kamu mauuu minum cairan memek tante?”

“Ya dong…”

“Kalau gitu ayo genjot yang keras dan cepat, tante sudah sebentar lagi rasanya…”

Akupun menambah kecepatan bergoyang maju mundur dan memperkuat hempasan pinggangku, membuat ujung kepala kontolku sangat terasa membentur dasar liang memek wanita paruhbaya yang mudah orgasme ini.

Lima menit saja setelah kugoyang dengan lebih cepat, Bu hesti sudah berteriak keras, orgasme dahsyat melanda seluruh tubuhnya, wanita itu bergetar hebat sambil berteriak panjang menyebut kata-kata kotor tentang kelamin dan senggama yang dalam bahasa gaulnya kontol-memek dan ngentot atau ngewek!

Seperti permintaanku yang diiyakan Bu Hesti tadi, segera setelah nafasnya tenang, kulepas tautan antara memeknya dan kontolku lalu aku berjongkok dengan lutut sebagai tumpuan berdiri. Wajahku jadi sejajar dengan pangkal paha Bu Hesti, ia mengangkang, menunjukkan betapa merangsangnya dinding dan isi dalam vagina yang kini menganga lebar di depanku.

Tak lama setelah kuhisap habis sisa-sisa lendir di memeknya, permukaan pangkal selangkangan Bu Hesti terasa agak kesat. Lendirnya habis kutelan, rasanya kadang asin kadang tawar, baunya bercampur dengan wewangian mewah dari parfum mahal yang ia kenakan dan aroma keringat wanita berlibido tinggi itu.

Puas menjilati memek nikmat Bu Hesti, kuminta ia turun dari meja dan menungging membelakangiku, posisinya menunduk berpegangan pada pinggiran wastafel, aku masuk lewat belakang, tetap sambil berdiri dan mengocok kemaluan nikmat milik ibu dosen binal yang diluar kampus kupanggil tante ini.

Oiya, sejak beberapa waktu belakangan, karena Bu Siska seringkali bertanya berapa kocokan yang kulakukan sampai aku berhasil membuatnya orgasme, aku jadi sering menghitung sambil mengentot. Kalau selama ini kami menghitung daya tahan masing-masing dengan satuan menit atau jam, kini kami jadi punya satuan lain yaitu kocokan kontolku ke memek wanita-wanita haus seks itu.

Beberapa kali aku mengocok sambil menghitung di kocokan yang keberapa mereka biasanya orgasme, aku jadi tahu kalau Bu Siska biasanya mencapai klimaks di kocokan ke 800 hingga 1000 kali dengan 2-3 kali perubahan gaya ngentot. Sementara Bu Hesti lebih singkat, seringkali ia sudah kejang-kejang orgasme saat kocokanku di memeknya baru mencapai angka 700.

Begitu pula saat ini ketika aku melakukannya dengan posisi semi doggy style di dalam rest room villa, pada kocokan ke 291 Bu Hesti ternyata sudah muncak lagi untuk yang ketiga kali.

Karena ia bilang lelah berdiri maka kutunda berejakulasi lalu mengajaknya menemani aku sarapan, ia sendiri bilang sudah menyantap makan paginya sejam yang lalu akibat terlalu lapar.

Kunaikkan celana kolorku yang tadi melorot sebatas lutut saat mengentotinya dan bertelanjang dada kusantap sarapan yang telah disiapkan Budhe Anah di meja makan. Bu Hesti menemani, duduk di sebelahku sembari menikmati beberapa irisan buah segar. Sesekali ia menyuapi aku diselingi dengan keusilannya mencium dan menjilat dadaku.

Benar saja, setelah menghabiskan sepiring sarapan sehat, Bu Hesti menarik tanganku menuju sebuah pojokan di sudut taman belakang villa, dari sana kami bisa melihat semua area seluas kira-kira 2000 meter persegi yang merupakan halaman belakang samping kiri bangunan utama. Bu Hesti membawa matras selebar 1,5m dan panjang 2m yang entah dimana ia dapat, lalu sesampai di sebuah area terbuka yang dikelilingi pohon bonsai berdaun cukup lebat dengan rumput ditengahnya, ia menggelar matras itu disana.

Seperti tak sabaran ingin segera dicoblos, Bu Hesti berbaring telentang menghadap atas beralaskan matras tadi, kedua kakinya ia angkat keatas dan dibentangkan kiri kanan, pahanya terbuka lebar menunjukkan padaku betapa sensasionalnya posisi ‘nantang’ itu!

Akupun dengan sigap menempatkan diri diatas tubuhnya, memasukkan kontolku ke memeknya dan mulai memompa sambil mendesah-desah keenakan, demikian pula ia. Ibu dosen binal itu meraih pinggangku dengan kedua tangannya, seperti menuntun gerak pinggulku dan ingin mengatur kecepatan kocokan kontolku keluar masuk memeknya sekaligus menekan keras saat aku menghempaskan paha ke selangkangannya.

Dengan gaya missionaris itulah, pagi ini aku tuntaskan birahi wanita paruhbaya kedua yang merupakan partner seks utamaku setelah Bu Siska.

2 jam saja di pagi ini aku sudah membuat Bu Siska 4 kali orgasme, dan Bu Hesti 3 kali (itu yang kurasakan dari denyutan memeknya saat kuentot tadi, padahal menurut pengakuannya ia sudah 5 kali ngecrot didalam sana). Sementara aku sendiri tak menuntaskan birahiku di memek Bu Hesti, karena memang sejak pertama mengenal seks, seperti juga yang sering dipuji oleh perempuan-perempuan penikmat kontolku, salah satu kemampuan lebih yang kumiliki dalam hal senggama adalah kemampuan mengatur kapan mau klimaks dan menyemprotkan spermaku, aku sudah bisa memisahkan antara ejakulasi dan klimaksku sendiri.

Puas menggarap dan memuaskan birahi perempuan dewasa beranak 5 yang juga dosen akuntansiku ini, aku segera beranjak menuju kolam. Sejenak kulakukan pemanasan sebelum menceburkan diri dan berenang mengitari kolam yang kelilingnya saja memiliki panjang 310 meter. Aku berenang dengan berbagai gaya sampai berhasil 4 kali berputar menyusuri sepanjang garis tepian dan 2 kali diagonal kolam, artinya aku berenang total 1,5km lebih pagi ini!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu