3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Kejadian dulu terulang lagi, hanya saja kini Roni langsung menjulurkan tangannya sehingga aku tidak dapat langsung lewat, tubuhnyapun bahkan langsung didoyongkan kedepan sehingga menghimpit tubuhku. “Aku mau tanya apa yang dimaksud engga pegal waktu itu?” katanya sambil meluruskan kakinya sehingga terasa sebuah batang menggesek vaginaku.

Mukaku segera memerah, tanpa menjawab aku segera berkata “sudah ah.. lepaskan aku Roni”. “Baru keramas yah, mandi besar, hemm… wangi benar rambutnya” kata Roni sambil mencium rambutku yang basah. Mukaku semakin merah, malu bukan main.

Tapi aku sadar kalau hanya diam hanya akan semakin di permainkan Roni, “Sudah Ron aku mau lewat” kataku sambil mendorong tangannya. “ya… jawab dulu dong pertanyaannya” pintanya sambil tersenyum. “Sudah Ron, aku mau masak, mau makan apa kamu pagi ini?” kataku mencoba mengalihkan perhatian. Sementara itu kurasakan Roni kembali menurunkan kakinya dan batang kemaluannya menggesek vaginaku.

“Serabi ibu” katanya sambil tersenyum nakal. Kue serabi adalah makanan yang terbuat dari tepung beras, tapi pada saat yang bersamaan memiliki arti miring juga sebagai kemaluan wanita, seperti juga buah pisang yang memiliki arti miring kemaluan laki-laki.

Aku berpikir cepat untuk mengatasi gangguan Roni, ketika kakinya ditegakkan kembali sehingga kemaluannya menggesek vaginaku, segera kudorong pantatku dengan kuat kedepan, lalu segera kugoyang kekiri dan kekanan, akibatnya kemaluan Roni terbentur agak keras dan sedikit tertekuk.

“Aww..” pekiknya sedangkan tangannya secara refleks bergerak menuju selangkangannya. Kesempatan itu yang kutunggu, aku segera lolos dari cegahan tangan Roni, dan dengan cepat keluar dari lorong yang memang hanya pendek saja. Sekeluarnya dari lorong aku segera membalik menghadap Roni. “Yang pegal itu ya otot kamu yang selalu tegang, mandi cepat sana dan bersihkan ototnya dengan baik, jangan mencoba macam-macam dengannya” kataku sambil membuat muka setan.

Kubalikan badanku sambil berjalan menuju kamar, tapi baru selangkah kupalingkan mukaku melihat Roni “Serabi sih ada, tinggal dikasih air manis dari pisang, tapi tidak sekarang” kataku sambil menahan tawa dan langsung berjalan kekamar, meninggalkan Roni yang masih tertegun.

Selagi aku berpakaian, kudengar ayah datang dari jalan-jalan paginya. Cepat-cepat kuselesaikan berpakaian, dan merias diri sedikit, lalu aku keluar kamar dan menyiapkan sarapan pagi. Saat menghidangkan makan pagi itulah Roni muncul dari kamarnya sambil membawa tas kecil, kuduga ganti bajunya untuk beberapa hari ini.

Kami makan dengan saling berdiam diri, selesai makan ayah berkata “Ron mulai hari ini kamu harus tinggal terpisah sampai hari perkawinan tiba,” Roni mengangguk patuh sambil menjawab “Ya Ayah aku akan segera pergi”.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu