2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

Sejak peristiwa pertamaku dengan Budi itulah aku bertekat akan meminta, bahkan kalau ia menolak, akan kupaksa siska berbagi ‘jatah’ dari Budi. Pokoknya Budi harus jadi milik bersama!!! Harus!!! Kalau ia tidak mau aku merebutnya sendiri! Dan kalaupun suamiku tahu hal ini, peduli setan!!! Aku akan kawini pejantan muda itu!

Akan kuberikan anak sebanyak-banyaknya! Akan kupenuhi rongga rahimku dengan spermanya! Sebanyak-banyaknya! Sesering- seringnya! Persetan dengan pertautan usia yang jauh berbeda! Persetan dengan aturan moral dan etika! Persetan dengan orang lain! Mulai saat ini, aku cukup hidup dengan gelora nafsu birahiku!

Saat kami check out dari hotel, Budi berpesan padaku untuk segera membicarakan hal ini dengan ibu angkatnya. Hal yang menurutnya tak bisa-ditawar-tawar lagi. Jadi aku harus siapkan diriku sesiap mungkin untuk mengatakan hal ini kepada Siska. Karena kalau tidak maka hubunganku dengan Budi akan berakhir, demikian ia mengancamku.

Dan tepat pada malam pesta ulang tahun pernikahanku itulah aku akhirnya berhasil menaklukkan hati Siska, berhasil kubujuk ia untuk ‘membagi’ anak angkatnya denganku. Hmmm! Yang paling penting adalah aku berhasil meyakinkan Siska untuk mencoba bermain bertiga!!! Sesuatu yang bahkan dalam mimpi pun tak pernah terbayang olehku dan Siska!

Sehari setelah pesta itu, aku sengaja mengajak Siska pergi ke Hotel. Tanpa membawa Budi karena aku memang memerlukan moment khusus untuk membicarakannya. Tanpa disangka-sangka ternyata Siska menyambut dengan antusias rencanaku itu. Meski ia masih terkesan malu-malu saat aku memintanya bercerita tentang pengalaman-pengalaman ‘terbangnya’ dengan Budi.

Dari ceritanya aku jadi tahu bahwa Siska yang sekarang bukanlah Siska yang dulu kalem, polos dan putri malu itu. Ia tak lagi canggung menyebut-nyebut ‘kontol besar si Budi’, ‘memekku gathaaal’ dan kata-kata seronok lain saat menceritakan semua aktifitas seksualnya dengan Budi. Aku hampir tidak percaya pada pengakuan polosnya; mereka melakukan hubungan sampai enam kali sehari!

My God! Kenapa Siska bisa seberuntung itu ya? Kalau saja mereka main sampai enam kali sehari dan disetiap permainan Siska sampai orgasme dua kali saja maka dalam sehari ia bisa 12 kali klimaks. Aku ngeri sendiri membayangkan hal itu. Membayangkannya saja sudah membuatku ‘basah’ apalagi mengalaminya.

Di hotel, kami menyusun rencana-rencana untuk ‘ritual’ seks segitiga itu. Benar seperti yang Budi katakan, meski mengiyakan ide gilaku untuk main bertiga, Siska masih juga memikirkan akan betapa risihnya suasana itu nanti.

“Gimana kalau kita lakukan bertahap aja, Sis,” aku seketika dapat ide.

“maksudmu?”

“Gini… nih, kamu main aja dulu sama do’i. trus aku ngintip kalian, naah begitu kalian sudah pada panas, baru aku gabung, gimana?”

“hmmmm… bagaimana yaah… aku bingung memulainya, Hes. Nggak biasa selingkuh sih…”

“alaaahh, munafik lu Sis! Lama-lama kutonjok juga kamu!” candaku sambil mencubit hidungnya.

“iyaa.. aduuhh!!! iya iya deeh, aku mau, huh dasar hiper!” ia mengejekku.

“he.. hey, apa ngga terbalik, kamu yang gila, masa anak sendiri diembat juga?”

“weeek! Kan anak angkatku!”

“tapi tapi ideku tadi gimana, Sis?”

“OK deh, nyonya liar! Aku ngalah,”

“jadi kamu mau begitu? Maksudku kamu yang main dulu, aku ngintipin kalian,”

“nggak! Kalian aja yang main duluan, aku yang ngintip!”

“enak aja, emang kamu mau kalau aku keburu keluar dan penisnya belepotan!”

“nah lo! Sekarang kamu sudah mulai jorok!”

“kamu yang ngajarin!” sengitku.

Akhirnya kami sepakat juga. Rencananya, sabtu pagi aku yang ke villa Siska di puncak lebih dulu, mempersiapkan segala sesuatunya. Mengatur kamar utama agar aku leluasa melihat mereka bermain terlebih dahulu tanpa diketahui oleh Budi.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu