2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

Adegan berikutnya semakin mendebarkan. Kini giliran Gustav menjilati memek Bunda dengan lahapnya. Tampak jelas, Bunda menggeliat-geliat sambil memegang dan mengusap-usap rambut pirang Gustav.

Pada saat yang sama Ratih pun memegang tanganku sambil berkata perlahan, “Aku juga pengen seperti itu… jilatin dong memekku, Odi Sayang…”

Ratih bicara begitu setelah menanggalkan kimononya, sambil mengelus-elus memeknya yang tembem menggiurkan itu.

Tanpa banyak bicara lagi, kuserudukkan mulutku ke memek tembem berliang sempit itu. Ratih pun merenggangkan jarak kedua pahanya, lalu menelentang dengan mata tetap tertuju ke monitor cctv di dinding itu. Tampak Bunda masih celentang dengan memek dilahap oleh mulut Gustav. Aku pun tak mau kalah. Kujilati memek Ratih habis-habisan.

“Odiii… ooooh… jilatanmu enak sekali Odi… iyaaa… itilnya juga jilatin Odiiii… ooooh… ini enak sekali Odiii… iyaaaa… jilatin terus itilnya Ooodiii…”

Aku menjilati memek Ratih dengan cara baru. Kali ini aku menyelundupkan ujung lidahku sampai agak jauh “menggasak” bagian dalam memek yang dagingnya lembut dan berwarna pink itu. Bukan hanya di permukaannya saja. Karena aku melihat Gustav melakukannya seperti itu. Dan ketika mulutku tengah menggasak itilnya, kulakukan dengan sesekali menyedot bagian yang sebesar kacang hijau itu.

Maka dalam tempo singkat saja Ratih minta agar kontolku cepat dimainkan di dalam liang memeknya.

Maka segera aku naik ke atas perutnya sambil memegang kontolku yang puncaknya sudah kutempelkan di mulut memek tanteku yang lebih muda dariku itu…!

Lalu dengan sekali dorong kontolku melesak amblas ke dalam liang memek Ratih yang sempit tapi sudah basah-licin ini.

Ketika aku menoleh ke dinding, tampak Bunda sedang main di atas, sementara Gustav cuma menelentang sambil menepuk-nepuk pantat Bunda.

“Mau main di atas seperti itu?” tanyaku.

“Nggak ah. Kalau main di atas gitu aku suka cepat orgasme…” sahut Ratih.

Maka aku pun mulai mengentotnya dengan sepenuh gairahku. Semakin bergairah setelah melihat kelakuan Bunda dan Gustav di layar monitor… sehingga kontol bule yang panjang gede itu semakin kelihatan begitu dominan keluar masuk di dalam cengkraman memek Bunda.

Beberapa saat kemudian Bunda dalam posisi miring, sementara Gustav mengentotnya dari belakang, sambil meremas-remas toket Bunda… wow… tampak kontol bule itu keluar masuk di dalam memek Bunda.

Terlebih setelah camera yang paling fokus ke arah memek Bunda kubuat full screen… semakin jelas pulalah apa yang sedang terjadi di antara memek Bunda dengan kontol bule itu.

“Mau miring seperti mereka?” tanyaku.

“Nggak… aku hanya suka posisi begini, karena terasa romantis, bisa sambil ciuman, pentil toket juga bisa kamu emut. Jilatan dan gigitan kecilmu di leherku juga membuatku semakin mencintaimu, Sayang…”

Sementara itu suara rintihan-rintihan histeris Bunda semakin jelas terdengar di speaker.

“Fuck me Guistav… I love you Gustav… ooooh… fuck me… fuck me… fuck me harder My Lover… !”

Dengus nafas Gustav pun terdengar hah-hoh-hah-hoh di speaker.

Tapi Ratih tidak seriuh Bunda. Dengan tenang Ratih menikmati entotanku. Sambil merengkuh leherku ke dalam pelukanku. Sambil melumat bibirku dengan mesra sekali. Terkadang aku yang beraksi. Kujilati leher Ratih doisertai gigitan-gigitan kecil. Terkadang ketiak Ratih pun kujilati sambil menyedot-nyedotnya.

Dan ketika mulutku menggasak pentil toket Ratih, aku tak cuma menyedot-nyedot seperti bayi yang tengah menetek ke payudara ibunya. Aku pun sering menyedotnya, sementara ujung lidahku menjilati pentil toket Ratih yang sudah menegang ini. Tanganku pun ikut bermain. Manakala mulutku sedang mengemut pentil toket yang di sebelah kiri, maka tangan kiriku pun asyik meremas-remas toket kanannya.

Ratih pun semakin lupa daratan kelihatannya. Dia tak peduli lagi adegahn-adegan hot di layar monitor cctv. Padahal Bunda sudah rebah mengangkang di atas meja tulis, sementara Gustav mengentotnya sambil berdiri.

Ratih tak peduli dengan itu semua. Ratih bahkan terpejam-pejam sambil meremas-remas rambutku sambil berdesah-desah dan merintih-rintih perlahan, “Aaaah… aaa… aaaah… aku… aku benar-benar mencintaimu Odiii… iyaaaaaa… semuanya ini indah sekali Odiiii… iyaaaa… aku suka entotanmu perlahan-lahan begini…

Entah berapa lama aku mengentot memek Ratih. Yang jelas keringatku mulai bercucuran. Berjatuhan ke dada dan wajah Ratih. Lalu bercampur aduk dengan keringat Ratih sendiri.

Aku pun tak pedu;li lagi dengan adegan-adegan di layar monitor cctv. Karena gesekan antara liang memek Ratih dengan kontolku… wow… ini luar biasa enaknya…!

Dan semakin nikmat ketika Ratih meremas-remas sepasang bahuku sambil melumat bibirku dengan mesra sekali. Ini memang teramat indah bagi jiwaku.

Bahkan pada suatu saat Ratih membisiki telingaku, “Sayang… aku udah mau lepas… mau dibarengin lagi?”

“iyaaaa…” sahutku sambil mempercepat entotanku. Lalu ketika sedang berada di puncak kenikmatanku, cepat kubenamkan kontolku sedalam mungkin… dan kutancapkan kontolku tanpa menggerakkannya lagi.

Pada saat itulah kami saling peluk dengan eratnya. Sementara bibir kami saling lumat. Dan liang memek Ratih terasa mengejut-ngejut, berbarengan dengan “tembakan-tembakan” pejuhku. Croottt… creeettt… croootttttt… croooooooottttt crot croooottttttttt!

Memang kami “mendahului” Bunda dan Gustav yang tampak masih melanjutkan persetubuhan mereka di atas meja tulis itu…!

Tapi karena aku sudah ngecrot, aku sudah tidak tertarik lagi melihat adegan demi adegan di layar monitor cctv itu…

Ratih bahkan mencium bibirku berulang-ulang, lalu terdengar suaranya merdu… “Aku tak sangsi lagi… aku sangat mencintaimu Sayang… !”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu