2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari Ibu dan Bu Hesti, jam 05.00 pagi aku sudah berolah raga, memutari jogging track sekeliling rumah dengan panjang mencapai 360 meter, aku berlari santai mengitarinya sebanyak 10 kali, artinya pagi ini aku total melakukan jogging sejauh 3, 6km. Dinginnya udara tak menghentikan kucuran keringat yang membasahi tubuhku.

Ibu dan Bu Hesti sedang berendam di bathtube saat aku kembali ke tempat kami bertiga bertempur sampai tertidur tadi malam. Dari luar kamar mandi yang berdinding kaca dengan pemandangan kebun bunga mini di samping bangunan utama rumah besar itu, suara gemercik air bercampur canda tawa ibuku dan Bu Hesti terdengar.

Beberapa menit menyaksikan apa yang mereka lakukan membuatku horny. Jadilah aku melepas semua pakaian yang sudah rapi kukenakan dan bergabung masuk ke bathtube yang airnya masih terasa hangat. Mereka dengan senang hati menyambutku, kuawali dengan mencium bibir-bibir mereka sambil membelai-belai susu besar kedua perempuan bertubuh bahenol itu.

Kuusap usap susu ibu yang licin penuh busa sabun dengan tangan kananku, tangan kiriku melakukan hal sama di permukaan payudara Bu Hesti. Tangan kiri ibu lebih dahulu meraih kontolku yang sudah tegang sejak awal melihat mereka tadi, disusul sedetik kemudian tangan Bu Hesti menggenggam kedua telor yang menggantung di pangkal kemaluanku.

“Aaaaaahhhhhh ennaaaakkkk Buuuuuu… gelii tanteeeeee…” aku mendesah menahan nikmat.

Kubalas memelintir puting susu mereka, maksudku agar keduanya juga terangsang.

“Oooouuhhhhh sssshhhhh remesss susu ibu sayangkuuuhhh…” ibuku mulai ikut mendesah.

“Ampuuuunnnn gue gak tahan Siiiissssssss… Budi… tolong entot tante dulu sayang… memek gue dah becek banget nih Sissss” sahut Bu Hesti pada kami berdua.

Kupandangi ibu sejenak untuk meminta persetujuan, ia menggangguk…

Maka kusuruh Bu Hesti berlutut dan menungging membelakangiku, ibuku terlebih dahulu duduk mengangkangkan pahanya lebar di tepi bathtube, dibelakangnya ada ruas yang cukup untuk ia meletakkan bokong dan bersandar di dinding. Posisi wajah Bu Hesti yang menungging itu jadi pas berhadapan dengan memek ibuku.

Ia mencaplok kemaluan milik sahabatnya hampir bersamaan dengan gerakan pinggulku yang maju kearah bokongnya untuk memasukkan kontol dari arah belakang. Agar posisi berdiriku mantap, kupegang pinggang Bu Hesti dan mulai mengobok-obok memek sempit dosen akuntansi itu dengan pelan. Makin lama makin cepat.

Bu Hesti sampai menjerit-jerit keenakan, apalagi saat kedua tangan ibuku meraih dan meremas susunya yang tadi mengondal gandul seiring hantaman keras pinggangku dari belakang. Tangan Bu Hesti yang tadi bertumpu di pinggiran bathtube pun kini pindah ke dada besar ibu, ia berpegangan sambil meremas kedua susu berukuran jumbo itu hingga membuat pemiliknya histeris.

“Aaaaaahhhhh ennaaaakkk Hessssss, sedduooottt ittillll guwweeehhh!” teriak ibu hampir bersamaan dengan jeritan nikmat Bu Hesti

“Oooouuhhh Fuuuccckkkkk!!! Entoottt memek gue yang keerrraass Budiih gigolokuuuuhhhhhhhhh!!!!! Aaaaahhhhhh remmeesss susu gue Siska peccuuunnnnnn!!!!” Kata-kata kotor mulai keluar dari mulut Bu Hesti

“Yeesss yess yeesss!!! niihh terima kontolku Hesti lonte memek jepit!!!” aku menyahut dengan tambah kencang menyodok ke relung vaginanya, kepala kontolku terasa membentur dasar lubang nikmat itu.

“Ayyooohhh Hestii lonteeeee!!! Seddot yang kerrassss memek guweeehh pecun binaaall!!! Ayyoohhh Buuudddd entot si lonte Hesti lebih cepaaaat! Mmeemmeeekkuh sudah gak tahhaan mau dientot kontol kamuuuuhhh!!!” teriak ibu tak mau kalah.

Persetubuhan pagi diawal hari itu semakin panas, tujuh menit saja Bu Hesti sudah orgasme, dan tanpa memberi kesempatan padanya untuk beristirahat, Bu Siska menukar posisi. Kali ini ibuku yang berbokong lebih besar dengan memek lebih gemuk dan tembem itu menungging, menyorongkan bibir kemaluannya ke arah belakang, tak sabar ingin segera dicoblos kontolku yang tengah mengangguk-angguk menunggu.

“Uuuuhhhhhh Siska lontekuuuuhhh! memekmuu enaaak bangeett!! aahh anjing betinaku yang binaaalll!!! goyangin pantatmu Siska lonteeeeee!!!” teriakku.

“Iyyaaaahhhhhh Budi gigolookuuuhhh ayyooh entoot memek lontemu ini dengan kerrrraassss!!! Aaahhhhh! Ayo kuda jantanku!!! Aaaahhhhh enaak bangeet kontolmu bangsaat!!! budiiihhh gigolokuuuhhhh!!!” Balasnya

“Seddottt yang kerras memek gue anjiiinggg Siskaaaaa peccuuunn settan bangsaaattt!!! Seddot itil guwweeeehhhhhh lonteeeeee toked gedeeeeeehhhhh!!!” Teriak bu Hesti meminta ibuku menyedot memeknya dengan lebih kuat lagi.

Aku memang tak dapat melihat bagaimana serunya ibu menyedot memek sahabatnya itu, tapi dari ekspresi wajah dosenku yang seperti orang gila, aku yakin ibu pasti tengah menyedot clitorisnya dengan keras! Perempuan beranak lima yang juga dosenku itu terlihat meringis menahan dahsyatnya service lidah dan mulut ibu di bibir kemaluannya.

Ibu tak dapat berteriak karena mulutnya dibekap keras oleh permukaan memek Bu Hesti, dosenku itu bukannya meremas susu sahabatnya seperti yang dilakukan oleh ibuku padanya tadi, tapi menjambak rambut dan menekan kepala ibu makin kuat kearah pangkal pahanya yang pastilah banjir oleh lendir sisa orgasme!!!

“Mmmmmmm… mmmmm… mmmmmm!!!” cuma itu bunyi yang terdengar dari mulut ibu, sementara aku terus menggenjot memek tembemnya.

Gejala orgasme ibu mulai terasa di dalam sana, kontolku seperti disedot kedutan-kedutan, kata orang itu namanya memek empot ayam. Makin cepat kedutan empot ayam memek ibu, pertanda sebentar lagi ia akan memuncak. Mengetahui itu, aku tak ingin berlama-lama, karena sudah sempat berolahraga cukup berat tadi, tak mau tubuhku lemas di pagi ini.

Kuingat hari ini aku akan “menunaikan tugas” nikmat dari ibu dan Bu Hesti untuk merayu Budhe Anah! Maka aku fokuskan pikiran dan secara hampir bersamaan, aku berteriak, ibupun begitu, aku menghempas, menyemprotkan sperma yang sangat banyak kedalam rahim calon mertuaku itu. Memeknya masih juga berkedut empot-empotan saat spermaku sudah 11 kali memuncrat di dalam sana, memek itu terasa seperti membalas semprotan spermaku dengan juga menyemburkan lendir hangat, menerpa kepala kontolku yang terparkir di dasar liang rahim ibu.

Aku hampir tak memperhatikan ternyata Bu Hesti juga ikut menggapai puncak kenikmatan bersamaan dengan kami, karena terlalu asik menikmati semprotan sperma dalam memek ibu dan menikmati kedutan-kedutan kelaminnya yang begitu kencang meremas kontolku pada saat ia orgasme.

45 menit ‘Good Morning Fuck’ (perngentotan selamat pagi) itu selesai dengan dua kali orgasme Bu Hesti, sementara aku dan ibu sama-sama satu kali memuncak. Meski begitu, kami bertiga sangat puas. Setelah nafas agak tenang, barulah kami membilas badan yang masih belepotan sabun campur lendir.

Ibu dan Bu Hesti mengenakan celana jeans panjang dan baju kaos casual warna putih, bak perempuan kembar saat duduk berdampingan waktu sarapan. Ibu bilang, mereka akan pergi ke mata air panas yang berjarak 75km lebih dari sini, kutahu itu untuk memberi kesempatan padaku dan Budhe Anah saling pedekate.

meski ibu berpesan agar aku mengajak perempuan itu bercinta, bukan ngentot! Hehehe, mana mungkin aku tahan untuk tidak menyodokkan kontolku ke memeknya dengan keras, memompa vagina yang sangat mungkin lebih tembem dari bentuk kelamin ibu, dengan kecepatan penuh, meremas keras susunya yang pastilah besar, menjepitkan kontol di celah antara sepasang payudara super jumbo, singkatnya mencumbu Budhe Anah dengan brutal!!!).

Rugi lah kalau pesona seks tubuh Budhe cuma kunikmati dengan gaya bercinta standar yang mesra, pantatnya terlalu menantang untuk tidak ditampar-tampar saat melakukan doggy style.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu