3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Pagi hari yang kutunggu ahirnya tiba setelah tadi malam aku sedikit resah memikirkan rencana yang akan kulakukan untuk menggoda Roni, kupakai baju yang ketat membalut tubuhku, dengan belahan dada yang rendah, sehingga pangkal buah dadaku terlihat, menyajikan awal bukit kembar yang membusung, mengapit lembah ditengahnya.

Roni terlihat menatap belahan buah dadaku dengan mata nanar sambil menelan ludah, saat dia bertanya apakah aku sudah siap, kuanggukkan kepala dan kamipun berangkat dengan menggunakan bus menuju tempat wisata, sebuah pantai yang cukup indah.

Disana kami bermain persis seperti sepasang remaja yang tengah mekar, bermain ombak, saling sembur dengan air, berlari dipantai sambil tertawa dan lainnya. Aku benar-benar mencoba tidak bersikap seperti seorang ibu kepadanya, tapi tingkahku lebih mirip teman wanitanya.

Puas bermain air kami melanjutkan perjalanan ke sebuah kota besar, siang itu kami bersantap disebuah restauran terkenal, lalu berbelanja disebuah butik. Roni memaksaku untuk belanja baju-baju bermerk yang selama ini tidak pernah terbeli oleh ku. Dipilihkannya baju-baju yang seksi dan menonjolkan keindahan tubuhku.

Menjelang gelap kami baru selesai belanja, dengan bergandengan tangan dia mengajakku masuk sebuah restauran dan kami bersantap dengan hanya diterangi cahaya lilin serta diringi musik klasik. Kami bersantap sambil berbincang kian kemari, sementara tangannya acap kali memegang tanganku dan meremasnya pelan-pelan.

Aku benar-benar terbuai dengan sikapnya, perasaanku melambung tinggi kelangit ketujuh, sebuah gelora yang hangat melanda hatiku dan nyaris menenggelamkan akal warasku. Sikap Ronilah yang menyebabkan semua itu, kemesraan dan keromantisannya kepadaku begitu menyanjungku.

Ini adalah suatu hal yang tidak pernah kudapatkan dari suamiku sejak awal pernikahan kami sampai saatnya dia meninggal. Sebuah perasaan asing tapi begitu menggelora melanda hatiku, dan membuat aku yang tadinya berpura-pura berlaku seperti teman wanitanya, menjadi benar-benar hanyut dan kehilangan naluri keibuanku, aku kehilangan bentuk pura-pura tapi berubah menjadi kenyataan.

Selesai makan aku berkata kepadanya “Sudah malam Ron! Kita pulang yuk” ajakku kepadanya, “Sebentar bu, tadi kulihat ada film yang bagus, kita nonton dulu ya” jawab Roni sambil meremas pelan jemariku dan menatapku dengan mesra, aku sedikit tersipu melihat tatapannya, dan hanya bisa mengangguk menyetujui ajakannya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu