2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

Sampai di rumah menjelang sore hari itu, aku langsung masuk kamar. Dan betapa aku terkejut melihat pemandangan di dalam sana. Di tempat tidurku sudah berbaring seorang perempuan paruh baya, mengenakan daster tipis, baju tidur transparan dari bahan sutra putih lembut yang cukup memberikan gambaran bentuk tubuh sintal nan aduhai.

Wajahnya menyunggingkan senyum yang lebih berarti ajakan bagiku untuk segera ‘menyantap’ hidangan itu mentah-mentah! Huh, ibu rupanya juga menginginkan itu, sehingga tanpa permisi padaku, begitu aku duduk di pinggiran tempat tidur dan akan menciumnya ia menyambut dengan antusias. Tangannya langsung dengan cekatan mencomot satu-persatu pelapis tubuhku.

“kamu jahat membiarkan ibu menunggu dari siang tadi… besok kita akan ke puncak. Bu Hesti tentu sudah memberitahukan itu,” lembut dan datar sekali suaranya, menunjukkan betapa ia seorang ibu yang matang fisik dan mental.

“apa itu Bu?”

“nakal kamu, pura-pura tidak tahu,” lanjutnya setelah berhasil melepas semua pakaianku.

“Baru saja kamu pasti sudah melayani Bu Hesti, sekarang apa masih ada sisa untuk ibu?”

“haaah?” aku terkejut ternyata ibu tahu itu. Tapi belum lagi aku habis berpikir bagaimana ia sampai mengetahuinya, ibu sudah menindih, dengan sedikit mengangkat gaun tipis itu ia langsung menempatkan diri diatas pinggangku yang kini terbaring dengan penis yang secepat itu pula tegang mengeras.

“ayoooh say, ibu sudah basaah dari tadi, ngga tahan bayangin kamu terus, oouuh,”

“ssshhhh… oouuhh ibuuuuuhhh enaaaakhhhh,” desahku meluncur begitu ia menurunkan pantatnya dan membalut penis tegangku kedalam celah liang vaginanya. Langsung menggoyang naik turun, pelan, pelan, dipercepat, agak cepat dan semakin cepat sehingga kini keciplaknya mulai terdengar keras. Plak! Plak! Plak!

“Oooohhhhh!!! Ooohhh… ooooohhhh… ooohhh… aaahhh… oooohhh,” jeritnya keras sambil menjambak-jambak sendiri rambutnya yang lepas tergerai. Kubelai buah dada besar ibu yang sudah lama menjadi ‘hak-ku’ itu.

“oooohhh yyeeeeessshhhh yaaang kerassshhh remeeeeshhh susu ibuuu!!!” teriaknya lagi.

Tak tahan dengan sensasi nikmat ibu angkatku ini, aku jadi ikut-ikutan bernafsu. Kubanting tubuhnya, giliran aku yang diatas memompa naik turun. Padahal gaun tidur sutra itu masih melekat dan kini melingkari pinggangnya. Bagian dadanya melorot kebawah dan roknya terangkat keatas pinggang. Sebuah pemandangan yang justru membuat nafsu semakin terpanggang birahi.

Ibu tak mau pasif saja, sejurus kemudian ia membalikkan posisi. Aku kembali berada dibawah, ia berputar menghadap ke arah kakiku, sambil terus saja mengocok vaginanya dengan penisku turun naik. Bongkahan pantatnya yang semok besar kuremas-remas, ketika terangkat ke atas ia menunjukkan betapa kemaluanku yang tegak dan keras itu menyangga celah bibir vaginanya.

“Say, hhhooooohhhhh ibuuuhh nggggaaaa taaaahaaannnn… mooo keeeluar aaauhhh!!!”

“yyaaahhh buuuhhh ayoooohhh keluarin… hhhh, tapiiii hhhheehhh baliikk duluh” pintaku sambil terengah-engah.

Sejenak kemudian ia melepas pertautan vagina dan penis itu. Lalu berbaring telentang disampingku. Kakinya diangkat tinggi keatas dengan paha yang membuka lebar, menunjukkan belahan bibir vagina yang merah merekah dengan bulu lebat itu. Benar-benar sensasional! Vagina itu kini menganga lebar menunggu penisku untuk ‘menuntaskannya’ dengan segera.

“ah… ibu…” aku sampai berguman mengagumi pemandangan yang terhidang begitu sempurna dihadapanku sekarang.

“kenapa saaaay?” rajuknya manja.

“memek ibu bagus sekali…” dengan jujur kukatakan.

“ah kamu bisa aja, ayo say… ibu ngga tahan niih…” pintanya sekali lagi. Aku yang kemudian tak tahan juga. Secepatnya kutempatkan pinggangku diantara pahanya, menempelkan penisku di bibir merah vaginanya, meraih kedua susu besar ibu dengan kedua tanganku dan langsung menggenjot keras dan cepat sekali.

“Ooooooouuuuuhhhhh… aaaaaahhhh… ahhhh… ahhh… ahhhh… ahhh… yesss!!!!” jeritan khas Bu Siska setiap kali ia akan menjelang orgasme. Aku bergerak tanpa jeda, terus menggenjot naik turun sambil meremas dan berpegang pada buah dada besar itu.

“mmmmmmm… mmmmm… mmmmhhhhhhhh… oooooohhhh… iiibuuuuhh keluaar rrrrrrrrr… oooouuuuhhhh yesss yesss yesss… haaaaaaaaahhhhh,” jerit panjang itu mengantarnya sampai di ujung kenikmatan.

“Yaaahhhh… buuuuhhh ayooohhh keluariiinnn semuaaahhh ooohhh meeemeeek ibuuuuhh enakkkk ooouuhhh… sshhhh… jepiitttt buuuuhhh ooouuhhhhh,” aku ikut berteriak merasakan jepitan vagina ibu yang semakin keras saat-saaat ia terasa melepas di dalam sana. Duh, nikmatnya memek ibu angkatku ini. Beberapa saat tubuhnya mengeras, pahanya mengapit tubuhku dengan kuat.

“jangan lupa, bu. Saya belum…” bisikku pelan sambil mengecup belakang telinganya, berusaha membuat ibu bangkit lagi.

“yaaa… sayang, goyang aja yang pelan… ibu masih sanggup, tapi yang pelan aja,”

“baik bu,” aku mulai menggoyang lagi. Dengan pelan seperti permintaannya. Dengan mesra seperti yang lebih aku suka.

“I love you, Bu…” bisikku sambil terus menggoyang naik turun diatas tubuhnya. Matanya yang sedari orgasme tadi terpejam, membuka dan menatapku seperti tak percaya.

“ibu juga sayang kamu… oouuuhhhh… nikmatnyaaahhhh,” ibu langsung memelukku erat. Membelai lembut punggungku. Aku meneruskan goyangan pinggul naik turun diatas pangkal pahanya dengan pelan dan mesra. Bibir kami bertaut, saling melumat didalam sana, lidahku dan lidah ibu seperti berebut membelai dinding-dinding dalam rongga mulut kami.

Pahanya mulai menjepit, mengapit pinggangku yang terus bergoyang. Bu Siska rupanya telah bangkit lagi dengan permainan lidahku di permukaan buah dadanya. Bibirnyapun mulai menggumam lagi, nafasnya turun naik.

Kupercepat goyangan dari atas, “ooooouuhhh… sayaaang…” desahnya.

Ibu mulai berusaha mengimbangi goyanganku, pinggulnya dibuat meliuk seperti menuntun alur kemaluanku dalam liang vaginanya.

“ssshhhhh… ibuuuu diatas say…”

Kami berbalik posisi. Ibu sekarang menindih, berat juga karena ukuran tubuhnya yang montok besar itu. Tapi kenikmatan liang vaginanya yang terus membalut lembut penisku membuat aku tak merasakan beban tubuhnya. Ia kini asik bergoyang, pelan awalnya dan bertahap dipercepat.

Kali ini aku tak mau berlama-lama lagi, bersamaan saat ibu menyodorkan buah dadanya ke mulutku, pahanya seperti mengepit memberikan tanda bahwa ia sudah menjelang orgasme lagi. Memang sudah limabelas menit sejak orgasmenya yang pertama tadi.

“ibuuuhhh mau keluar?”

“iyaahhh saaayaaangg… hhhh seeebenntaaar lagiiiihhh rasanyaaahhh…”

“samaaahh-samaaahhh buuuhhhh… saya jugaaah,”

“ayoooohh saaayyy sekaraaanggg… hhh… hhhh… hhhh… ooouuhhhh…”

ibu mempercepat genjotannya. Aku mempererat pelukanku, kami berciuman mesra, dengan kuat dan sepenuh hati. Sampai kemudian…

“aaaauuuuuuuuhhhhhhhh… ssshhhh… oooooohhhhhhhhh… ibuuuu kelluaarrr… buuuuddiiiiihhh… iiiyeeesss… ooouuhhhhh yeeeeessss… ooohhh yeessss,” jeritnya panjang sembari menjepit keras.

Beberapa detik kemudian aku menyusul…

“Ooooohhhhhh… buuuuuuuhhhh… aaahhhhhhhh… yesss yess yesss yesss oouh yess ouh yesss ouhhh yesssss…!!!!” aku melepas puas.

Untuk kesekian kalinya pada hari ini kutumpahkan spermaku dalam liang vagina perempuan paruh baya ini. Puas sudah rasanya menikmati sari tubuh Bu Siska yang kini terkapar disebelahku.

“Bu…” aku memanggilnya setengah berbisik.

“iya sayang” sahut bu Siska mesra sambil mengecup.

“ibu ingat nggak kalo besok pagi kita ngapain di puncak…” aku ragu melanjutkannya.

“ingat dong, say… emang kenapa? Ada perubahan?”

“engga sih, Cuma Budi koq canggung ngomongnya…”

“malu? Masa sih kamu malu say?”

“ibu sendiri gimana?”

“eeemmmm… gimana yaaah… asik juga, malah ibu nggak sabaran rasanya… hehehe jadi malu…” ibu menutup wajahnya dengan bantal. Aku geli juga membayangkan kejadian besok. Benar juga kata ibu. Pastilah sangat mengasikkkan. Ah aku tak sabar lagi!!!

“Sudah ah, sekarang cuci dulu gih… belepotan tuh!” kata Bu Siska sambil menarik tanganku ke arah kamar mandi. Selesai bersih-bersih, aku mengajak ibu makan malam, lapar sekali rasanya setelah 6 jam lebih menikmati 2 ibu-ibu bertubuh montok dengan memek nikmat tiada tara itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu