3 November 2020
Penulis —  kernel

Anakku Menikahi Ibunya

Tapi hari ini sang anak telah menyetubuhi ibunya, dan ibunya mau tidak mau jadi istrinya, menikah ataupun tidak menikah. Aku beruntung karena aku menjadi istrinya yang dinikahinya.

Itu sebabnya aku menghormati Roni, karena dia membuat saya, ibunya, menjadi istrinya lewat upacara pernikahn yang resmi sebelum menikmati vaginaku. Jika dia hanya sekedar ingin menikmati vaginaku, dia bisa mengimingimingi aku uang sehingga aku jadi pelacur bagi anakku, atau dia memperkosaku, cara lainnya adalah dia menggodaku sehingga aku menyerah disetubuhinya tanpa menikahi aku.

Jadi sekarang kami syah bersetubuh, karena aku adalah istrinya. Dengan pikiran-pikiran itu aku tergolek lemas akibat persetubuhan pertama kami dimalam pengantin ini. Roni bangkit dari posisinya menindihku sehingga batang penisnya yang lemas keluar dari vaginaku, keluar dari ikatn incest kami.

Kurasakan Roni berbaring miring menghadapku disebelah kananku dan bertanya “apa ibu menyukai persetubuhan kita?” Aku tertegun, apa yang bisa kukatakan?, anak kandungku sendiri menyetubuhiku atas nama pernikahan kami, lalu kini dia bertanya apakah aku menyukai persetubuhan kami.

Aku tidak tahu apakah aku harus jadi istrinya sepenuhnya, kalau aku jadi istrinya sepenuhnya maka aku pasti akan menjawab “iya,” atau aku harus mengesankan pada Roni bahwa aku masih tetap ibunya, sehingga aku tidak menjawab apa-apa.

Walaupun kami telah bersetubuh, dan melanggar hubungan antara ibu dan anak, namun naluri keibuan saya masih tetap tidak menerimanya sebagai suamiku, aku mungkin telah menerima Roni sebagai kekasihku, seorang kekasih ibu, tapi bukan sebagai suami ibu.

Karena itu aku tidak menjawab karena rasa malu dari naluri keibuanku, tapi mengikuti naluri kewanitaanku maka aku memiringkan tubuhku sehingga kami saling berhadapan, lalu dengan serta merta mencium bibirnya sekilas dan kemudian menyurukkan wajahku didadanya, sambil mengeluarkan suara aleman “hemm…

Walaupun aku merasa bimbang harus berbuat atau berkata bagaimana, tapi satu fakta tidak terbantahkan bahwa aku mengalami orgasme berkali-kali, sedangkan air mani anakku yang berpadu dengan air nikmatku telah menetes dari baginaku menyusuri sepanjang pahaku.

Dalam keadaan air nikmat kami yang berpadu dan menetes dipahaku itulah aku tertidur kelelahan, semtara air kenikmatan itu mulai mengalir kebawah diantar kedua kakiku. Aku tidur dengan sebuah senyum diwajahku, senyum kepuasan.

Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena rasa nikmat di vaginaku, sekilas aku melihat jam didinding, waktu menunjukkan pukul tiga, pasti dinihari, tapi selanjutnya gelenjar kenikmatan yang sangat melanda tubuhku kurasakan klitorisku dijilati dan disedot-sedot oleh bibir, ‘pasti bibir Roni’ pikirku, dan aku kembali menghanyutkan diri dalam kenikmatan malam pengantin.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu