2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

Setelah berpikir sejenak, aku melangkah ke pintu kamar mandi, lalu masuk ke dalam sambil berkata, “Aku juga pengen mandi Bun. “

Bunda menatapku sambil tersenyum manis, “Ya ayo kita mandi bareng. Biar bisa gantian menyabuni… “

Setelah melepaskan seluruh pakaian, kupeluk Bunda yang sudah telanjang bulat.

“Bunda… sakit hati Bunda kepada Ayah, sudah kubayar tunai tadi pagi,” kataku sambil memutar keran shower. Air hangat pun memancar dari atas kepala kami.

“Maksudmu?” Bunda tampak heran.

“Tadi pagi istri Ayah itu datang ke sini. Maksudnya ingin minta maaf kepada Bunda. “

“Lalu?”

“Aku marah sekali. Kujambak rambutnya dan ingin menamparnya… “

“Aaah… padahal gak usah pakai kekerasan juga, Sayang. “

“Memang gak jadi menamparnya, karena aku tak bisa melakukan kekerasan pada perempuan. Aku membalas sakit hati Bunda dengan caraku sendiri. “

“Diapain dia?”

“Kuseret ke kamar depan. Dan kuentot dia… !”

“Hihihiiiii… beneran itu?”

“Bener! Dia mengaku akan minta cerai pada Ayah, karena Ayah selalu main pukul dan tempeleng aja. Dia sudah gak kuat menjadi istri Ayah. “

“Hihihihiiiii! “Bunda menepuk-nepuk pipiku, “Kamu memang anak bunda yang sangat cerdas! Terus setelah dientot sama kamu, dia pulang begitu aja?”

“Nggak Bunda. Dia akan kusembunyikan di tempat yang takkan mungkin diketahui oleh Ayah. Dia akan kujadikan model lukisanku juga di dalam persembunyiannya. “

“Mmm… itu juga bagus. Kalau modelnya bunda terus, lama-lama bisa jenuh juga nanti. “

“Jadi Bunda setuju kalau dia kujadikan model?”

“Setuju. Sangat setuju. Itu juga bisa dijadikan pembalasan pada ayahmu, “Bunda tersenyum sambil menyabuni tubuhku dengan telaten, “Namanya Devi kan?”

“Iya Bun. Masih sangat muda, sebaya denganku. “

“Kalau sudah ngerasain kontolmu, pasti dia akan ketagihan. Dan takkan mau dientot oleh ayahmu lagi. “

“Dia memang mau minta cerai sama Ayah. Tapi sebelum bercerai, dia ingin minta maaf dulu kepada Bunda. Karena dia merasa sangat bersalah kepada Bunda. “

“Terus gimana memeknya? Enak nggak?”

“Sama aja. “

“Sama gimana? Enak mana dengan memek bunda?”

“Biar bagaimana Bunda tidak bisa kusamakan dengan wanita mana pun. Karena Bunda adalah wanita yang mengandung dan melahirkanku. Pokoknya Bunda punya nilai istimewa di dalam hatiku. Dan yang jelas, hubungan kita takkan pernah putus sampai kapan pun. Karena Bunda akan tetap ibuku… takkan pernah jadi mantan ibuku.

“Iya Sayang… lakukanlah apa yang menurutmu terbaik. Bunda malah senang sekali mendengar berita ini. Kamu sudah melakukan hal yang tepat menurut bunda. “

“Makanya Bunda tak usah mikirin aku kalau Gustav ingin semakin dekat dengan Bunda. Asalkan dollarnya tetap mengalir ke tangan kita. “

“Hmmm… mentang-mentang sudah punya Devi, lalu bunda akan diberikan pada si bule itu?”

“Bukan seperti itu Bunda. Biar bagaimana Bunda takkan pernah tergantikan oleh bidadari sekali pun. Aku hanya ingin Gustav semakin baik hubungannya dengan kita. Jangan dikecewakan sekecil apa pun. “

“Bunda nggak mau dientot sama kontol yang gak disunat.”

“Tapi kontol bule itu pasti panjang gede, Bun. “

“Iiiih… amit-amit! “Bunda bergidik. Lalu menyerahkan botol sabun cair padaku. Karena ingin disabuni juga olehku, seperti biasa.

Tapi kali ini aku langsung menyabuni memek Bunda. Karena aku ingin agar liang memeknya jadi licin. Setelah memek Bunda terasa licin oleh sabun cair, kontolku juga mendadak ngaceng. Dan tanpa basa basi lagi kujebloskan kontolku ke dalam memek Bunda yang sudah berdiri menyandar ke dinding.

Sebenarnya aku sudah beberapa kali ngentot Bunda sambil berdiri di kamar mandi baru ini. Dan kali ini aku mulai mengentotnya sambil mendekap pinggangnya sambil membisiki telinganya, “Bayangin aja Bunda sedang dientot sama Gustav ya… tapi pasti kontolnya jauh lebih gede daripada kontolku… “

“Odiii… sudahlah jangan ngawur terus ngomongnya… “

“Tapi baru membayangkannya aja aku malah jadi nafsu gini sama Bunda… membayangkan Bunda merintih-rintih keenakan waktu dientot sama kontol bule itu… “

“Jangan ah… jangan sampai terjadi… “

“Aku malah mendoakan semoga terjadi… supaya Gustav semakin dekat dengan kita… supaya Gustav gak sayang-sayang lagi menghamburkan dollarnya ke tangan Bunda… “

“Udah ah… entar dicatat malaikat, gimana?”

“Wahai malaikaaaat! Dengarlah permintaanku iniiii! “seruku, “Aku ingin agar ibuku ini dientot oleh lelaki bule bernama Gustav ituuuuu… !”

“Odiii !” Bunda menutup mulutku dengan telapak tangannya, “Jangan nngomong seperti itu lagi ah. Nanti bunda kabur dari rumah ini. Mau?”

“Mau kabur bersama Gustav?”

“Iiiih… kamu kok jadi gitu sih? Ayo entotin lagi kontolmu… bunda sudah horny berat nih… “

Sambil menggigit leher Bunda kuentot lagi memek Bunda yang sudah licin oleh air sabun ini. Bunda pun mendekap pinggangku dengan nafas yang tertahan-tahan.

Tapi tahukah Bunda bahwa aku sedang membayangkan kejadian terakhir di rumah yang sudah kubeli itu? Rumah kosong yang belum ada kursi sebuah pun itu? Bahwa di rumah kosong itu aku masih sempat mengentot Devi sambil berdiri dan menyandarkannya ke dinding? Tahukah Bunda bahwa tadi Devi berkali-kali mengatakan betapa memuaskannya aku ini?

Berarti sekarang aku sedang melakukan persetubuhan yang ketiga kalinya di hari ini.

Maka tentu saja aku jadi tangguh sekali. Lama sekali mengentot Bunda sambil berdiri begini, sampai akhirnya Bunda merasa pegal dan mengajak pindah ke atas tempat tidur.

Maka kami benar-benar mandi dulu, kemudian menghanduki tubuh masing-masing sampai kering. Dan melanjutkan persetubuhan ini di atas tempat tidur.

Meski pun baru selesai mandi, tubuhku keringatan lagi ketika masih asyik mengentot Bunda ini. Karena lama sekali kontolku tidak mau berejakulasi. Padahal Bunda sudah berkali-kali mengaku orgasme.

Lebih dari sejam aku menyetubuhi Bunda. Sampai akhirnyha aku berkelojotan di atas perutnya, lalu mengejang sambil memuntahkan air maniku di dalam liang memek Bunda yang aduhai ini… crotttt… crottttttt… croooottt… croooootttttt… crooootttttt…!

“Waduuuh… akhirnya ngecrot juga,” kata Bunda setelah aku terkulai di atas perutnya, “Lain kali sebelum ngentot Bunda, mendingan entot dulu si Devi itu… “

“Kenapa begitu?”

“Biar ngentot bundanya jadi lama sekali seperti barusan. “

“Kalau lama dientotnya lebih enak?”

“Ya iyalah. Makanya nanti lagi kalau mau ngentot bunda, entot dulu si Devi itu. Kemudian entot bunda seperti barusan. Enak sekali, Sayang,” ucap Bunda yang diakhiri dengan kecupan hangatnya di pipiku.

Kucabut kontolku yang sudah lemas ini dari memek Bunda. Lalu mencucinya di kamar mandi, lalu kukenakan baju dan celana piyamaku. Dan merebahkan diri di atas tempat tidur.

Esoknya, ketika Bunda sedang pergi ke pasar, aku mendadak punya inspirasi. Dan inspirasi itu secepatnya kulaksanakan dengan tergesa-gesa, karena ingin menyelesaikannya sebelum Bunda datang dari pasar.

Lebih dari sejam aku mengotak-atik di kamar depan itu. Memasang beberapa camera cctv wireless yang baru saja kubeli dari toko elektronik. Sementara monitornya kuletakkan di tempat tersembunyi, di gudang.

Untuk apa aku memasang beberapa camera cctv wireless di kamar depan ini? Aku ingin memonitor apa saja yang dilakukan oleh Gustav dan Bunda setelah berada di dalam kamar depan ini. Kamar yang kemaren pagi kupakai untuk mengentot istri Ayah yang bernama Devi itu.

Pada saat aku masih sibuk memasang camera dan microiphone wireless itu, handphoneku berdering. Ternyata dari Mr. Gustav.

Lalu :

“Good morning Mr. Gustav. “

“Good morning my son. “

Wow… aku kaget juga. Kenapa dia bilang “my son” padaku?

“Why did you call my son to me?”(kenapa Anda memanggil anak padaku?)

Gustav menjawab, “Because I’ve fallen in love with your mother. “(karena aku jatuh cinta pada ibumu).

Dan gilanya aku malah menanggapi dengan: “Okay… do the best for you and for my mother. “ (Oke… lakukan yang terbaik untukmu dan untuk ibuku)

“So you agree if I married your mother?”(jadi kamu setuju kalau aku menikahi ibumu?)

“Why not? But one thing you need to remember, my mother is a model of my paintings. “(Kenapa tidak? Tapi satu hal yang perlu Anda ingat, ibuku adalah model lukisan-lukisanku)

“If I were married to your mother, I would not carry it far. So that he can remain the model of your painting. “ (Kalau aku menikah dengan ibumu, aku tidak akan membawanya jauh-jauh. Sehingga ia bisa tetap menjadi model lukisanmu).

“Does my mother love you too?” (Apakah ibuku juga mencintaimu?)

“Your mother hasn’t answered. But I’m sure, eventually she will love me too. “(Ibumu belum menjawab. Tapi aku yakin, akhirnya dia juga akan mencintaiku).

“But in my country… different religious marriages are difficult. “(Tetapi di negara saya… pernikahan beda agama itu sulit)

“Should I enter your religion first so that I can marry your mother? “(Haruskah saya masuk agamamu terlebih dahulu supaya saya bisa menikahi ibumu?)

“It’s better like that. “(Lebih baik seperti itu)

“Okay. Lets me think about that. “(Baiklah. Biarkan saya berpikir tentang itu)

Setelah hubungan telepon ditutup, buru-buru aku menyelsaikan pekerjaan “khusus” ini. Setelah beberapa camera wireless dipasang secara tersembunyi di kamar depan, aku pun buru-buru mnemindahkan sofa dari ruang keluarga ke kamar depan yang cukup luas itu. Jadi nanti aku akan menganjurkan kepada Bunda, seandainya hubungan mereka sudah semakin serius, Gustav harus diajak ngobrol di kamar depan.

Aneh memang. Kenapa aku punya keinginan agar Gustav menyetubuhi Bunda? Apakah karena aku sudah punya Devi?

Tidak. Aku tidak berpikir seperti itu. Aku rela berbagi rasa dengan Gustav, agar hubunganku dengannya semakin baik. Lalu dollar pun akan mengalir ke tanganku.

Lagian Bunda itu kan ibu kandungku. Sampai kapan pun dia akan tetap sebagai ibu kandungku. Tapi sampai kapan pun aku tidak akan bisa menikahinya secara sah.

Apakah aku ini seorang cuckold?

Tentu saja bukan, karena Bunda itu bukan istriku. Bahkan aku harus merasa bangga seandainya Bunda jadi istri Gustav kelak. Biar Ayah tahu bahwa Bunda itu bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dan kaya raya.

Soal hubungan rahasoiaku dengan Bunda, bisa saja kami lanjutkan, asalkan Bunda tetap tinggal di rumah ini, atau minimal tinggal di kota ini.

Bunda pulang bersama seorang wanita gemuk, Bi Marni, pembantu kami yang minta izin sehari untuk menengok saudaranya yang sakit, tapi lebih dari seminggu tak balik-balik lagi.

“Ke mana aja Bi? Katanya cuma minta izin sehari. Tapi sampai seminggu gak balik-balik lagi, “sambutku setelah Bunda dan Bi Marni masuk ke dalam rumah.

Pembantu gendut itu menyahut, “Anu Den… saudara saya itu sakitnya payah sekali. Makanya saya tungguin dulu sampai sakitnya mendingan. Sekarang sih sudah sehat, makanya saya bisa pulang. “

Tiba-tiba terdengar suara Bunda dari ruang keluarga, “Lho… sofa di sini kok hilang?”

Aku melambaikan tanganku, “Sini sebentar Bun. “

Bunda menghampiriku. Lalu kuajak masuk ke kamar depan yang sudah menjadi “multi fungsi” itu.

“Dipindahin ke sini tuh…” kataku.

“Kenapa dipindahin ke sini?”

“Bunda… tadi Gustav nelepon. Dia bilang sudah jatuh cinta sama Bunda. Dan berniat menikahi Bunda. Makanya nanti kalau dia datang lagi ke sini, ajak ngobrolnya di kamar ini aja. Kalau di ruang tamu kan nggak bebas. “

“Kalau dia mempermkosa bunda di sini gimana?”

“Aaah… jangan punya pikiran buruk begitu Bun. Gustav itu pejabat tinggi di negaranya. Di negara ini pun dia merupakan perwakilan dari beberapa perusahaan dari negaranya. Jelas dia itu bukan orang kriminal. Dan yang jelas dia itu punya niat menikahi Bunda. Tapi tadi kubilang pernikahan antar agama yang berbeda itu sulit.

“Memangnya kamu rela kalau bunda dijadikan istrinya?”

“Rela Bunda. Kan hubungan kita sebagai ibu dengan anak tidak akan pernah terputus. Hubungan rahasia kita juga bisa jalan terus. Sementara Bunda pasti disayangi oleh Gustav nanti. Tapi yang penting Bunda harus bertahan untuk tetap tinggal di rumah ini, karena aku masih membutuhkan Bunda sebagai modelku…

“Begini deh. Biar sama-sama bebas, bagaimana kalau Ratih dijadikan modelmu? Kalau Devi kan ada bahayanya juga kalau dijadikan modelmu. Kalau Ayah sampai tau, bisa ngamuk dia nanti. “

“Tante Ratih maksud Bunda?”

“Iya. Adik bungsu bunda itu kasihan juga nasibnya seperti itu. Baru berumur duapuluh sudah menjadi janda. Daripada melamar kerja ke pabrik-pabrik, kan mendingan juga dijadikan model olehmu. Lalu kasihlah dia duit yang setimpal dengan statusnya sebagai model lukisan-lukisanmu. “

“Tapi Tante Ratih mau nggak kujadikan model perempuan telanjang?”

“Nanti akan bunda bujuk sekalian diiming-imingi imbalan yang gede. “

“Iya. Tapi kalau sama Tante Ratih, aku tidak bisa membagi dua hasil penjualan lukisanku seperti yang kujanjikan kepada Bunda. “

“Nggak apa-apa. Kamu tentukan aja berapa mau ngasih dia nanti. Asal jangan terlalu kecil aja imbalannya. Supaya dia merasa senang dengan pekerjaannya nanti. “

“Oke deh. Kapan Bunda mau ke rumahnya?”

“Sekarang juga bisa. “

“Mau diantar pakai sedan baru itu?”

“Ohya?! Biar bunda nyetir sendiri aja. Biar bebas ngomongnya sama Ratih nanti. Kalau kamu ikut, dia bisa langsung nolak nanti. “

“Oke deh. Hati-hati di jalan, ya Bun. “

“Iya. Santai aja kok. Lagian rumah Ratih kan gak terlalu jauh. “

Beberapa saat kemudian sedan baru itu pun bergerak meninggalkan garasi. Dan hilang di kejauhan.

Aku pun masuk ke dalam. Kulihat Bi Marni sedang masak di dapur.

“Tadi aku pesan sop kambing. Jadi nggak beli iga dan paha kambingnya Bi?”

“Jadi Den. Ini juga lagi masakin sop kambing buat Den Odi,” sahutnya tanpa menoleh dan tetap berdiri di depan panci yang isinya sedang diaduk-aduk.

Pada saat itulah kuperhatikan Bi Marni dari belakang. Terutama bokongnya yang membayang di balik daster lusuhnya. Gila… baru kali ini aku memperhatikan hal itu. Bahwa bokongnya itu gede banget…!

Mungkin pada suatu saat kelak aku bisa juga melukis perempuan berbokong dan bertoket gede seperti Bi Marni ini. Tapi apakah dia mau kulukis dalam keadaan telanjang bulat?

Hmmm… kenapa aku tidak menjajakinya saja sejak sekarang, mumpung Bunda sedang gak ada?! Hmmm… untuk percobaan, kenapa cctv itu tidak kuakrtifkan saja sekarang. Lalu Bi Marni akan kuajak ke kamar depan. Biar tahu seperti apa hasilnyha nanti.

Bergegas aku masuk ke dalam gudang, untuk mulai mengaktifkan monitor yang kusembunyikan itu.

Lalu aku melangkah ke dapur. Dan berdiri di samping Bi Marni sambil memperhatikan isi panci yang sedang diaduk itu. Tapi tanganku merayap ke bokong semoknya. “Baunya sedap Bi… “

“Iya Den… iiih… kok megang pantat.. “cetusnya.

“Selama seminggu Bi Marni gak masuk, aku merasa kehilangan nih,” kataku sambil meremas bokongnya.

“Iiiih Den… nanti kelihatan Ibu… “

“Ibu kan lagi pergi Bi. Santai aja deh. Jujur aja… aku tergiur banget sama pantat Bi Marni ini… “

“Masa sih?! “

“Betul Bi. Aku sih mau jujur aja. Jadi ngebayangin seperti apa kalau Bi Marni udah telanjang. “ “Hihihi… Den Odi mah ada-ada aja… emangnya kalau saya udah telanjang mau diapain?”

Mendengar pertanyaan itu aku malah memindahkan tanganku ke balik dasternya yang lumayan pendek, sehingga tanganku bisa langsung menyelundup ke depan… ke celana dalamnya. “Bi… mendingan kita ke kamar depan dulu yok. “

Bi Marni tidak menyahut. Tapi meronta pun tidak. Padahal tanganku sudah menyelusup ke balik celana dalamnya. Dan menyentuh jembutnya yang terasa lebat sekali. Dan setelah berhasil menemukan belahan memeknya, kuselundupkan jaruiku ke dalam celah memek yang terasa hangat dan agak basah itu.

“Den… nanti kalau saya kepengen gimana?” tanyanya tanpa menoleh padaku.

“Kontolku juga udah ngaceng Bi. Kita main dulu yuk di kamar depan. “

“Kan saya sedang masak Den. “

“Matiin aja dulu kompornya. Nanti kalau udah maen lanjutin lagi masaknya. “

“Maen apa Den?”

“Maen enjot-enjotan… ayo Bi,” kataku sambil memegang pergelangan tangan kanannya.

Bi Marni pun mematikan kompor dengan tangan kirinya. Lalu mengikuti langkahku ke dalam kamar depan.

“Cuci dulu memeknya di kamar mandi itu tuh…” kataku sambil menunjuk ke pintu kamar mandi yang bersatu dengan kamar depan ini, “aku mau ngunciin pintu depan dulu. “

Aku keluar dari kamar depan. Lalu kukuncikan semua pintu yang menuju keluar. Dan secepatnya kembali ke kamar depan.

Bi Marni masih di kamar mandi. Aku pun membuka pintu kamar mandi. Ternyata dia sedang berjongkok sambil kencing. Ah, ada apa dengan diriku ini? Kenapa mendengar bunyi kencing Bi Marni aja kontolku langsung ngaceng begini?

“Daster, beha dan celana dalamnya gantungin aja di situ, Bi,” kataku sambil menunjuk ke kapstok kamar mandi.

“Iiih Den Odi, bikin kaget terus… “

Sebagai jawaban, aku malah menarik ujung dasternya ke atas, sampai lepas dari kepala Bi Marni. “Aku sudah gak sabar, ingin melihat tubuh Bi Marni dalam keadaan telanjang..” kataku

“Hihihiii… saya gendut Den,” sahut Bi Marni sambil menceboki memeknya agak lama. Mungkin supaya benar-benar bersih.

“Aku juga mau telanjang di sini,” kataku sambil melepaskan pakaianku sehe;lai demi sehelai sampai benar-benar telanjang. Lalu kugantungkan semua pakaianku di kapstok. Daster lusuh Bi Marni pun kugantungkan di kapstok.

“Nih lihat kontolku… udah ngaceng kan?” kataku sambil menghampiri Bi Marni yang sudah berdiri dalam keadaan tinggal berbeha, karena celana dalamnya sudah dilepaskan.

“Iiiih… ternyata titit Den Odi panjang gede gini yaaa?” cetus bi Marni sambil memegang kontolku dengan tangan gemetaran.

“Sama mantan suami Bibi gedean mana kontolnya?” tanyaku sambil mencolek-colek memeknya yang berjembut lebat itu.

“Jauuuh… gedean punya Den Odi ini lah…

“Bibi jadi janda sudah berapa lama?”

“Waktu umur saya duapuluhenam… sejak dua tahun yang lalu Den. “

“Jadi umur Bibi sekarang duapuluhdelapan?”

“Iya Den. “

“Sudah punya anak berapa?”

“Belum punya Den. Makanya saya diceraikan juga lantaran belum punya anak saja setelah berumahtangga selama enam tahun. “

“Jadi Bibi kawin pada usia duapuluh tahun?”

“Iya Den. “

Aku mengangguk-angguk sambil melangkah ke belakang Bi Marni. Lalu kancing kait behanya kulepaskan. Dan Bi Marni sendiri yang menanggalkan beha itu.

“Wow… tetek Bibi gede banget… !”

“Hehehee… iya Den. Tetek sih gede, tapi kenapa gak bisa punya anak aja ya?”

“Sudah diperiksa sama dokter?” tanyaku sambil menarik tangan Bi Marni ke atas tempat tidur.

“Belum pernah…” sahutnya sambil rebah miring ke arahku dan memeganbg kontolku dengan sorot wajah seperti gemas.

“Siapa tau nanti bisa punya anak dariku,” kataku sambil menepuk-nepuk togenya perlahan. Gila… sebenarnya Bi Marni ini seksi sekali di mataku. Kulitnya putih mulus, toket dan pantatnya gede… hmmm diam-diam aku ingin menjadikannya objek lukisanku…!

“Terus kalau Den Odi bisa menghamili saya, bagaimana nasib anaknya?”

“Aku bertanggung jawab pada anak dan ibunya. Tenang aja…” kataku sambil merayap ke sampingnya. Hmmm… aku sering mengkhayalkan ingin mengentot perempuan yang tinggi gempal begini. Ternyata sekarang bakal kesampaian juga.

“Besok-besok jembutnya dicukur sampai bersih Bi. Biar aku bisa menjilatinya. “

“Mau dijilatin?! Hihihiiiii… saya pernah lihat di film bokep… tapi gak pernah ngerasainnya. Iya deh… besok juga akan saya bersihkan seperti yang Den Odi inginkan… “

Aku sudah berpengalaman dengan Bunda. Bahwa memek yang masih kering sebaiknya dirangsang dulu dengan segala macam cara agar basah dan licin. Jangan langsung penetrasi.

Lalu aku berusaha merangsangnya dengan menyelusupkan telunjuk dan jari tengahku ke dalam liang memeknya yang ternyata masih sempit, karena belum pernah melahirkan.

Lalu kumaju-mundurkan kedua jari tanganku ini di dalam liang memek Bi Marni, sementara mulutku juga mulai “bekerja” untuk mengemut pentil teteknya yang gede-gede itu.

Tampaknya Bi Marni sudah cukup horny. Karena ketika jari tanganku baru sebentar beraksi, liang memeknya langsung basah dan hangat.

Maka aku pun merayap ke atas perutnya sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Bi Marni menyambutku dengan merenggangkan sepasang paha gempalnya, sementara tangannya pun memegangi kontolku agar letak moncongnya tepat di ambang mulut memeknya.

Lalu aku pun mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Blessssss… kontolku mulai menyelundup ke dalam liang memek Bi Marni… disambut dengan suara yang terlontar dari mulutnya, “Oooooooh… baru dimasukin aja udah terasa enak gini Den… “

Aku cuma tersenyum mendengar komentarnya itu. Lalu kupegang sepasang toket gedenya sambil mulai mengentotnya…!

Gila… ternyata liang memeknya enak sekali! Mungkin inilah salah satu kelebihan Bi Marni. Meski dia hanya seorang pembantu, badannya putih mulus, liang memeknya pun sempit tapi licin dan… luar biasa enaknya. Tak kalah enak dengan memek Bunda atau pun memek Devi!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu