3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Senyum dibibir ayah semakin lebar, “anakmu bukan hanya setuju, bahkan dialah yang mengusulkan agar kamu menikah kembali” jawab ayah dengan nada santai. Aku tertegun mendengar jawaban ayah, dan saya sedikit terkejut mendengar bahwa anak saya menyarankan saya untuk menikah lagi.

Apa yang terbayangkan dibenak saat itu adalah ‘mungkin Roni berpikir saya adalah beban bagi dia dan rencananya dalam menjali kehidupan selanjutnya’. “Sungguhkah Roni yang mengusulkan agar aku menikah lagi?” tanyaku pada ayah sambil memandang dengan tajam, untuk memastikan jawabannya.

Ayahku mengangguk dengan pasti, tapi dia tidak mengucapkan sepatah katapun lagi. Lama aku terdiam, dan dengan perasaan sedikit terluka karena bayangan yang ada dibenakku ‘bahwa anakku tidak mau terbebani ibunya’ akhirnya aku menjawab, “jika Roni memang menyetujui dan bahkan menghendaki aku menikah lagi, baiklah aku setuju tapi itupun harus menunggu selesai suatu masa seorang perempuan yang ditinggal mati atau dicerai suaminya”.

“Itukan menurut anutan hidup suamimu, ingat ayahmu berbeda anutan hidup dengannya, meskipun kami bersahabat sejak kami masih kecil” jawab ayahku sambil tersenyum. Aku tidak mau dipusingkan dengan anutan hidup tersebut, karena terus terang aku sendiri tidak tahu apa anutan hidupku, karena itu aku bertanya pada ayah “dimana Roni sekarang?

“Oh dia sedang pergi ke pasar untuk membeli beberapa macam kebutuhan kita” jawab ayah dengan wajah sumringah, kulihat jelas kegembiraan dan rasa bahagia dimuka ayahku.

“Jadi aku harus mulai berdandan dan berhias kembali untuk menjadikan aku pantas menarik perhatian laki-laki sehingga ada yang tertarik dan melamarku menjadi istrinya?” tanyaku pada ayah.

“Oh tidak, berdandan dan berhias iya, tapi aku sudah memilih seorang calon yang akan menjadi suamimu, dan… kamu pasti akan menyukainya” jawab ayah.

Aku terdiam sejenak karena sedikit terkejut, akankah terulang lagi aku menikah dengan seorang laki-laki yang bukan pilihanku sendiri, demikian anganku berkecamuk.

“Percayalah, kamu pasti menyukai dia” lanjut ayahku yang rupanya mengerti kesangsianku. Dengan ragu aku bertanya “siapa?, Roni kenal dengan orang itu?” “Tentu saja” jawab ayahku dengan nada pasti.

Beberapa lamanya terjadi keheningan, aku tidak mampu berkata apa-apa karena benakku terasa sangat kusut, mengingat pada semua rancangan yang dilakukan secara diam-diam oleh Roni dan ayah, untuk menjadikan aku segera menikah lagi. ‘Sungguh tak kusangka aku telah sedemikian membebani mereka, sehingga mereka ingin segera melihat aku menikah lagi’ begitu perasaanku saat itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu