2 November 2020
Penulis —  memekibustw

Budhe Anah janda desa bertubuh ibukota

Malamnya, setelah menghabiskan makan besar akibat perut yang tak terisi dan tenaga yang terkuras habis oleh pertarungan kelamin, kami langsung beranjak balik ke kamar ibu. Kebiasaan baru kami, sejak tiga malam yang lalu Budhe menemani tidur bersama. Tentu setelah kegiatan memadu birahi bersama (kini berempat, dulu bertiga) yang rutin tiap akhir pekan kami lakukan.

Ibu dan Bu Hesti tidur agak awal malam ini, jam 20.00 mereka sudah terlelap, sementara aku membantu istri baruku eehhh Budhe Anah merapikan pakaian-pakaian kami yang berserakan setelah permainan seru 3 jam sebelumnya. Esok hari, ibu dan Bu Hesti harus ke tempat kerja masing-masing lebih awal dari biasanya, ibu ada meeting dengan partner bisnisnya, sementara Bu Hesti ada jadwal koordinasi di kampus untuk mahasiswa program S2 pada jam 8 pagi, itu sebabnya mereka harus bangun setidaknya pukul 6.

STMJ = Sholat Terus Maksiat Jalan).

Meski sudah berkali-kali ngentotin Budhe sejak pagi, aku masih saja tergiur untuk menggauli perempuan bertubuh montok dan berkulit putih bersih itu malam ini. Beberapa saat ketika kami sudah beres membersihkan kamar ibu dan membawa peralatan makan ke dapur, aku dan Budhe masuk ke kamarku.

Disana, dengan mesra kami berciuman, berpelukan, dan saling memagut. Kujilati sekujur leher Budhe, membuka satu persatu kancing bagian depan baju kebayanya, menyingkap BH hitam penyangga susunya keatas, lalu menerkam puting buah dada besar itu, menggilirnya satu persatu…

“Ooohhh adeeennn… ssssshhhhh… aden paling suka susu Budhe?”

“Ya iya lah Budhe… aku suka banget ukurannya yang besar… suami budhe dulu pasti sering meremasnya yaa?”

“Hihiiii… iyya deennn aaahhhhhh…”

“Pantas bisa segede ini…”

“Bisa tambah gede lagi kalau aden tiap hari ngeremes dan netek’in…”

“Heheee iya Budhe… aku maunya tiap malam bisa mimik susu Budhe…”

Kali ini kulepas pakaian kebaya itu dengan perlahan, ingin rasanya memuasi Budhe dengan cara mesra sekarang. Setelah itu, kain jariknya, Budhe bugil sudah, karena ia tak memakai celana dalam. Hanya BH hitam yang kulorotkan kebawah susunya yang tersisa. Sengaja kubiarkan karena Budhe tampak seksi sekali dengan BH berenda itu.

Budhe pun melepas satu persatu pakaianku, dari baju kaos, celana pendek dan terakhir celana dalam. Dengan lembut ia mendorong badanku agar rebahan di pinggir tempat tidur, rupanya budhe ingin mengulum batang besar yang sudah 3 hari ini mengoyak kelaminnya dan membuat dirinya terpuaskan. Aku berbaring dengan kaki menjuntai kebawah, Budhe memegang penis yang tak cukup digenggamannya itu, lalu dengan pelan sekali ia menjulurkan lidah kearah pangkal batang panjangku, menjilat dari sana, perlahan menuju keatas, hingga mencapai kepala kontolku.

Puas memainkan kontolku yang sudah tegang dan sangat keras, Budhe berbaring di tengah, menghadap keatas, kakinya ia tekuk, pahanya dibuat ngangkang. Kurasa Budhe ingin agar aku segera mulai menyetubuhi, tapi tentu tidak. Karena seperti yang sering kukatakan pada perempuan-perempuan penikmat kontolku, aku paling suka jilmek sebelum memulai permainan utama.

“Uuuffffssss…”

Aku menjilat keliling bibir memeknya, desahan Budhe makin panjang…

“Nnnnggggg… nnnggg… nnnngggg…”

Kujepit bibir vaginanya yang tebal, Budhe merintih…

“Hoooouuuusssshhhhh uuuuuuuussssshhhhhhh…”

Kujilat itil Budhe, ia menjerit pelan…

“Uuuuhhhhh deeeeennnn…”

Klitorisnya kusedot agak keras, Budhe memekik…

“Aaaaahhhhhhh adeeennnnn!!!”

Creettt creeettt creeettt… memeknya menyemprotkan cairan kental yang meluber keluar, telapak tangannya meremas kuat rambutku, menekan wajahku semakin ketat menempel di permukaan bibir kemaluannya! Budhe orgasme… kujilat dan kuminum lendir yang terasa agak asin di mulutku…

“Hadduuhhh deeennn… Budhe gak tahhaaaaannnn… ayo deeennn colokin memek Budhe pake kontol adeennnn…,” ia merengek, aku tak peduli. Malah kini kumerangkak keatas tubuhnya. Mulutku sampai di puting susu Budhe, lidahku menjilat sekeliling aerola itu, lalu menyedot puncak gunung kembarnya yang sudah keras.

“Haddoooohhhh adeeen sayaaaang, Budhe gak tahhaaan deennnn ayooo deennnnn setubuhi Budhe sekarang sayaaaaang…”

Kasihan Budheku yang manis, ia sampai mengemis-ngemis minta segera dientot! Eh disetubuhi, kuingat, kali ini aku ingin bercinta dengannya!

“Baiklah Budhe sayangku… ayo kita lakukan dengan mesra,” aku berkata demikian sambil meraih pipi Budhe, kutahan dengan kedua tangan, dan kucium bibirnya mesra.

Sementara dibawah sana, kurasakan telapak tangan Budhe mengarahkan ujung penisku tepat kedepan pintu vaginanya, aku mendorong masuk dengan perlahan, terdengar erangan Budhe menikmati momen masuknya kontolku…

“Hoooooouuuhhhhhh deeeeeennnnn panjangnyaaaaaaaa…”

Aku mulai menggoyang…

“Aaaaahhh aden sayangkuuuuu… enaknyaaaaaahhhhh…”

“Iya Budhe cintakuuuuu,”

“Oooohhhh deeen Budi sayang Budheeee??? Aaaahhhhhh…”

“Iyya Budhe… aku cinta Budhe… aku suka Budhe, aku sayang Budhe…”

“Oooohhhh deeeen, beruntungnyaaa Budhe deeeennnn, dapat pacar ganteng kayak adeeennnn… hooohhhh,”

“Aku jugaaa Budhe, beruntung dapat Budhe yang manis ini… memeknya enaak pulaaaa… ooouuhhhh Budhe… susu budhe besaaarrrr, aku sukaaa bangeet budheeee…” desahanku mulai panjang, menikmati detik demi detik sari tubuh perempuan paruhbaya bermemek tembem dan bersusu besar ini.

“Iyyaaah deeennn, susu budhe buat adeeennnn, memek budhe buat adeenn, tubuh budhe semua buat adeen ajjaaahhhh aaaahhhh Budhe sayang adeeennnn ooouuhhh Budhe cinta den Budiiihhhhh hooohhh, Budhe mau hampir muncak laggiihhh deeennnn aaaauuuhhhhhhhhh…”

Mulai terasa gejala orgasme Budhe, sudah duapuluh lima menit kami bercinta, tumben Budhe bisa tahan selama ini… biasanya sepuluh menit saja ia sudah menggapai puncak. Goyanganku tak jua melambat, kugenjot terus ia tanpa jeda… tak peduli memeknya mulai berkontraksi…

“Hhhhhouuuhh Budheee kok bisa lamaaa?”

“Hiiiyaaa deeennn aaauuuhhhh Budhe juga gak ngertiiiii…”

“Mungkin karena kita mainnya pelan dan mesra Budhe…”

“Iyya deennn, Budhe bahagia banget bisa disayang sama anak muda ganteng kayak adeennnn, ooouuhhhh deeen jangan berhenti deeenn goyang teruuusss aden sayaaaang oooouuuhhhhhh,”

“Ooouuhhh Budhe, aku juga beruntung dapat Budhe yang maniiiisss… memek Budhe njepit bangeeett, susu budhe bessaaarrrr… aku suka Budheee oooouuhhhhhh…”

Heran, Budhe kok belum juga keluar, mungkinkah ia sama seperti ibuku yang bisa tahan lama kalau bercinta dengan pelan? Aku juga rasanya ingin cepat keluar bersamaan…

“Budheeee…???” panggilku sambil terus menggoyang pelan.

“Hooouuhhh iyaaahh deeennnn… ada appaaah sayaaang???”

“Budhe kok lamaa??? Ooouuhhhh dan rasanya lebih enaaakk aaahhhhh,”

“Gak ngertiiiih oohh… deeennnn… aauuhhh… Budhe ooohhh… seeebeeenarnyaaaahhh… ooouhh… sudah aaahhh… mauhh… oouhhh… muncaaakhh… daaa… riiih ta… diiiih… taahhh taa taa taapiii oouuhhhh… karenaaahhh… aa aaa aden ajak aaahhh… bicara teruusshhh… Budhe jadiiiihh iiii…

“Malam ini Budhe cantik sekali… ooouuhhhh Budhe sayaaang… aku suka Budhe pake kebayaaa… ooouuhhhh… Budheeeee…”

“Ooouuuhhhh maaassaaa sssiiihh deennnn??? Oooouuuhhhh…”

“Iiiiya Budheeeehhhhh aaaauuhhh yaaaaahhhh… susu Budhe jadi tambah besaaarrrr aaaahhhhhh kalo pake kebayaaahhhhh aaaahhh,”

“Aaaahhh deeennnn, cuuuuummaaahhh ke ke kebaaayaah yang Budhe punya banyaak aaaahhh, lainyaaah dasteerrr dikasiih ndoro nyonyaaahh aahhhh goyang terus deeennnn jangan berhentiiiihhhh Budhe hampiiirrr ooouuuuhhhh adeeennnn budhe kelluaaarrrrrrr gaaak tahhaaan deeennnnnnn ennaknyaaaaahhhh deeennn oooohhhh,” lolongnya panjang, akhirnya Budhe melepas, aku hampir, kugenjot lebih kencang, menancapkan dalam-dalam dan…

“Aaaaahhhhhh Budheeeeeee aku kelluaarrrr jug gaaaaaahhhhhhhh hoooohhhh Budheeee memekmuuu enaaaak banggeeeeetttttttt aaaaahhhhhhhh!!!!”

Kami melepas hampir bersamaan, sedetik kurang sejak ia berkontraksi, penisku juga muncrat cukup banyak dalam memeknya. Kaki Budhe terasa membelit kuat pinggangku saat aku melepas tadi, membuat kenikmatan ejakulasi yang kualami benar-benar maksimal. Sungguh baru kali ini rasanya aku klimaks dan menyemprot sperma banyak sekali dalam rahim wanita.

“Puas Budhe?” Aku bertanya setelah nafas kami agak reda.

“Banget den… Gak pernah sebelumnya Budhe sepuas ini…”

“Sama Budhe, aku juga baru pertama kali muncrat banyak bener dalam memek Budhe… kenapa ya? Budhe cantik sekali malam ini…”

“Ah aden, Budhe juga sama, puas banget main sama aden yang gagah, cakep, masih muda, kuat lagi… barang aden iniiiihhh iiihhh Budhe sering gemes…” ia meremas penisku yang sudah tercabut dan parkir diluar memeknya.

Budhe bangkit dan melepas BH nya, dari tas yang ia bawa, Budhe mengeluarkan sebuah lingerie berwarna hitam yang terbuat dari sutra, aku sedikit kaget…

“Wah, seksy sekali ini Budhe…!”

“Hu’uh den, harganya juga pasti mahal, ndoro Hesti yang kasih,” ungkapnya seraya mengenakan lingerie itu.

Ah, Budhe benar-benar sexy abis! Sudah bahenol, kulit mulus, wajah manis keibuan, ditambah lingerie cantik berwarna hitam!

“Lain kali aku pasti akan menerkam kalau lihat Budhe pakai baju ini…”

“Idiiihh Budhe mau diterkam, takut aaahhhh…” candanya genit, ia menggamit lenganku, bangkit dan mengajak kembali ke kamar ibu. Malam sudah mulai larut…

“Ayo den, besok aden mau ke kampus jam berapa? Budhe takut aden jadi telat bangun dan masuk kuliah…”

“Iya Budhe, tapi ini lho, sexy banget…” ujarku memuji penampilannya mengenakan lingerie… benar-benar menggugah selera!!!

“Udah den, besok kan masih ada waktu, Budhe janji pakai ini lagi kalau mau tidur sama aden…” lanjutnya berkata seraya membenahi sprei tempat tidurku yang acak-acakan akibat permainan kami tadi.

“Hehehe… makasih Budheku sayang…” ujarku lalu berjalan menggamit lengannya.

Sampai di kamar ibu, aku langsung menyelip diantara dua perempuan paruhbaya yang sudah terlelap itu, Budhe memilih tidur disamping ibu, mereka berhadapan. Karena posisi ibu yang tidur membelakangi aku maka kupeluk tubuh Bu Hesti, tak lupa kuposisikan diri agak bawah dengan wajah tepat menghadap susu model pepaya Solo milik dosenku itu, mulutku mengulum putingnya, kakiku menumpang di pahanya, dan tanganku memeluk pinggang Bu Hesti.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu