3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Aku terbeliak mendengarnya “Ayah?… kakek!” protesku. Roni cuma nyengir ayah lah yang menyahut “setelah menikahimu, dia memang berhak menyebutku ayah”.

“Cis…” kataku sambil membereskan sisa makanan dan membawanya kedapur. Didapur sempat kudengar ayah dan Roni berbincang, tapi karena suaranya tidak keras aku tidak tahu apa yang mereka perbincangkan, hanya saat keluar dari dapur kulihat Roni kembali menyerahkan sehelai checq kepada ayah.

Kuikuti langkah Roni yang berjalan keruang depan, “kau pergi sekarang?” tanyaku, Roni mengangguk dan tiba-tiba saja dia memeluk ku dengan erat lalu menciumku, bukan sekedar ciuman sekilas, tapi ciuman penuh napsu yang memabukkan, tanpa menghiraukan ayah yang ada di ruang dalam dan hanya terpisah sebuah dinding.

Kulayani ciumannya, dan kami berciuman cukup lama, sampai ahirnya aku mendorong tubuhnya dengan tanganku, “pergilah…” kataku dengan napas terengah-engah. Kulihat Roni pun sama terengah-engah. Sambil tersenyum dia berkata “aku pergi sekarang, jangan lupa pakai perhiasannya” katanya sambil melangkah keluar rumah.

Saat aku masuk keruang dalam kudengar ayah berkata “bukan main… kuat juga napas kalian, lebih dari lima menit kalian berciuman, haa… haaa. ha… dasar anak muda sekarang tidak sabaran” katanya. Mukaku memerah kubuat muka setan dan tanpa berkata apa-apa aku lari kekamar.

Menjelang siangnya beberapa kerabat mulai datang, mereka membantu ayah menghias rumah kami, rupanya ayah memilih kamarnya yang akan digunakan sebagai kamar pengantin, “biar kalian tidak perlu keluar kamar, kalau mau ke air” katanya, memang hanya kamar ayah lah yang memiliki kamar mandi di dalamnya.

Meskipun mukaku memerah mendengar kata-kata itu, tapi kubantu juga ayah memindahkan semua barang-barangnya kedalam kamar bekas Roni, sedangkan barang-barang Roni dipindahkan kedalam kamar pengantin, begitu juga barang-barangku meskipun semula aku protes, tap tetap saja dipindahkan.

Hari Pernikahan tiba, pernikahan berlangsung sore hari pukul 4 sore di sebuah kuil dekat rumah kami. Ada beberapa orang yang hadir dan aku tidak mendengar gunjingan apapun dari mereka, meskipun mereka semua mengenal kami dengan sangat baik. Belakangan baru saya tahu bahwa Roni membayar mereka denagn mahal juga!

Aku mengenakan gaun pengantin sutra yang baru dibeli Roni, gaun yang mirip seperti yang kupakai dulu saat menikah dengan ayahnya. Roni sendiri mengenakan setelan jas seperti dulu ayahnya menikah denganku, hanya saja berbeda warna. Dalam pakaian itu Roni jelas tampak sangat mirip dengan ayahnya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu