3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Dan dipantai itu aku menjalankan rencanaku, setelah ganti baju dengan bikini, aku berjemur sambil berbaring dipantai beralaskan tikar dan berpayungkan payung raksasa yang bisa disewa, kebetulan matahari tertutup awan jadi udara tidak terlalu panas meskipun kami sampai disana menjelang tengah hari. Kupejamkan mata seakan tidur, tapi dibalik bulu mataku aku mengintip solah Roni yang duduk disampingku, tampak olehku mata Roni seakan melotot melihat seluruh pahaku yang terbuka sampai pangkal paha.

Beberapa lama dia bersikap demikian lalu setelah mengedarkan matanya melihat pantai yang relatif sepi dia berkata “Bu… kurasa lebih baik ibu memakai krim tabir surya” tawarnya padaku. Dengan tingkah menggiurkan kubuka mataku, aku tahu Roni tengah mencari-cari alasan untuk bisa menyentuh tubuhku, karenanya kujawab “Enggak usah mataharinya enggak terik kok, lagian aku mau berenang sekarang” kataku sambil bangkit dan berlari dan masuk kedalam air.

Roni ikut berlari dan menyusul aku masuk kedalam air, diair kurasakan Roni selalu berusaha mendekatiku, tapi akulah yang selalu menjauh sambil tertawa menyemburkan air kearahnya. Terus terang melihat tubuhnya yang atletis dan tonjolan di selangkangannya, sebenarnya telah membuat gairah birahiku naik, apalagi meskipun aku selalu berusaha mengelak, toh tetap saja pada beberapa kesempatan tuh kami sempat bersentuhan.

Sampai ahirnya aku mengajak berganti baju dan pulang Roni tidak berhasil menyentuh tubuhku, tapi kulihat selangkangannya tetap menonjol meskipun kami lama bermain di air. Bahkan sampai saatnya kami pulang tonjolan itu masih tampak, tanda batang yang ada didalamnya masih keras.

‘Ya Tuhan apakah batang itu tidak pernah layu’ pikirku dengan darah berdesir keras karena saat sampai kerumahpun kulihat tonjolan itu tidak sekalipun mengecil. Pikiran itu benar-benar menggodaku dan membuat aku yang tengah menggoda Roni nyaris terseret kembali kedalam buaian gairah birahi.

Malam itu kulewatkan dengan gelisah, aku benar-benar terbakar napsu birahi, tapi aku mencoba untuk bertahan, karena itu aku tidak bisa tidur, menjelang tengah malam aku yang masih terjaga kebelet pingin pipis, dengan perlahan aku keluar dari kamarku dan menuju kamar mandi.

Saat lewat kamar Roni telingaku sempat mendengar keluhannya, kupikir Roni pasti tidurnya gelisah, tapi semua berubah saat aku kembali dari kamar mandi, kudengar Roni mengerang “Sum… okh… sum… nikmat sekali…“.

Aku tersentak, dengan hati-hati aku mengintip kekamarnya, untunglah kamar itu tidak tertutup rapat, karena nya kudorong pintunya dengan pelan-pelan dan hati-hati. Dan… kontan napasku serasa terhenti melihat pemandangan yang ada.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu