3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Waktu berjalan dengan cepat seminggu sebelum pernikahanku, Roni bilang akan membalas mengundang Linda dan suaminya untuk makan malam, kukatakan padanya kondisi rumah tidak memungkinkan untuk itu, tapi dia menjawab jamuan makan malam akan dilakukan direstaurant. Jadi hanya aku saja yang diperlukan untuk mendampinginya.

Untuk jamuan makan malam itu kembali kugunakan sbuah gaun yang tak kalah seksinya dengan yang terdahulu, gaun yang dibelikan Roni juga, sebuah gaun mini, yang akan memperlihatkan pahaku.

Diperjalanan menuju kota besar tempat dia akan menjamu, kulihat setiap kali Roni selalu melirik pahaku, dan itu menimbulkan getar gairah tersendiri kepadaku. Ditempat jamuan makan malam Roni duduk disebelah kananku sedang di depanku duduk Linda.

Saat makan malam berlangsung tangan kiri Roni tiba-tiba kurasakan hinggap di pahaku, mengelus-elus pahaku, sambil dia tetap melakukan makan malamnya dan berbincang baik dengan Linda dan suaminya. Aku tersentak, tak pernah terpikirkan olehku kalau Roni akan senekad itu.

Hawatir tingkah Roni akan diketahui Linda, mau tidak mau aku terpaksa membiarkannya, tapi elusan tangan Roni semakin naik dan semakin naik hingga hampir sampai di pangkal pahaku, menimbulkan rangsangan birahi ditubuhku.

Gairah yang membuncah seperti biasa membuat vaginaku basah, dan aku duduk dengan resahnya, makan malampun sudah tidak bisa kunikmati. Tapi aku harus tetap duduk, dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, ikut berkelakar dan tertawa bersama.

Ketika kurasa tangan Roni mulai mengelus selangkanganku, aku segera bangkit dengan berpura-pura mau ke toilet, dan aku memang pergi ke toilet, dikamar mandi itulah aku harus masturbasi untuk meredakan napsu birahi yang sudah sangat memuncak akibat elusan tangan Roni di paha dan vaginaku.

Kembali jariku mempermainkan klitorisku, untunglah karena terangsang sejak tadi maka aku tidak lama kemudian aku meraih orgasmeku. Kututup mulutku rapat-rapat agar tidak menimbulkan suara, hanya dengus napasku yang terdengar, sementara jauh dalam lubuk hatiku aku meneriakan nama Roni.

Diperjalanan pulang kembali Roni berulah, tangan kirinya setiap kali berganti gigi pasti hinggap beberapa saat di pahaku, mencuri kesempatan mengelus. Jengkel dengan tingkahnya, terpikir olehku untuk membalas, maka saat mobil sedikit oleng, dan aku tersorong mendekati Roni, sengaja tanganku kuulurkan seolah mencari pegangan, sudah tentu yang kupegang adalah batang diselangkangan Roni yang dari tadi terlihat tegang.

“Uh… hati-hati dong nyopirnya” kataku sambil menarik tanganku, tapi sebelum tangan itu kutarik, aku menyempatkan diri meremas batangnya yang tegang dan keras. Roni tampak tergeliat kaget oleh ulahku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu